30 C
Surabaya
Sunday, May 28, 2023

Deteksi Kuman TB dengan Ponsel

SURABAYA –  Mengenali bakteri tuberculosis akan lebih mudah hanya lewat telepon seluler (ponsel). Hal ini bisa dilakukan dengan penemuan TB DeCare atau Tuberculosis Detect and Care karya Tim Garuda 45 yang meraih beasiswa dari Presiden RI untuk kuliah di Inggris pada tahun 2014 lalu. Mereka adalah lulusan University College London dan University of Edinburgh.

Mereka adalah Dewi Nur Aisyah, SKM, MSc, PhD, 28 (University)

College London), Ali Akbar Sptiandri, ST, MSc, 26 (University of Edinburgh),

Ahmad Ataka Awwalur Rizqi, ST, 24 (King’s College London), Muhammad Rezqi,

SKom, MSc, 25 (University of Edinburgh), Vani Virdyawan, 24, dan Dwi

Mahendro, ST, 25 (Imperial College London).

Kemarin (28/9), karya mereka ini dikenalkan kepada orang nomor satu di Surabaya, yakni Wali Kota Tri Rismaharini. Dua perwakilan dari Tim Garuda 45 yakni Ali Akbar Sptiandri dan Dewi Nur Aisyah mempresentasikan software TB DeCare ini kepada Risma dan jajarannya di ruang sidang wali kota di Balai Kota Surabaya.

Dalam presentasinya, Dewi mengatakan bahwa TB DeCare merupakan alat yang akan mempermudah kerja tim medis dalam mendeteksi bakteri tuberculosis. Paramedis tak perlu repot lagi mengintip dari lensa mikroskop untuk mendeteksi bakteri tuberculosis. Cukup melihat layar telepon genggam, kuman TB ini sudah bisa diketahui dengan jelas. 

“Alat ini menggunakan aplikasi TB DeCare yang dipasang di dalam ponsel. Dengan menggunakan digital image processing, kita bisa mengetahui jumlah bakteri TB yang dideteksi dari sputum (dahak, Red) pasien,” kata Dewi.

Mendengar penjelasan tersebut, Risma mengaku siap mendukung penemuan tersebut. Menurut Risma, kalau pun tidak untuk di Surabaya, alat tersebut bisa bermanfaat untuk daerah lain. 

Baca Juga :  Pengedar Sabu Dicokok di SPBU Karang Pilang saat Tunggu Pembeli

“Kami siap bantu dengan membentuk tim untuk men-support ini. Saya kira ini akan sangat bermanfaat. Karena itu, kami siap support untuk bantu karena ini merupakan sumbangsih untuk bangsa,” ujar Risma.

Risma pun memerintahkan Kepala Dinas Perdagangan Arini Pakistyaningsih untuk membantu pengurusan hak paten TB DeCare. Arini pun menyambut baik dan mengatakan bahwa untuk pengajuan hak paten harus ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. 

Di antaranya, foto alat penemuan, uraian penemuan, deskripsi abstraksi penemuan, dan membayar biaya permohonan paten. Lalu, ada pemeriksaan substantif bahwa produknya harus dijelaskan detailnya, difoto, kemudian mengajukan dalam bentuk badan hukum. Persyaratan mengurus hak paten itu kemudian diajukan ke Kementerian Hukum dan HAM. 

“Kami segera mengajukan administrasi. Begitu mengajukan, kita dianggap punya hak untuk sementara. Ada petugas yang akan memeriksa apakah merek yang diajukan sudah ada atau belum. Kalau sama, akan dikembalikan dan diperbaiki,” jelas Arini.

Komentar lain disampaikan oleh Ketua IDI Kota Surabaya, dr Brahmana Askandar SpOG. Dia menekankan bahwa pentingnya menyikapi penemuan di bidang medis ini. “Yang perlu dikedepankan bukan sekadar kecanggihan. Tapi juga tepat guna di Indonesia. Kami siap menfasilitasi karena ini luar biasa. Mudah-mudahan penemuan ini jadi kebanggaan kita untuk Indonesia,” ujarnya. 

Sementara itu, Ali Akbar Sptiandri menjelaskan bahwa timnya ingin mempermudah kerja tim medis dalam mendeteksi bakteri tuberculosis. “Kamera ponsel bisa menjadi mikroskop dengan perbesaran hingga seribu kali. Dengan alat ini, pendeteksian bakteri TB pada sputum pasien tidak lagi memerlukan kinerja evaluasi laboran dan mikroskop di laboratorium. Cukup menggunakan ponsel yang lebih mudah, efisien, dan dengan hasil yang akurat,” beber Ali.

