Salah satu tujuan menikah adalah menghalalkan yang haram. Salah satunya hubungan suami istri. Namun sah saja rupanya tak cukup untuk bisa bersenang-senang dalam tanda kutip. Butuh fisik yang juga mendukung.
Dimata orang yang tak pandai bersyukur, rumput tetangga memang tampak lebih indah. Padahal kalau didekati, si rumput belum tentu benar-benar hijau. Bisa jadi malah kering kerontang atau busuk.
ADA benarnya juga memeriksakan kondisi kandungan sebelum memutuskan untuk menikah dengan pasangan. Paling tidak pengalaman Donwori, 37, dan Karin, 33, warga Kalirungkut, Surabaya ini bisa menjadi pembenaran imbuan tersebut.
Bagi Donwori, 48, punya istri tidak harus pandai. Yang penting cantik dan lugu. Makanya, tiga kali menikah, pria yang tinggal di kawasan Kenjeran itu selalu menikah dengan gadis lugu dan cupu.
Bergelimang harta rupanya tak membuat Karin bahagia. Meski selalu tampil cantik sekaligus terawat dengan lingkaran pertemanan yang bling-bling, mau ini itu tinggal gesek, mau liburan ke mana pun tinggal pesan tiket pesawat, namun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia kesepian.
Pasangan Donwori, 41, dan Karin, 39, ini. Sudah 12 tahun menjalani rumah tangga, keduanya tak kunjung mendapatkan momongan. Padahal keduanya tak lelah menjalani pengobatan medis maupun alternatif. Namun hasilnya tetap saja nihil.
Cinta dan mahar pernikahan ternyata tak cukup kuat untuk mengikat hati Karin menjadi istri hingga till jannah. Donwori tetap membutuhkan kekuatan lain, karena yang dihadapi kali ini adalah dunia lain.
KARIN, 43, bukanlah perempuan yang lurus-lurus amat. Namun, ia juga tidak pro dengan yang syiriksyirik. Itulah mengapa Karin selalu ngrusuhi manakala suaminya melakukan praktek klenik.