25 C
Surabaya
Monday, May 29, 2023

Gereja Panggung atau GBT Immanuel Dibangun tahun 1933 oleh Warga Tionghoa

SURABAYA – Gereja Bethel Tabernakel (GBT) Immanuel atau Gereja Panggung berada di Jalan Panggung. Dipilihnya lokasi tersebut saat pembangunannya di tahun 1933 karena banyak orang-orang Tionghoa di kawasan tersebut.

Pimpinan atau Gembala Pendeta Stefanus Sutanto,ST melalui Wakil Gembala Sidang, Andreas Untal M. Simanjuntak mengatakan, bahwa Gereja Bethel Tabernakel Immanuel ini dulu masih Gereja Panggung.

“Melihat dari piagam ada tulisan Gereja Panggung berdiri sejak tanggal 21 Maret 1933 dan berubah menjadi Gereja Bethel Tabernakel Immanuel itu tahun berapa tidak tahu,” kata Andreas saat ditemui di gereja tersebut.

Menurut Andreas, yang datang ke gereja ini orang-orang setia dan banyak jemaat tua yang lokasi tempat tinggalnya tidak jauh dari gereja ini. Bahkan dulu ada jemaat dari Driyorejo Gresik yang beribadah di sini. “Dulu ada jemaat dari Driyorejo ke sini untuk beribadah,” ucapnya.

Baca Juga :  Nyamplungan-Pegirian-Mas Mansyur : Kawasan Segitiga Emas di Surabaya Utara

Andreas menjelaskan, untuk panjang gereja ini mencapai 30 meter dan lebarnya 3,5 meter. Bangunan ini terdiri dari dua lantai, lantai dasar untuk beribadah dan lantai dua untuk kamar.

“Terus bertumbuh banyak jamaat, selain bertumbuh menjadi jemaat yang kuat di dalam iman kepada Kristus Yesus. Supaya mampu menjalani proses hidup yang Tuhan izinkan,” harapnya.

Sementara itu, pegiat sejarah Surabaya, Nur Setiawan mengatakan, gereja ini berdiri sekitar abad 19 atau awal abad ke-20. Karena Gereja Bethel Tabernakel Immanuel ini berdiri di bangunan kuno, jadi seolah-olah seperti gereja tua.

Karena saat itu di kawasan Kembang Jepun dan sekitarnya bukan hanya pusat perputaran ekonomi saja, tetapi di dalamnya banyak religiusitas. Sehingga keberadaan gereja tersebut untuk pembinaan kerohanian.

Baca Juga :  Banyak Jalan dengan Nama Kerajaan di Surabaya

“Karena di kawasan Kembang Jepun dan sekitarnya banyak orang-orang Cina, pribumi dan lain-lainnya. Sehingga ada gereja ini di Jalan Panggung,” ungkap Andreas yang tinggal di gereja ini mulai tahun 2008. (jar/nur)

SURABAYA – Gereja Bethel Tabernakel (GBT) Immanuel atau Gereja Panggung berada di Jalan Panggung. Dipilihnya lokasi tersebut saat pembangunannya di tahun 1933 karena banyak orang-orang Tionghoa di kawasan tersebut.

Pimpinan atau Gembala Pendeta Stefanus Sutanto,ST melalui Wakil Gembala Sidang, Andreas Untal M. Simanjuntak mengatakan, bahwa Gereja Bethel Tabernakel Immanuel ini dulu masih Gereja Panggung.

“Melihat dari piagam ada tulisan Gereja Panggung berdiri sejak tanggal 21 Maret 1933 dan berubah menjadi Gereja Bethel Tabernakel Immanuel itu tahun berapa tidak tahu,” kata Andreas saat ditemui di gereja tersebut.

Menurut Andreas, yang datang ke gereja ini orang-orang setia dan banyak jemaat tua yang lokasi tempat tinggalnya tidak jauh dari gereja ini. Bahkan dulu ada jemaat dari Driyorejo Gresik yang beribadah di sini. “Dulu ada jemaat dari Driyorejo ke sini untuk beribadah,” ucapnya.

Baca Juga :  Pasar Atom Dulu adalah Pasar Kaget Warga Tionghoa

Andreas menjelaskan, untuk panjang gereja ini mencapai 30 meter dan lebarnya 3,5 meter. Bangunan ini terdiri dari dua lantai, lantai dasar untuk beribadah dan lantai dua untuk kamar.

“Terus bertumbuh banyak jamaat, selain bertumbuh menjadi jemaat yang kuat di dalam iman kepada Kristus Yesus. Supaya mampu menjalani proses hidup yang Tuhan izinkan,” harapnya.

Sementara itu, pegiat sejarah Surabaya, Nur Setiawan mengatakan, gereja ini berdiri sekitar abad 19 atau awal abad ke-20. Karena Gereja Bethel Tabernakel Immanuel ini berdiri di bangunan kuno, jadi seolah-olah seperti gereja tua.

Karena saat itu di kawasan Kembang Jepun dan sekitarnya bukan hanya pusat perputaran ekonomi saja, tetapi di dalamnya banyak religiusitas. Sehingga keberadaan gereja tersebut untuk pembinaan kerohanian.

Baca Juga :  Kampung Seng Kumpulan Rumah Petak Beratap Seng Tempat Tinggal Warga Perantauan

“Karena di kawasan Kembang Jepun dan sekitarnya banyak orang-orang Cina, pribumi dan lain-lainnya. Sehingga ada gereja ini di Jalan Panggung,” ungkap Andreas yang tinggal di gereja ini mulai tahun 2008. (jar/nur)

Most Read

Berita Terbaru