25 C
Surabaya
Sunday, June 11, 2023

Bioskop Sudah Ada di Surabaya Sejak 1901

SURABAYA – Keberadaan bioskop di Surabaya sudah ada sejak awal abad ke-20 atau sekitar tahun 1901. Namun, keberadaan bioskop tertua di Surabaya masih belum ditemukan catatannya.

Pustakawan Universitas Ciputra Chrisyandi Tri Kartika menuturkan, masyarakat Belanda yang hidup di Hindia-Belanda tepatnya di Batavia (Jakarta) mulai bisa menonton film di bioskop pada 5 Desember 1900. Artinya, hanya selang lima tahun sesudah tahun 1895 masyarakat Perancis dan Amerika Serikat menikmati pertama kalinya film.

“Umur bioskop di Surabaya pasti terkait perkembangan di Batavia. Kemungkinan awal 1900 bioskop sudah ada di Surabaya,” ujarnya, kepada Radar Surabaya.

Chrisyandi mengungkapkan, pada masa perang dunia pertama tahun 1911-1914 mempengaruhi ekonomi di Eropa. Dampaknya juga dirasakan di Hindia Belanda. Yakni, perbioskopan mengalami penurunan yang sangat tajam.

“Baru pada tahun 1920 tanda-tanda perbaikan ekonomi mulai pulih, dan orang Tionghoa di Hindia Belanda mulai membangun kembali usaha di bidang perbioskopan,” paparnya.

Baca Juga :  Jembatan Peneleh, Saksi Pertempuran 1945, Dibangun 1890-an

Menurut Chrisyandi, pada tahun 1920 bioskop di Hindia Belanda masih setengah bioskop. Yakni menggunakan bangunan rumah biasa. Kemudian sekitar tahun 1920-1936 gedung bioskop dibangun dengan struktur dan unsur-unsur lain yang membedakan dengan bangunan lainnya.

“Di Surabaya sendiri ada beberapa bioskop pemiliknya orang Tionghoa. Seperti The Tjwan Jang Luxor, Liem Sing Tsee Sampoerna dan Princes. Mungkin ini yang pertama (Surabaya),” bebernya.

Pegiat Sejarah Surabaya Nur Satriawan menambahkan, tidak ada catatan bioskop pertama di Surabaya. Namun, memasuki abad ke 20 bioskop sudah menjamur di Kota Pahlawan.

“Semenjak dunia perfilman dan seni peran mulai ramai di Barat (Eropa) akhirnya merambah hingga ke Hindia-Belanda,” ucapnya. Awalnya film-film hanya menampilkan visual tanpa audio (suara).

Baca Juga :  Benteng Prins Hendrik yang Kini Jadi Kampung Benteng di Kelurahan Ujung

“Bioskop awalnya hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu, khususnya warga kulit putih (Eropa), para saudagar hingga bangsawan lokal,” sebutnya. Namun seiring perkembangan zaman semua kalangan bisa menikmati bioskop. Tentu dengan kelas masing-masing.

“Karena animo masyarakat Hindia-Belanda khususnya Surabaya cukup besar terhadap film dan bioskop, tahun 1932 Charlie Chaplin sang pelawak sekaligus aktor asal Inggris sempat mampir di Surabaya,” urainya.

Pegiat Sejarah Surabaya Kuncarsono Prasetyo menjelaskan, kedatangan Charlie Chaplin di Surabaya pada tahun 1932 terkait dengan pemutaran film perdananya di bioskop Sampoerna. “Bioskop itu ya di Museum House Sampoerna itu. Charlie Chaplin juga sempat menginap di Hotel Oranje yang kini menjadi Hotel Majapahit,” pungkasnya. (rus)

SURABAYA – Keberadaan bioskop di Surabaya sudah ada sejak awal abad ke-20 atau sekitar tahun 1901. Namun, keberadaan bioskop tertua di Surabaya masih belum ditemukan catatannya.

Pustakawan Universitas Ciputra Chrisyandi Tri Kartika menuturkan, masyarakat Belanda yang hidup di Hindia-Belanda tepatnya di Batavia (Jakarta) mulai bisa menonton film di bioskop pada 5 Desember 1900. Artinya, hanya selang lima tahun sesudah tahun 1895 masyarakat Perancis dan Amerika Serikat menikmati pertama kalinya film.

“Umur bioskop di Surabaya pasti terkait perkembangan di Batavia. Kemungkinan awal 1900 bioskop sudah ada di Surabaya,” ujarnya, kepada Radar Surabaya.

Chrisyandi mengungkapkan, pada masa perang dunia pertama tahun 1911-1914 mempengaruhi ekonomi di Eropa. Dampaknya juga dirasakan di Hindia Belanda. Yakni, perbioskopan mengalami penurunan yang sangat tajam.

“Baru pada tahun 1920 tanda-tanda perbaikan ekonomi mulai pulih, dan orang Tionghoa di Hindia Belanda mulai membangun kembali usaha di bidang perbioskopan,” paparnya.

Baca Juga :  Benteng Prins Hendrik yang Kini Jadi Kampung Benteng di Kelurahan Ujung

Menurut Chrisyandi, pada tahun 1920 bioskop di Hindia Belanda masih setengah bioskop. Yakni menggunakan bangunan rumah biasa. Kemudian sekitar tahun 1920-1936 gedung bioskop dibangun dengan struktur dan unsur-unsur lain yang membedakan dengan bangunan lainnya.

“Di Surabaya sendiri ada beberapa bioskop pemiliknya orang Tionghoa. Seperti The Tjwan Jang Luxor, Liem Sing Tsee Sampoerna dan Princes. Mungkin ini yang pertama (Surabaya),” bebernya.

Pegiat Sejarah Surabaya Nur Satriawan menambahkan, tidak ada catatan bioskop pertama di Surabaya. Namun, memasuki abad ke 20 bioskop sudah menjamur di Kota Pahlawan.

“Semenjak dunia perfilman dan seni peran mulai ramai di Barat (Eropa) akhirnya merambah hingga ke Hindia-Belanda,” ucapnya. Awalnya film-film hanya menampilkan visual tanpa audio (suara).

Baca Juga :  Stasiun Semut Peninggalan Belanda Bakal Difungsikan Lagi

“Bioskop awalnya hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu, khususnya warga kulit putih (Eropa), para saudagar hingga bangsawan lokal,” sebutnya. Namun seiring perkembangan zaman semua kalangan bisa menikmati bioskop. Tentu dengan kelas masing-masing.

“Karena animo masyarakat Hindia-Belanda khususnya Surabaya cukup besar terhadap film dan bioskop, tahun 1932 Charlie Chaplin sang pelawak sekaligus aktor asal Inggris sempat mampir di Surabaya,” urainya.

Pegiat Sejarah Surabaya Kuncarsono Prasetyo menjelaskan, kedatangan Charlie Chaplin di Surabaya pada tahun 1932 terkait dengan pemutaran film perdananya di bioskop Sampoerna. “Bioskop itu ya di Museum House Sampoerna itu. Charlie Chaplin juga sempat menginap di Hotel Oranje yang kini menjadi Hotel Majapahit,” pungkasnya. (rus)

Most Read

Berita Terbaru