SURABAYA – Pada sekitar abad 15 kawasan Botoputih sudah terdapat pemukiman. Kawasan itu merupakan pemukiman kuno di Surabaya. Bahkan sebelum ada makam di Botoputih, pemukiman itu sudah ada.
Pegiat Sejarah Surabaya Nur Setiawan mengatakan, kawasan Botoputih merupakan tetangan dari kawasan Ampel. Saat ini banyak santri dari Sunan Ampel yang membuat barak-barak sebagai rumah singgah. Karena kawasan Ampel padat sehingga barak tersebut meluas hingga di seberang Ampel.
Meluasnya barak tersebut dipengaruhi oleh banyaknya santri dari Sunan Ampel yang berasal dari seluruh Nusantara. “Jadi karena saking banyaknya santri dari Sunan Ampel sehingga kawasan seberang, yaitu Botoputih juga dijadikan tempat tinggal oleh para santri yang ingin berguru ke Sunan Ampel,” katanya.
Pria yang akrab disapa Wawan itu menjelaskan, setiap barak santri mempunyai pengampu. Pengampu itulah yang menjaga barak para santri. “Pengampu itu juga yang membuat barak atau asrama para santri. Jadi para pengampu ini juga penduduk lama di kawasan Botoputih,” jelasnya.
Namun sebelum para santri bermukim di kawasan Botoputih. Para santri juga bermukim di kompleks Ampel. Seiring berjalan waktu dan kondisi dekat Ampel yang banyak dijadikan makam oleh para santri Sunan Ampel akhirnya keberadan para santri pun juga bertambah banyak sehingga harus bergeser ke wilayah Botoputih.
Para santri pun datang menggunakan perahu sekaligus berdagang. Karena dulu kali tengah di Jalan Pegirian depan Botoputih itu juga digunakan tempat perahu bersandar. “Transportasi dulu masih menggunakan perahu atau kapal sehingga dulu mereka bisa langsung ke Ampel karena bersandar kapalnya bisa langsung di depan,” terangnya. (rmt/nur)