Enaknya punya keluarga ‘orang pintar’ adalah kalau butuh apa-apa, tinggal panggil. Masalahnya, kepinterannya saktil apa enggak?
TIM Wartawan Radar Surabaya
Ya seperti Donwori, 29, ini. Yang berkali-kali memanggil ‘kakaknya’ untuk membantu menyatukan kembali hubungan rumah tangganya yang nyaris bubar. Kakak yang dimaksud Donwori yang si orang pintar itu. Istilah zaman nownya, dukun pemersatu bangsa.
Di ruang tunggu ruang Pengadilan Agama (PA) Kelas 1A Surabaya, Jumat lalu (17/3), Radar Surabaya menghampiri Karin yang tengah duduk sendirian. Terjadilan sebuah obrolan menarik, tentang tarik ulur perceraiannya dengan Donwori hingga melibatkan dukun segala. “Wah dua minggu yang lalu rame Mbak. Sampai jadi tontonan tonggo, wes gak peduli aku,” katanya.
Rupanya, sebelum mendaftarkan perceraiannya, Donwori berbuat onar. Ia awalnya memohon-mohon sampai berlinangan air mata, membujuk Karin agar mau kembali ganti marah-marah. Mengabsen semua nama hewan di kebun binatang dengan kesungguhan dan penuh penekanan.
Di hadapan Karin, rupanya dia tak terima upayanya untuk melakukan mediasi tak ditanggapi oleh Karin. “Mau tak tanggapi bagaimana. Aku sudah capek dikasari terus. Jadi suami bukannya bisa ngemong malah sebaliknya. Nyakitin istri terus kerjaannya,” curhat Karin.
Pernikahan Karin dengan Donwori memang boleh dibilang sangat pendek. Masih tiga tahun. Tapi waktu itu cukup untuk membuat Karin mantap berpisah. Dia kapok karena Donwori terlalu egois. Suka main tangan pula. Tak cukup itu, ketika marah, kata-katanya pedas dan menusuk.
Lucunya, ketika itu Donwori juga mendatangkan langsung seorang dukun dari Jombang. Yang tak lain adalah kakak kandungnya sendiri. Fungsinya dua. Menjalankan tugas utamanya mengirim jampi-jampi layaknya dukun selama keduanya sidang, sekaligus menjadi konsultan pernikahan. “Yakin aku, pas sidang dikirimi dungo. Kalau enggak ngapain dia di sini, tapi sayange gak berhasil tuh,” kata Karin penuh kemenangan.
Peran si dukun sebagai konsultan pernikahan terjadi sesaat sebelum percekcokan Karin dan Donwpri pecah. Ia menasehati Karin agar mempertimbangkan kembali keinginan untuk berpisah.
Dia memohon kepada Karin agar lebih tenang mengambil sikap, jangan gegabah. Yang dijawab Karin menohok. “Langsung tak jawab ambek aku, ‘Sampeyan sih Mas gak ngerti kayak apa kelakuane adike Sampeyan di rumah. Kalau dia bersikap baik, tentu saja aku gak akan minta cerai’,” beber Karin.
Dan setelah itu, perang antara Karin dan Donwori semakin memanas. Tak hanya mengabsen hewan-hewan saja, Donwori mulai mengada-ada dengan menuduh Karin tak perawan. Menuduh anaknya bukan darah daging Donwori, mengolok-olok Karin wanita gampangan dan segalanya yang buruk, Donwori tumpahkan semuanya.
Karin pun saat itu tak mau kalah. Ia beberkan semua alasannya menggugat Donwori. Mulai karena tak tanggung jawab, tak mampu menafkahi, kasar, tak bisa jadi panutan, dan utang besar yang ditimbulkan Donwori sejak awal menikah. Semua dia sampaikan.
“Lucune Mbak, ngerti separah itu percekcokanku dengan Donwori, dia ngelerai kita. Ngajak Donwori pulang, dan bilang gini, ‘Kayake aku wes gak bisa lagi membantu menyelamatkan rumah tanggamu, lebih baik kalian cerai’. Baru ngerti dia, gimana kelakuane adike,” ujar Karin sembari tertawa.
Karin sendiri yakin, mungkin selama ini Donwori juga memaksa kakaknya untuk menjampi-jampinya agar mau kembali. Sayang sekali, agaknya doanya gak manjur. “Yakin aku dia pakai doa-doaan dari Mase.Wong usaha aja pake prewangan juga, apalagi begini, sayang gak mempan ya,” ujarnya. (*/opi)