28 C
Surabaya
Friday, June 9, 2023

Meromansakan Wisata Kota Lama di Jalan Karet

SURABAYA – Berbicara soal kota lama Surabaya, ada banyak kawasan yang menarik perhatian dan memiliki cerita kejayaan di masa lalu. Salah satunya adalah Petjinan Kulon atau Chineesche Voorstraat yang kini bernama Jalan Karet. Kawasan ini merupakan bagian dari kawasan Pecinan yang sangat ramai di masa kolonial seiring perkembangannya sebagai wilayah perniagaan.

Ingin mengembalikan kejayaan Jalan Karet di masa lalu, Camat Pabean Cantikan, Mohammad Januar Rizal, menggagas program yang bertujuan untuk meromansakan Jalan Karet.

Selain ingin lebih mengenalkan jalan yang mempunyai karakteristik kental Tionghoa ini, sekaligus menghidupkan kota lama, laki-laki yang akrab disapa Rizal ini juga ingin menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata heritage andalan di Kota Pahlawan.

Sekaligus upaya untuk membangkitkan UMKM, khususnya yang bercitarasa Tionghoa, sebagaimana yang diharapkan oleh Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. Untuk mewujudkan hal itu, Kecamatan Pabean Cantikan menggandeng para stakeholder, termasuk harian Radar Surabaya yang berkantor di Jalan Kembang Jepun 167 Surabaya.

HERITAGE: Bangunan lawas yang bertebaran di Jalan Karet menyimpan potensi daya tarik sebagai wisata kota lama. (SURYANTO/RADAR SURABAYA)

Seperti halnya Jalan Tunjungan yang kejayaan masa lalunya dapat dibangkitkan lagi melalui Tunjungan Romansa, Jalan Karet pun diharapkan demikian.

“Kalau malam jalan ini sepi dan terkesan rawan, tapi nanti dengan adanya kegiatan seperti di Jalan Tunjungan, jalan ini juga akan hidup di malam hari. Tak hanya ramai aktivitas ekspedisi niaga di siang hari saja,” ujar Rizal saat berdiskusi di Kantor Radar Surabaya, Rabu (8/6).

Baca Juga :  Taman Apsari Dibangun Dirk Van Hogendorp Tahun 1795

Rizal menuturkan, upaya menghidupkan kota lama di jalan yang memiliki panjang sekitar 650 meter ini akan dilakukan dengan menggelar bazaar UMKM khas Tionghoa. Ini diharapkan akan menjadi daya tarik tersendiri karena kawasan ini dikenal sejak dulu sebagai pecinannya Surabaya (Chinese Town).

Selain itu juga akan dihadirkan beberapa jenis hiburan seperti musik tempo dulu dan event-event khusus yang digelar di saat tertentu. “Saya dengar Radar Surabaya dulu punya acara Mami Kola (Malam Minggu di Kota Lama), mungkin nanti bisa berkolaborasi dengan kami untuk menghidupkan kawasan Kota Lama ini sekaligus jadi daya tarik yang berbeda,” jelasnya.

Untuk mewujudkannya, imbuh Rizal, pihaknya akan memulai dengan pengajuan penambahan sarana dan prasarana ke dinas terkait. Seperti penambahan lampu penerangan jalan umum (PJU), lampu hias, bollard, revitalisasi bangunan lawas, hingga pembenahan saluran air atau box culvert sehingga bisa terlihat lebih estetik.

“Pemkot Surabaya sedang gencar memasarkan wisata kota lama di Surabaya Utara. Nah, ini menjadi salah satu dukungan kami dan semoga dapat segera terealisasi,” tegasnya didampingi beberapa lurah di kawasan Pabean Cantikan.

Menyambut ajakan tersebut, Direktur Radar Surabaya, Lilik Widyantoro mengatakan bahwa pihaknya sebagai media massa yang berkantor di kawasan Pecinan Kembang Jepun siap mendorong dan meramaikan pengembangan kawasan kota lama di Jalan Karet tersebut.

Baca Juga :  Siapkan Karet Romansa, Pemkot Aspal Jalan Bibis hingga Pertigaaan Kembang Jepun

Bentuk kegiatan yang diberikan bisa berupa kontribusi event hiburan seperti Mami Kola, maupun pemberitaan dan sosialisasi yang masif kepada masyarakat tentang revitalisasi kawasan di pinggir sungai Kalimas tersebut.

Sementara itu, pegiat sejarah Freddy H. Istanto mengatakan bahwa dalam pengembangan Jalan Karet sebagai destinasi wisata kota lama perlu dikuatkan karakter yang ada, yakni pecinan. Sehingga karakter romansa Pecinan tersebut yang bisa dinikmati dan dikangeni masyarakat.

“Yang paling utama untuk menata Jalan Karet jangan salah pilih orientasi. Jangan sampai menggunakan ornamen atau tetenger yang tidak sesuai dengan kultur Pecinan yang kuat di sana,” ungkap dosen Universitas Ciputra Surabaya ini.

Karakter kawasan baginya bisa menjadi daya tarik masyarakat untuk mengenang sejarah di kawasan tersebut. “Jadi jangan disamaratakan dengan Jalan Tunjungan, atau Jalan Panggung yang lebih dekat,” imbuhnya.