Baca Juga :  Sudah Koleksi 25 Motor, Masih Ingin Nambah Terus

Dari hasil penelitian, alat ini mampu mendeteksi keberadaan kuman TB sampai 90 persen. 

Dia menceritakan bahwa dirinya bersama tim mengembangkan alat ini sejak 2014. Saat itu, mereka sering kumpul ketika masih kuliah di Inggris. Awalnya tim hanya beranggotakan empat orang. Dari kumpul-kumpul, timbul ide untuk mengikuti Microsoft Imagine Cup 2015 di London dan mereka berhasil memenangi dengan temuan TB DeCare tersebut.

“Awalnya kita ingin menciptakan alat pendeteksi HIV AIDS. Tapi berubah ke tuberkolosis karena saya pernah jadi anggota LSM yang meneliti TB di Jakarta,” kata Ali. 

Akhirnya mereka bekerja keras menciptakan alat ini. Kendala berupa perbedaan tempat kuliah tak jadi hambatan. Mereka menggunakan media sosial Skype untuk mendiskusikan proyek penelitian itu. “Memang banyak ributnya karena kami kuliah di kampus yang beda. Dua orang kuliah di London, yang dua kuliah di Skotland. Kami yang di London yang mengerjakan hardware, yang di Skotland mengerjakan softwarenya,” terang Ali.

Akhirnya, tim dengan nama Garuda 45 ini bisa menyelesaikan dan berhasil menjadi Pemenang Imagine Cup 2016 tingkat nasional kategori World Citizenship. “Kami terus mengembangkan alat. Yang sekarang ini merupakan versi kedua,” kata Ali.

Ali berharap timnya bisa bekerjasama dengan dinas kesehatan dan puskesmas di seluruh Indonesia. “Dengan menggunakan alat ini, bisa menyingkat waktu dan lebih banyak pasien yang diperiksa. Bisa 20 orang lebih dalam sehari,” ungkapnya.

Ali mengaku tidak menutup kemungkinan aplikasi hasil timnya akan dibisniskan. “Tapi kami belum memikirkan sampai ke situ. Kalau pun menjual aplikasi, pasti tidak akan mahal,” pungkasnya.

SURABAYA –  Mengenali bakteri tuberculosis akan lebih mudah hanya lewat telepon seluler (ponsel). Hal ini bisa dilakukan dengan penemuan TB DeCare atau Tuberculosis Detect and Care karya Tim Garuda 45 yang meraih beasiswa dari Presiden RI untuk kuliah di Inggris pada tahun 2014 lalu. Mereka adalah lulusan University College London dan University of Edinburgh.

Mereka adalah Dewi Nur Aisyah, SKM, MSc, PhD, 28 (University)

College London), Ali Akbar Sptiandri, ST, MSc, 26 (University of Edinburgh),

Ahmad Ataka Awwalur Rizqi, ST, 24 (King’s College London), Muhammad Rezqi,

SKom, MSc, 25 (University of Edinburgh), Vani Virdyawan, 24, dan Dwi

Mahendro, ST, 25 (Imperial College London).

Kemarin (28/9), karya mereka ini dikenalkan kepada orang nomor satu di Surabaya, yakni Wali Kota Tri Rismaharini. Dua perwakilan dari Tim Garuda 45 yakni Ali Akbar Sptiandri dan Dewi Nur Aisyah mempresentasikan software TB DeCare ini kepada Risma dan jajarannya di ruang sidang wali kota di Balai Kota Surabaya.

Dalam presentasinya, Dewi mengatakan bahwa TB DeCare merupakan alat yang akan mempermudah kerja tim medis dalam mendeteksi bakteri tuberculosis. Paramedis tak perlu repot lagi mengintip dari lensa mikroskop untuk mendeteksi bakteri tuberculosis. Cukup melihat layar telepon genggam, kuman TB ini sudah bisa diketahui dengan jelas. 

“Alat ini menggunakan aplikasi TB DeCare yang dipasang di dalam ponsel. Dengan menggunakan digital image processing, kita bisa mengetahui jumlah bakteri TB yang dideteksi dari sputum (dahak, Red) pasien,” kata Dewi.

Mendengar penjelasan tersebut, Risma mengaku siap mendukung penemuan tersebut. Menurut Risma, kalau pun tidak untuk di Surabaya, alat tersebut bisa bermanfaat untuk daerah lain. 

