Inilah pentingnya mengenal calon pasangan sebelum memutuskan menikah. Supaya ketika sudah membangun bahtera rumah tangga, sudah tahu karakter masing-masing.
Selain soal materi, jatah rohani juga menjadi hal penting dalam rumah tangga. Kalau urusan di atas ranjang lancar, perjalanan roda rumah tangga insyaallah berjalan lancar.
TIDAK tahu perbedaan antara pelit dan tidak punya uang, namun Karin, 30, tetap saja mau dinikahi Donwori, 37. Oh ya Donwori ini pekerjaannya serabutan. Tapi serabutan kasta tertinggi, karena Donwori punya keahlian di bidang IT (information technology).
Pertengahan pekan lalu, Karin duduk sendiri di ruang tunggu Pengadilan Agama (PA) Kelas 1A Surabaya. Tatapan perempuan 42 tahun itu terlihat kosong. Wajahnya sendu. Agaknya Karin memendam luka yang dalam.
Enaknya punya keluarga ‘orang pintar’ adalah kalau butuh apa-apa, tinggal panggil. Masalahnya, kepinterannya saktil apa enggak? Ya seperti Donwori, 29, ini. Yang berkali-kali memanggil ‘kakaknya’ untuk membantu menyatukan kembali hubungan rumah tangganya yang nyaris bubar.
Dari pengakuannya kepada Radar Surabaya, Donwori bukanlah tipikal pria yang percaya klenik. Ia paham betul jika mengandalkan hal-hal semacam itu adalah syirik dan diganjar dosa. Namun demi cinta, pria 30 tahun itu rela menerabas keyakinan yang dipegang selama ini.
Salah satu tujuan menikah adalah menghalalkan yang haram. Salah satunya hubungan suami istri. Namun sah saja rupanya tak cukup untuk bisa bersenang-senang dalam tanda kutip. Butuh fisik yang juga mendukung.