SURABAYA – Di Kota Surabaya, selain Kalimas dahulu terdapat sungai yang mempunyai peranan penting dalam menunjang aktivitas warga. Sungai tersebut adalah Kali Pegirian.
Sungai yang berada di sekitar kawasan Ampel, Kecamatan Semampir ini menjadi sungai penting di Surabaya. Dalam buku Eer Wed Een Stad Geboren Karya Von Faber sekitar tahun 1275 atau abad ke-13, di tepi Kali Pegirian sudah banyak kampung. Selain itu, Kali Pegirian menjadi sungai penting yang dimanfaatkan sebagai jalur perdagangan.
Pustakawan Sejarah Chrisyandi Tri Kartika mengungkapkan, di Kali Pegirian dahulu banyak perahu-perahu kecil bersandar. Perahu tersebut mengangkut komoditi dagang dan kebutuhan masyarakat.
Perahu kecil masuk melalui Pegirian, kemudian ke Peneleh, Jagir hingga ke kawasan anak Sungai Brantas atau ke pedalaman.
“Di Kali Pegirian banyak perahu dahulu bersandar. Di tepi sungainya ada tangga atau undakan-undakan,” ujarnya kepada Radar Surabaya.
Undakan-undakan itu berfungsi sebagai pijakan untuk memudahkan aktivitas warga, baik dari perahu yang akan ke daratan maupun sebaliknya. “Termasuk juga untuk cuci baju masyarakat, cuci ikan hasil tangkapan, mandi dan lain-lainnya,” bebernya.
Dalam foto lama yang diterbitkan KITLV sebuah media perpustakaan digital Belanda, kondisi Kali Pegirian pada tahun 1920 terlihat masih cukup lebar dan terawat.
Di tepi sungai terdapat undakan-undakan yang menghubungkan ke daratan atau menuju ke Jalan Nyamplungan. Sementara di jalan terlihat ada pejalan kaki dan transportasi sejenis bendi berjalan ditarik kuda. Di bagian kiri jalan terdapat rumah-rumah warga.
Saat ini, kondisi Kali Pegirian lebih sempit dan dangkal. Tentunya susah untuk di lewati perahu. Kali Pegirian kini hanya menjadi saluran dan penampungan air. Selain itu ada pula yang dibangun sentra PKL oleh pemkot.
“Berbeda dengan Kalimas, Kali Pegirian ini kejayaannya benar-benar sudah berhenti. Namun di balik itu, cerita dan sejarahnya masih dikenang,” pungkasnya. (rus/nur)