25 C
Surabaya
Sunday, June 11, 2023

Cak Durasim, Seniman Sekaligus Tokoh Perjuangan

SURABAYA – Gondo Durasim atau Cak Durasim adalah seniman ludruk legendaris di Jawa Timur. Pria kelahiran Jombang itu tidak hanya dikenal di Jatim, namun bahkan hampir berbagai daerah di Indonesia.

Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Samidi mengatakan, Cak Durasim merupakan seniman ludruk kondang. “Dia teman Dr. Soetomo yang dapat ditafsirkan guru politik Cak Durasim,” jelasnya, Jumat (18/3).

Dia menambahkan, Cak Durasim bersama Dr Soetomo berteman akrab. Setelah menjalin pertemanan kemudian berkolaborasi mendirikan Ludruk Organisatie pada tahun 1930 di Surabaya. Selain sebagai panggung drama, saat itu Cak Durasim sudah membawakan ludruk sebagai drama, ada banyolan dan ada unsur cerita.

Baca Juga :  Benteng Prins Hendrik yang Kini Jadi Kampung Benteng di Kelurahan Ujung

Setelah kedatangan Jepang, sosok Cak Durasim juga gencar menyuarakan pesan perjuangan melalui seni ludruk. Bahkan dia membuat satu kidung atau parikan yang membangkitkan semangat perjuangan arek-arek Suroboyo.

Salah satu kidungnya atau parikan yang terkenal:

“Bekupon omahe doro,
Jaman Nippon tambah sengsoro”

Kidung tersebut konon sesuai dengan keadaan bangsa Indonesia pada waktu dijajah Jepang. Saat dijajah Jepang kehidupan bangsa Indonesia tambah sengsara.

Cak Durasim sendiri setelah wafat dimakamkan di pemakaman Tembok Dukuh. Selain itu, nama Cak Durasim juga dibuat penamaan gedung teater terbuka dan pertunjukan seni di Jalan Genteng Kali. (rus/nur)

SURABAYA – Gondo Durasim atau Cak Durasim adalah seniman ludruk legendaris di Jawa Timur. Pria kelahiran Jombang itu tidak hanya dikenal di Jatim, namun bahkan hampir berbagai daerah di Indonesia.

Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Samidi mengatakan, Cak Durasim merupakan seniman ludruk kondang. “Dia teman Dr. Soetomo yang dapat ditafsirkan guru politik Cak Durasim,” jelasnya, Jumat (18/3).

Dia menambahkan, Cak Durasim bersama Dr Soetomo berteman akrab. Setelah menjalin pertemanan kemudian berkolaborasi mendirikan Ludruk Organisatie pada tahun 1930 di Surabaya. Selain sebagai panggung drama, saat itu Cak Durasim sudah membawakan ludruk sebagai drama, ada banyolan dan ada unsur cerita.

Baca Juga :  Pers Tempo Doeloe dan Perjuangan Melawan Penjajah

Setelah kedatangan Jepang, sosok Cak Durasim juga gencar menyuarakan pesan perjuangan melalui seni ludruk. Bahkan dia membuat satu kidung atau parikan yang membangkitkan semangat perjuangan arek-arek Suroboyo.

Salah satu kidungnya atau parikan yang terkenal:

“Bekupon omahe doro,
Jaman Nippon tambah sengsoro”

Kidung tersebut konon sesuai dengan keadaan bangsa Indonesia pada waktu dijajah Jepang. Saat dijajah Jepang kehidupan bangsa Indonesia tambah sengsara.

Cak Durasim sendiri setelah wafat dimakamkan di pemakaman Tembok Dukuh. Selain itu, nama Cak Durasim juga dibuat penamaan gedung teater terbuka dan pertunjukan seni di Jalan Genteng Kali. (rus/nur)

Most Read

Berita Terbaru