Karena kesal diamuki istri setiap hari, Donwori, 48, tak pernah betah di rumah. Ia pun memilih keluyuran tiap malam. Eh, ndilalah kok ya kecantol janda kembang.
Ismaul Choiriyah-Wartawan Radar Surabaya
Disebut bedebah, Donwori ini bedebah juga. Tega-teganya ia menceraikan Karin, 43, demi pujaan barunya, Sephia. Janda semok beranak tiga. Bahkan, rencananya, setelah palu hakim diketuk, dan ia secara hukum tak lagi berstatus suami orang, Donwori tak akan melajang terlalu lama.
Melainkan langsung tancap gas. Menikah lagi. Ya dengan siapa lagi kalau bukan Sephia. “Wong lanang iku gak apik lek kesuwen gak nduwe bojo, Mbak. Makane aku mending ndang rabi wae,” ujarnya sembari pringas-pringis, di ruang tunggu Pengadilan Agama (PA) Klas 1A Surabaya, kemarin (20/5).
Merasa mendapat tatapan ‘aneh’ dari Radar Surabaya, Donwori buru-buru menimpali ucapannya tadi. “Ojok salah paham, Mbak. Sakjane aku ngene, soale dekne (Karin, Red) sing salah. Uripe ruwet,” koreksi Donwori, jaga nama di depan Radar Surabaya.
Dari pembelaan Donwori, pilihannya untuk mendua ini dikarenakan sikap menjengkelkan Karin. Perempuan yang ia nikahi selama hampir dua puluh tahun ini, punya kebribadian menjengkelkan. Ngamukan.
Ngamuknya juga tak setengah-setengah. Setiap hari, ada saja yang dicacat Karin. Semua yang dilakukan Donwori, banyak yang salah di mata Karin. Tak terhitung juga, jumlah marah-marah Karin karena masalah uang. Kurang ini, kurang itu. “Opo maneh mari ndelok tonggoe ngedukno perabotan sembarang kalir. Ati-ati ae, mesti ra gelem kalah. Njaluk kon nukokne. Lek gak dituruti nggondok,” imbuh pemilik toko kelontong ini.
Masalahnya, dengan pemasukan tunggal Donwori dari toko kelontong ini, tentu saja gak nyucuk kalau untuk menuruti segala keinginan Karin. Akhirnya, Donwori kerap mengabaikan kemauan istrinya ini. Yang membuat ia diamuk setiap saat.
Biasanya, untuk menghindari amukan demi amukan ini, Donwori selalu keluar rumah saat malam. Lalu, ke mana perginya? Ya ke mana saja. Kalau tidak cangkrukan ke warung, ya mengabsen satu per satu rumah teman-temannya.
Dan dari penjelajahan setiap malam inilah, kenalan lah Donwori dengan Sephia, si janda kembang. “Onok lah. Dikenalno konco. Tak dolani pisan pindo, eh mundak cinta,” akunya, sedikit tersipu.
Kata Donwori, tak butuh waktu lama untuk jatuh cinta dengan Sephia. Karena selain masih ayu bin singset, raut muka Sephia selalu semringah, sehingga auranya bikin adem di ati saja. Jauh berbeda dengan Karin yang selalu membawa aura kelabu setiap hari. “(Karin, Red) Ra tau nyenengno. Gaweane mrengut ae. Stres suwe-suwe nyawange,” pungkas pria yang tinggal di Prapen ini. (*/opi)