26 C
Surabaya
Thursday, March 30, 2023

Filosofi Getas Ketan, Jajanan Lawas Surabaya Pendamping Minum Teh

SURABAYA – Getas ketan, sebuah panganan lawas khas Surabaya yang masih bisa ditemui di antara jajanan pasar lainnya. Getas ini terbuat dari ketan hitam kemudian setelah jadi, diselimuti gula halus di luarnya. Gula ini membuat rasa manis dan menambah kenikmatan jajanan satu ini.

Jajanan yang terbuat dari campuran ketan, tepung beras, dan parutan kelapa ini biasa dinikmati dengan teh hangat. Pegiat Sejarah Surabaya Nur Setiawan mengungkapkan, getas ketan memang salah satu jajanan khas Surabaya. Namun, juga ada di daerah lain.

Getas memiliki dua warna, yaitu hitam dan putih, tergantung ketan yang digunakan untuk membuat jajanan ini. “Ada yang menggunakan ketan hitam atau putih,” katanya.

Baca Juga :  Berlibur ke Negeri Sakura, Ini Tempat di Jepang Yang Wajib Dikunjungi!

Nur Setiawan mengatakan, getas ini biasa dinikmati saat bersantai pagi hari. Masyarakat dulu menikmati jajajanan ini dengan secangkir teh hangat.

Getas tidak hanya sekedar jajanan saja. Ada filosofi dalam jajanan ini, terutama jika melihat tekstur dan cara pembuatannya. “Getas ini berbahan ketan dan gula yang memiliki filosofi apabila ingin hidup senang maka harus ditempuh dengan usaha keras. Semua akan berbuah manis pada akhirnya,” tuturnya. (gun/nur)

SURABAYA – Getas ketan, sebuah panganan lawas khas Surabaya yang masih bisa ditemui di antara jajanan pasar lainnya. Getas ini terbuat dari ketan hitam kemudian setelah jadi, diselimuti gula halus di luarnya. Gula ini membuat rasa manis dan menambah kenikmatan jajanan satu ini.

Jajanan yang terbuat dari campuran ketan, tepung beras, dan parutan kelapa ini biasa dinikmati dengan teh hangat. Pegiat Sejarah Surabaya Nur Setiawan mengungkapkan, getas ketan memang salah satu jajanan khas Surabaya. Namun, juga ada di daerah lain.

Getas memiliki dua warna, yaitu hitam dan putih, tergantung ketan yang digunakan untuk membuat jajanan ini. “Ada yang menggunakan ketan hitam atau putih,” katanya.

Baca Juga :  Pengunjung Tempat Wisata di Kota Batu Naik 300 Persen

Nur Setiawan mengatakan, getas ini biasa dinikmati saat bersantai pagi hari. Masyarakat dulu menikmati jajajanan ini dengan secangkir teh hangat.

Getas tidak hanya sekedar jajanan saja. Ada filosofi dalam jajanan ini, terutama jika melihat tekstur dan cara pembuatannya. “Getas ini berbahan ketan dan gula yang memiliki filosofi apabila ingin hidup senang maka harus ditempuh dengan usaha keras. Semua akan berbuah manis pada akhirnya,” tuturnya. (gun/nur)

Most Read

Berita Terbaru