28.3 C
Surabaya
Thursday, March 23, 2023

Kampung Kungfu Kapasan: Tekuk Perlawanan Belanda Pakai Jurus Beladiri

SURABAYA – Pada masanya, Kapasan Dalam adalah gudangnya pendekar kungfu. Eksistensinya mampu memberikan perlawanan pada penjajah saat itu. Kehebatan mereka digambarkan mirip dengan serial film aksi.

Wakil Ketua Kampung Wisata Pecinan Surabaya Michael Wijaya mengatakan, kampungnya sudah eksis sejak abad ke-18. Saat itu, Kelenteng Boen Bio sudah berdiri. Hal itu menandakan eksistensi warga Tionghoa di Surabaya. “Awalnya masih belum dikenal sebagai Kampung Kungfu,” ujarnya.

Keberadaan kampung itu terdengar hingga Tiongkok. Pada era yang sama, para perantau dari Tiongkok tiba di Surabaya. Katanya, mereka bermukim di sekitar kawasan itu. “Ada yang datang di Kembang Jepun, ada yang di sekitar Kembang Jepun, tapi tinggalnya di sini (Kapasan Dalam, Red),” paparnya.

Salah satunya adalah Kakek Michael. Kakeknya adalah perantau dari Tiongkok. Dia menyebutkan, kakeknya datang bersama para jagoan kungfu dan ahli pengobatan. “Dari situ wilayah Kapasan Dalam ini dikenal sebagai Kampung Kungfu,” jelasnya.

Baca Juga :  Depo Trem Wonokromo Saksi Kejayaan Transportasi Uap di Kota Pahlawan

Dia menjelaskan, kedatangan mereka bertahap. Karena faktor tempat tinggal yang belum pasti. Namun, angin segar datang saat itu, pemilik kelenteng memberikan tanah dengan sistem sewa. “Tanahnya di belakang kelenteng itu masih luas. Sejak itu, mulai banyak yang datang ke sini,” tuturnya.

Sejak itu, seni bela diri Tiongkok itu semakin berkembang di sana. Keberadaan jagoan kungfu dan ahli pengobatan juga berperan penting. Karena, mereka ikut berjuang pada masa penjajahan Belanda. “Mereka juga sempat melindungi para pejuang yang terluka di salah satu gedung seperti bangsal di sekitar sini,” paparnya.

Dia menyebutkan, nama bangsal itu adalah Balai Keselamatan Tong Yang We. Selain itu, bangsal itu terdapat bungker. Katanya, mereka menyembunyikan beberapa pejuang di sana, sementara para jagoan kungfu berjaga di garis depan.

Baca Juga :  Julukan Kota Pahlawan bagi Surabaya yang Terhormat dan Fenomenal

Michael mengisahkan cerita yang diturunkan kakeknya. Katanya, keahlian kungfu mereka mampu menekuk mundur penjajah. Saat bertarung, para jagoan kungfu ini cukup gesit.

“Mereka mampu loncat tinggi ke atap rumah. Terus, loncat dari genting ke genting dengan melakukan jurus. Kalau cerita versi tetangga-tetangga, zaman dulu, kungfu memang seperti di televisi,” bebernya.

Namun, eksistensi seni bela diri ini hingga sekitar 1960. Karena, menurutnya, tidak ada yang menurunkan ilmu itu. Generasi kungfu di Kapasan Dalam semakin terkikis. “Untuk sekarang masih ada yang latihan kungfu tapi kebutuhan dan porsinya sudah berbeda dengan zaman kakek saya,” jelasnya.

Salah satu faktornya adalah tidak ada ahli waris kungfu. Tapi, beberapa gerakan dasar masih bisa dipakai. Terutama pada aksi barongsai. Menurutnya, melalui kesenian ini, kungfu masih bisa lestari. “Ada beberapa kesamaan teknik dasar yang digunakan,” imbuhnya. (hil/nur)

SURABAYA – Pada masanya, Kapasan Dalam adalah gudangnya pendekar kungfu. Eksistensinya mampu memberikan perlawanan pada penjajah saat itu. Kehebatan mereka digambarkan mirip dengan serial film aksi.

Wakil Ketua Kampung Wisata Pecinan Surabaya Michael Wijaya mengatakan, kampungnya sudah eksis sejak abad ke-18. Saat itu, Kelenteng Boen Bio sudah berdiri. Hal itu menandakan eksistensi warga Tionghoa di Surabaya. “Awalnya masih belum dikenal sebagai Kampung Kungfu,” ujarnya.

Keberadaan kampung itu terdengar hingga Tiongkok. Pada era yang sama, para perantau dari Tiongkok tiba di Surabaya. Katanya, mereka bermukim di sekitar kawasan itu. “Ada yang datang di Kembang Jepun, ada yang di sekitar Kembang Jepun, tapi tinggalnya di sini (Kapasan Dalam, Red),” paparnya.

Salah satunya adalah Kakek Michael. Kakeknya adalah perantau dari Tiongkok. Dia menyebutkan, kakeknya datang bersama para jagoan kungfu dan ahli pengobatan. “Dari situ wilayah Kapasan Dalam ini dikenal sebagai Kampung Kungfu,” jelasnya.

Baca Juga :  Sekolah Tionghoa Pertama di Surabaya Berbahasa Hokkian

Dia menjelaskan, kedatangan mereka bertahap. Karena faktor tempat tinggal yang belum pasti. Namun, angin segar datang saat itu, pemilik kelenteng memberikan tanah dengan sistem sewa. “Tanahnya di belakang kelenteng itu masih luas. Sejak itu, mulai banyak yang datang ke sini,” tuturnya.

Sejak itu, seni bela diri Tiongkok itu semakin berkembang di sana. Keberadaan jagoan kungfu dan ahli pengobatan juga berperan penting. Karena, mereka ikut berjuang pada masa penjajahan Belanda. “Mereka juga sempat melindungi para pejuang yang terluka di salah satu gedung seperti bangsal di sekitar sini,” paparnya.

Dia menyebutkan, nama bangsal itu adalah Balai Keselamatan Tong Yang We. Selain itu, bangsal itu terdapat bungker. Katanya, mereka menyembunyikan beberapa pejuang di sana, sementara para jagoan kungfu berjaga di garis depan.

Baca Juga :  Kampung Keputran Dulu Tempat Tinggal Keluarga Kerajaan

Michael mengisahkan cerita yang diturunkan kakeknya. Katanya, keahlian kungfu mereka mampu menekuk mundur penjajah. Saat bertarung, para jagoan kungfu ini cukup gesit.

“Mereka mampu loncat tinggi ke atap rumah. Terus, loncat dari genting ke genting dengan melakukan jurus. Kalau cerita versi tetangga-tetangga, zaman dulu, kungfu memang seperti di televisi,” bebernya.

Namun, eksistensi seni bela diri ini hingga sekitar 1960. Karena, menurutnya, tidak ada yang menurunkan ilmu itu. Generasi kungfu di Kapasan Dalam semakin terkikis. “Untuk sekarang masih ada yang latihan kungfu tapi kebutuhan dan porsinya sudah berbeda dengan zaman kakek saya,” jelasnya.

Salah satu faktornya adalah tidak ada ahli waris kungfu. Tapi, beberapa gerakan dasar masih bisa dipakai. Terutama pada aksi barongsai. Menurutnya, melalui kesenian ini, kungfu masih bisa lestari. “Ada beberapa kesamaan teknik dasar yang digunakan,” imbuhnya. (hil/nur)

Most Read

Berita Terbaru