28.3 C
Surabaya
Thursday, June 8, 2023

Dinoyo, Jalan Antarkota Tertua di Surabaya yang Jadi Barak Kavaleri

JALAN Dinoyo adalah jalan antarkota tertua di Surabaya. Inisiator perkumpulan Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo mengatakan, sejak tahun 1809-1811, Gubernur Hindia Belanda Willem Herman Daendels membangun jalur pos yang menghubungkan Anyer-Panarukan. Jalan itu melalui desa Dinoyo dan Gunungsari adalah percabangannya. Sehingga dua jalan ini satu rangkaian.

“Kita bayangkan rute jalur Daendels itu dari dalam kota kawasan Jembatan Merah, jalur jalan kuno menuju selatan melewati Gemblongan, Toendjoengan, Kaliasin, Desa Keputran, Desa Groedo, Desa Ketampon, Desa Denojo (Dinoyo), Desa Darmorejo, Desa Pandjoenan (terminal Joyoboyo),” kata Kuncarsono.

Lebih lanjut Kuncarsono menjelaskan, untuk Jalan Diyono sudah ada sebelum jalan tersebut dibangun. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya makam keramat yang disebut mbah Cagak Joyo Prawiro Dinoyo. Keturunannya masih banyak di daerah ini.

Baca Juga :  Benteng Prins Hendrik yang Kini Jadi Kampung Benteng di Kelurahan Ujung

Sosok Mbah Cagak Joyo dari mulut ke mulut diyakini adalah perwira perang masa akhir kerajaan Majapahit. Masih satu rangkaian dengan sejarah Sunan Bungkul yang makamnya juga tidak jauh dari situ. “Maka Dinoyo sudah ada pada periode Sunan Ampel, pada tahun 1400-an,” jelasnya.

Kemudian seorang Mayor Inggris bernama William Thorn pasca kemenangan Inggris atas Belanda pada tahun 1811 mengunjungi Surabaya. Mereka membangun markas militer Divisi Timur bernama kompleks De Noto, berjarak empat mil dari Kota Surabaya dan dekat sungai. Rendahnya tanah serta hutan di dekatnya membuat kawasan ini sangat tak sehat dan saat memasuki musim hujan tak bisa ditinggali, air sungai meluap membanjiri kompleks itu.

Baca Juga :  Menginspirasi, Kaum Tuna Netra Jadi Pemandu Wisata Sejarah di Surabaya

“Jadi kawasan Dinoyo pernah menjadi barak kavaleri yang kemudian dipindahkan ke Chinese Buitenweg. Kawasan gedung kantor dan tempat tinggal pasukan militer sekarang bernama Dinoyo Tangsi, kawasan lapangan latihan menyisakan nama Dinoyo Alun-Alun,” tutupnya. (jar/nur)

JALAN Dinoyo adalah jalan antarkota tertua di Surabaya. Inisiator perkumpulan Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo mengatakan, sejak tahun 1809-1811, Gubernur Hindia Belanda Willem Herman Daendels membangun jalur pos yang menghubungkan Anyer-Panarukan. Jalan itu melalui desa Dinoyo dan Gunungsari adalah percabangannya. Sehingga dua jalan ini satu rangkaian.

“Kita bayangkan rute jalur Daendels itu dari dalam kota kawasan Jembatan Merah, jalur jalan kuno menuju selatan melewati Gemblongan, Toendjoengan, Kaliasin, Desa Keputran, Desa Groedo, Desa Ketampon, Desa Denojo (Dinoyo), Desa Darmorejo, Desa Pandjoenan (terminal Joyoboyo),” kata Kuncarsono.

Lebih lanjut Kuncarsono menjelaskan, untuk Jalan Diyono sudah ada sebelum jalan tersebut dibangun. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya makam keramat yang disebut mbah Cagak Joyo Prawiro Dinoyo. Keturunannya masih banyak di daerah ini.

Baca Juga :  Keberadaan Sluis Ngagel untuk Perahu Lintas Sungai dari Hulu ke Hilir

Sosok Mbah Cagak Joyo dari mulut ke mulut diyakini adalah perwira perang masa akhir kerajaan Majapahit. Masih satu rangkaian dengan sejarah Sunan Bungkul yang makamnya juga tidak jauh dari situ. “Maka Dinoyo sudah ada pada periode Sunan Ampel, pada tahun 1400-an,” jelasnya.

Kemudian seorang Mayor Inggris bernama William Thorn pasca kemenangan Inggris atas Belanda pada tahun 1811 mengunjungi Surabaya. Mereka membangun markas militer Divisi Timur bernama kompleks De Noto, berjarak empat mil dari Kota Surabaya dan dekat sungai. Rendahnya tanah serta hutan di dekatnya membuat kawasan ini sangat tak sehat dan saat memasuki musim hujan tak bisa ditinggali, air sungai meluap membanjiri kompleks itu.

Baca Juga :  Bangunan Cagar Budaya Eks Kantor Bond van Huiseigenaren di Kembang Jepun

“Jadi kawasan Dinoyo pernah menjadi barak kavaleri yang kemudian dipindahkan ke Chinese Buitenweg. Kawasan gedung kantor dan tempat tinggal pasukan militer sekarang bernama Dinoyo Tangsi, kawasan lapangan latihan menyisakan nama Dinoyo Alun-Alun,” tutupnya. (jar/nur)

Most Read

Berita Terbaru