Baca Juga :  Panjat Pagar Sekolah, Siswa SMKN 5 Surabaya Tewas Jatuh ke Parit

“Kami siap bantu dengan membentuk tim untuk men-support ini. Saya kira ini akan sangat bermanfaat. Karena itu, kami siap support untuk bantu karena ini merupakan sumbangsih untuk bangsa,” ujar Risma.

Risma pun memerintahkan Kepala Dinas Perdagangan Arini Pakistyaningsih untuk membantu pengurusan hak paten TB DeCare. Arini pun menyambut baik dan mengatakan bahwa untuk pengajuan hak paten harus ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. 

Di antaranya, foto alat penemuan, uraian penemuan, deskripsi abstraksi penemuan, dan membayar biaya permohonan paten. Lalu, ada pemeriksaan substantif bahwa produknya harus dijelaskan detailnya, difoto, kemudian mengajukan dalam bentuk badan hukum. Persyaratan mengurus hak paten itu kemudian diajukan ke Kementerian Hukum dan HAM. 

“Kami segera mengajukan administrasi. Begitu mengajukan, kita dianggap punya hak untuk sementara. Ada petugas yang akan memeriksa apakah merek yang diajukan sudah ada atau belum. Kalau sama, akan dikembalikan dan diperbaiki,” jelas Arini.

Komentar lain disampaikan oleh Ketua IDI Kota Surabaya, dr Brahmana Askandar SpOG. Dia menekankan bahwa pentingnya menyikapi penemuan di bidang medis ini. “Yang perlu dikedepankan bukan sekadar kecanggihan. Tapi juga tepat guna di Indonesia. Kami siap menfasilitasi karena ini luar biasa. Mudah-mudahan penemuan ini jadi kebanggaan kita untuk Indonesia,” ujarnya. 

Sementara itu, Ali Akbar Sptiandri menjelaskan bahwa timnya ingin mempermudah kerja tim medis dalam mendeteksi bakteri tuberculosis. “Kamera ponsel bisa menjadi mikroskop dengan perbesaran hingga seribu kali. Dengan alat ini, pendeteksian bakteri TB pada sputum pasien tidak lagi memerlukan kinerja evaluasi laboran dan mikroskop di laboratorium. Cukup menggunakan ponsel yang lebih mudah, efisien, dan dengan hasil yang akurat,” beber Ali.

Baca Juga :  Malam Makan Mi Instan dan Susu Paginya PNS Kesehatan Tewas di Hotel

Dari hasil penelitian, alat ini mampu mendeteksi keberadaan kuman TB sampai 90 persen. 

Dia menceritakan bahwa dirinya bersama tim mengembangkan alat ini sejak 2014. Saat itu, mereka sering kumpul ketika masih kuliah di Inggris. Awalnya tim hanya beranggotakan empat orang. Dari kumpul-kumpul, timbul ide untuk mengikuti Microsoft Imagine Cup 2015 di London dan mereka berhasil memenangi dengan temuan TB DeCare tersebut.

“Awalnya kita ingin menciptakan alat pendeteksi HIV AIDS. Tapi berubah ke tuberkolosis karena saya pernah jadi anggota LSM yang meneliti TB di Jakarta,” kata Ali. 

Akhirnya mereka bekerja keras menciptakan alat ini. Kendala berupa perbedaan tempat kuliah tak jadi hambatan. Mereka menggunakan media sosial Skype untuk mendiskusikan proyek penelitian itu. “Memang banyak ributnya karena kami kuliah di kampus yang beda. Dua orang kuliah di London, yang dua kuliah di Skotland. Kami yang di London yang mengerjakan hardware, yang di Skotland mengerjakan softwarenya,” terang Ali.

Akhirnya, tim dengan nama Garuda 45 ini bisa menyelesaikan dan berhasil menjadi Pemenang Imagine Cup 2016 tingkat nasional kategori World Citizenship. “Kami terus mengembangkan alat. Yang sekarang ini merupakan versi kedua,” kata Ali.

Ali berharap timnya bisa bekerjasama dengan dinas kesehatan dan puskesmas di seluruh Indonesia. “Dengan menggunakan alat ini, bisa menyingkat waktu dan lebih banyak pasien yang diperiksa. Bisa 20 orang lebih dalam sehari,” ungkapnya.

Ali mengaku tidak menutup kemungkinan aplikasi hasil timnya akan dibisniskan. “Tapi kami belum memikirkan sampai ke situ. Kalau pun menjual aplikasi, pasti tidak akan mahal,” pungkasnya.

Most Read

Berita Terbaru