Namanya juga masih cinta. Ya wajar saja jika mengupayakan segala cara agar pernikahan tetap bertahan.
TIM Wartawan Radar Surabaya
Dari pengakuannya kepada Radar Surabaya, Donwori bukanlah tipikal pria yang percaya klenik. Ia paham betul jika mengandalkan hal-hal semacam itu adalah syirik dan diganjar dosa. Namun demi cinta, pria 30 tahun itu rela menerabas keyakinan yang dipegang selama ini.
Ini semua Donwori lakukan karena hubungan pernikahannya dengan Karin, 27, sudah di ujung tanduk. Segala upaya yang ia lakukan tidak mampu lagi untuk membuat Karin bertahan.
Sampai usahanya memohon-mohon pengacara untuk membujuk Karin pun tetap tak mempan. Karin tetap ngengkel mau mengajukan cerai. Ya pakai jasa pengacara yang didatangi Donwori itu tadi.
Mungkin saking prihatinnya, si pengacara itu pun menyarankan Donwori untuk pergi ke Lamongan. Menemui dukun yang masyhur dalam menyelamatkan rumah tangga yang retak. Dari sini Radar Surabaya baru tahu bahwa cakupan pekerjaan pengacara sangat luas. Jadi konsultan pernikahan pun bisa rupanya.
“Begitu dikasih alamate, langsung aku Mbak budal ke sana. Berangkat sepulang kerja, sempet ketiduran di masjid. Sampai akhire ke dukune pas azan subuh,” cerita Donwori di ruang tunggu Pengadilan Agama (PA) Kelas 1A Surabaya, awal pekan lalu.
Sampai dirumah si dukun, Donwori diberi semacam pellet. Yang dibungkus dalam kain. Kata si dukun, Donwori harus mencelupkan kain itu ke dalam air yang akan diminum Karin. Setiap hari. Pulanglah Donwori dengan membawa jimat pemersatu rumah tangga itu.
“Gimana Mas? Berhasil?” tanya Radar Surabaya antusias. Diakui maupun tidak, cerita berbau klenik memang selalu menarik. “Ealah. Dapak berhasil, bojoku tambah muleh nak omahe pak mboke,” jawab Donwori, sedikit ngegas.
Yah, kesimpulan kasarnya, mau sekuat apa pun usahanya, kalau ‘aku saja yang cinta sementara kamu tidak’, ya percuma. Atau mungkin, dukunnya kurang manjur? Tapi kan tadi katanya tersohor dalam urusan menyambung cinta?
Dan setelah berputar-putar terus ketika ditanyai, akhirnya Donwori terbuka dengan permasalahan rumah tangganya. Katanya, hingga sampai ke perceraian ini karena Karin kecewa. Karin menuduh Donwori kurang tanggung jawab dalam memberi nafkah. Kebutuhan rumah tangga banyak, tapi pemberiannya seadanya. “Kurang tanggung jawab piye maneh seh. Olehku ancen sak munu, iku wes tak kasihno dia kabeh (nyinggetne saitik seh, gawe rokok karo ngopi). Ngono kok dianggep kurang tanggung jawab,” keluh Donwori panjang lebar.
Apalagi, lanjut Donwori, gajinya di perusahaan swasta bisa dibilang lebih dari cukup lho. Dua kali dari UMR Surabaya. Kalau sampai kurang ya artinya Karin yang tak becus mengelola keuangan. Itu versi Donwori sih, entah bagaimana faktanya kalau dari versi Karin. (*/opi)