Punya bojo galak bagi Karin masih bisa dimaklumi. Tapi jika punya mertua galak? Now way. Bagi Karin amit-amit punya mertua galak. Dia lebih memilih hengkang dari suaminya karena tak tahan punya mertua yang selalu ikut campur urusan rumah tangga.
Ismaul Choiriyah-Wartawan Radar Surabaya
Karin, 28, sudah bertekat bulat memutuskan untuk meninggalkan suaminya, Donwori, 31,. Ia mengaku tak betah tinggal serumah dengan mertua. Selama delapan tahun pernikahannya dengan sang suami, ia berharap untuk memiliki rumah sendiri, selama itu juga hanya ucapan sabar yang keluar dari mulut Donwori.
Bukan tanpa alasan Karin menginginkan rumah sendiri. Hal ini karena tinggal bersama mertua hari harinya ia selalu mendapat ceramah dari mertuanya. Mulai dari persoalan kebersihan rumah, masakan yang kurang sedap hingga persoalan mengenai melayani suami dan mendidik anak.
“Pokoe ono ae sing gawe salah-salahan, sopo sing kuat (pokoknya ada saja yang dibuat salah-salahan, siapa yang kuat,Red). Lha aku iki rabu karo anae duduk karo mertuo, mosok terus gawe kambing hitam (lha saya ini menikah dengan suaminya bukan sama mertua, kok terus dibuat kambing hitam,Red),” ujar Karin, saat ditemui di Pengadilan Agama (PA) Kelas 1 A, Surabaya akhir pekan lalu.
Karin merasa hidupnya sial harus karena harus tinggal serumah dengan mertua yang galak plus cerewet. Terlebih, sang mertua yang memiliki riwayat darah tinggi sering memarahi Karin dengan alasan paling remeh.
Karin sudah mengeluhkan keadaannya dan curhat ke Donwori. Ia katakan, dengan lamanya pernikahan itu, seharunya ia sudah memiliki rumah sendiri. Namun karena pekerjaan suami sehari-hari sebagai sales, hampir tidak mungkin baginya untuk memiliki rumah sendiri.
“Ya sebenernya kalau mertua gak rewel sih saya gak masalah ya, lha cuma beliaunya seperti itu saya ya gak kuat. Asline sakno nang mas Wori (Sebenarnya kasihan ke Mas Donwori,Red). karena orangnya baik dan cinta ke saya,” jelas perempuan Trenggilis Mejoyo ini.
Karin menjelaskan kalau sikap mertuanya seperti kebanyakan mertua yang ada di sinetron yang sidikit-sedikit marah. Ia kerap dapat cibiran yang menyakitkan karena masalah remeh seperti rasa masakan atau pekerjaan rumah lain. “Lek sampean wes mari masak, resik-sesik, lak yo wajar nonton TV, ngono iku mertua marah, alasane kok males men dari wong wedok. Sopo sing gak loro ati dingonokno (Kalau anda sudah seelsai masa, bersih-bersih, ya wajar melihat TV, gitu mertua marah, alasannya males betul jadi istri, siapa yang gak sakit hati digitukan,” keluh Karin.
Sebenarnya percekcokan kecil semacam itu adalah hal lumrah bagi Karin. Sebatas itu, ia masih tahan dengan perlakuan sang mertua. Namun yang tidak bisa ia tahan adalah ketika mertuanya selalu nyinyir dengan keadaan ekonomi suaminya yang selalu berujung dengan mencela orang tua Karin. hal itu selalalu diungkit ketika Donwori telat memberikan jatah bulanan.
“Saya ini memang dari keluarga seadanya. Dan setiap kali dia marah ia selalu katakan. Coba dulu anak saya nikah sama anaknya Pak Haji, pasti kerjaannya seret gak kayak gini. Lah.. tapi yang dipilih kok anaknya orang biasa yang gak punya kedudukan,” paparnya.
Dikatai seperti itu berkali-kali, hati karin nelangsa . Ia sebenarnya tidak masalah jika mertuanya memperlakukannya dengan kasar, tapi karena sudah bawa-bawa nama orang tua, Karin tidak bisa menerimanya. Karin juga menyesalkan ketidak mampuan Donwori untuk pindah rumah atau setidaknya mengontrak. Hingga kini ia putuskan untuk berpisah.
“Suami saya itu juga gak bisa dibilangin. Saya ajak ngontrak gak mau, pindah gak mau, lha kalau diterusin tetap saya yang ajur, suami macam apa kalau begitu, mending pisah saja,” pungkasnya. (*/rud)