SURABAYA – Mendengar kata daerah kilang minyak, pasti yang terpikirkan adalah daerah seperti Cilacap, Dumai, Balongan, Pangkalan Brandan, hingga Cepu. Tapi siapa sangka sejarah perminyakan di Indonesia dimulai di kota Surabaya, tepatnya di Wonokromo.
Kilang minyak pertama di Surabaya dibangun pada tahun 1889. Hal ini berawal dari temuan pemerintah kolonial Belanda akan potensi minyak di kawasan Surabaya, sehingga dibangunlah kilang tersebut.
Menurut guru besar ilmu sejarah Universitas Airlangga (Unair) Purnawan Basundoro, eksplorasi minyak ketika itu dilakukan oleh Bataafsche Petroleum Maatschappij (BMP) perusahaan minyak asal Belanda. “Ya, yang pertama mengeksplorasi sumber minyak di Wonkoromo adalah BPM,” katanya.
Ketika itu Surabaya dan sekitarnya merupakan daerah pemasaran yang sangat baik bagi minyak lampu hasil Kilang Wonokromo. Produk kilang dijual dalam jumlah besar kepada pembeli yang datang sendiri ke kilang dengan membawa kaleng-kaleng bekas minyak lampu produk Amerika untuk kemasannya.
Purnawan menuturkan, seiring berjalannya waktu, eksplorasi minyak di Wonokromo dilakukan besar-besaran yang kemudian diolah untuk berbagai kebutuhan, seperti bahan bakar kendaraan. Sehingga BPM ketika itu berinisiatif untuk membuat kilang minyak yang dibangun di kawasan Wonokromo atau sekarang menjadi lokasi kantor PT Pertamina.
“Kilangnya dulu di Wonokromo kecil yang dikelola oleh BPM yang ketika bermarkas di Den Haag, Belanda,” tuturnya.
Bahkan seiring berjalannya waktu, di sekitar kawasan Wonokromo juga terdapat sumur-sumur minyak, seperti di kawasan Kutisari. Dari hasil sumur tersebut menghasilkan 8 ribu liter per tahun. Minyak di kawasan Surabaya pun akhirnya mengalami penurunan produksi, dan BPM mulai mengeksplorasi minyak di daerah lain. “Minyak yang dihasilkan akhirnya berhenti tahun 1950,” pungkasnya. (rmt/nur)