Ia mencontohkan perlu adanya penambahan ornamen desain khusus, bahkan kursi serta penataannya juga harus menonjolkan Pecinan. Tak hanya itu, lampu jalan atau trotoar juga harus beda. “Intinya harus menonjolkan nuansa Cina-nya. Jangan, nantinya menggunakan lampu khas Yogya seperti yang digunakan saat ini,” ujarnya. (rmt/nur/jay)

SURABAYA – Berbicara soal kota lama Surabaya, ada banyak kawasan yang menarik perhatian dan memiliki cerita kejayaan di masa lalu. Salah satunya adalah Petjinan Kulon atau Chineesche Voorstraat yang kini bernama Jalan Karet. Kawasan ini merupakan bagian dari kawasan Pecinan yang sangat ramai di masa kolonial seiring perkembangannya sebagai wilayah perniagaan.

Ingin mengembalikan kejayaan Jalan Karet di masa lalu, Camat Pabean Cantikan, Mohammad Januar Rizal, menggagas program yang bertujuan untuk meromansakan Jalan Karet.

Selain ingin lebih mengenalkan jalan yang mempunyai karakteristik kental Tionghoa ini, sekaligus menghidupkan kota lama, laki-laki yang akrab disapa Rizal ini juga ingin menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata heritage andalan di Kota Pahlawan.

Sekaligus upaya untuk membangkitkan UMKM, khususnya yang bercitarasa Tionghoa, sebagaimana yang diharapkan oleh Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. Untuk mewujudkan hal itu, Kecamatan Pabean Cantikan menggandeng para stakeholder, termasuk harian Radar Surabaya yang berkantor di Jalan Kembang Jepun 167 Surabaya.

HERITAGE: Bangunan lawas yang bertebaran di Jalan Karet menyimpan potensi daya tarik sebagai wisata kota lama. (SURYANTO/RADAR SURABAYA)

Seperti halnya Jalan Tunjungan yang kejayaan masa lalunya dapat dibangkitkan lagi melalui Tunjungan Romansa, Jalan Karet pun diharapkan demikian.

“Kalau malam jalan ini sepi dan terkesan rawan, tapi nanti dengan adanya kegiatan seperti di Jalan Tunjungan, jalan ini juga akan hidup di malam hari. Tak hanya ramai aktivitas ekspedisi niaga di siang hari saja,” ujar Rizal saat berdiskusi di Kantor Radar Surabaya, Rabu (8/6).

Baca Juga :  Pasang Bolard untuk Percantik Jalan Karet

Rizal menuturkan, upaya menghidupkan kota lama di jalan yang memiliki panjang sekitar 650 meter ini akan dilakukan dengan menggelar bazaar UMKM khas Tionghoa. Ini diharapkan akan menjadi daya tarik tersendiri karena kawasan ini dikenal sejak dulu sebagai pecinannya Surabaya (Chinese Town).

Selain itu juga akan dihadirkan beberapa jenis hiburan seperti musik tempo dulu dan event-event khusus yang digelar di saat tertentu. “Saya dengar Radar Surabaya dulu punya acara Mami Kola (Malam Minggu di Kota Lama), mungkin nanti bisa berkolaborasi dengan kami untuk menghidupkan kawasan Kota Lama ini sekaligus jadi daya tarik yang berbeda,” jelasnya.

Untuk mewujudkannya, imbuh Rizal, pihaknya akan memulai dengan pengajuan penambahan sarana dan prasarana ke dinas terkait. Seperti penambahan lampu penerangan jalan umum (PJU), lampu hias, bollard, revitalisasi bangunan lawas, hingga pembenahan saluran air atau box culvert sehingga bisa terlihat lebih estetik.

“Pemkot Surabaya sedang gencar memasarkan wisata kota lama di Surabaya Utara. Nah, ini menjadi salah satu dukungan kami dan semoga dapat segera terealisasi,” tegasnya didampingi beberapa lurah di kawasan Pabean Cantikan.

Menyambut ajakan tersebut, Direktur Radar Surabaya, Lilik Widyantoro mengatakan bahwa pihaknya sebagai media massa yang berkantor di kawasan Pecinan Kembang Jepun siap mendorong dan meramaikan pengembangan kawasan kota lama di Jalan Karet tersebut.

Baca Juga :  Lapangan THOR Dulu Markas Klub Sepak Bola Belanda

Bentuk kegiatan yang diberikan bisa berupa kontribusi event hiburan seperti Mami Kola, maupun pemberitaan dan sosialisasi yang masif kepada masyarakat tentang revitalisasi kawasan di pinggir sungai Kalimas tersebut.

Sementara itu, pegiat sejarah Freddy H. Istanto mengatakan bahwa dalam pengembangan Jalan Karet sebagai destinasi wisata kota lama perlu dikuatkan karakter yang ada, yakni pecinan. Sehingga karakter romansa Pecinan tersebut yang bisa dinikmati dan dikangeni masyarakat.

“Yang paling utama untuk menata Jalan Karet jangan salah pilih orientasi. Jangan sampai menggunakan ornamen atau tetenger yang tidak sesuai dengan kultur Pecinan yang kuat di sana,” ungkap dosen Universitas Ciputra Surabaya ini.

Karakter kawasan baginya bisa menjadi daya tarik masyarakat untuk mengenang sejarah di kawasan tersebut. “Jadi jangan disamaratakan dengan Jalan Tunjungan, atau Jalan Panggung yang lebih dekat,” imbuhnya.

Ia mencontohkan perlu adanya penambahan ornamen desain khusus, bahkan kursi serta penataannya juga harus menonjolkan Pecinan. Tak hanya itu, lampu jalan atau trotoar juga harus beda. “Intinya harus menonjolkan nuansa Cina-nya. Jangan, nantinya menggunakan lampu khas Yogya seperti yang digunakan saat ini,” ujarnya. (rmt/nur/jay)

Most Read

Berita Terbaru