SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut ada 6.000 lebih anak di Jatim yang terkonfirmasi yatim piatu akibat orang tuanya meninggal karena Covid-19. Kasus ini ditemukan hampir di semua daerah di Jawa Timur.
“Anak yatim piatu ini harus mendapat perlindungan dari pemerintah. Karena itu, kami menyiapkan langkah dengan memberi pengasuhan dan pendidikan kepada mereka,” ujar Khofifah.
Khofifah mengaku sudah berkoordinasi dengan panti asuhan dan pesantren di lingkungan Provinsi Jawa Timur. Koordinasi tersebut membahas masalah regulasi pada setiap panti asuhan. “Berapa usia yang bisa mereka tampung, lalu apa saja persyaratannya,” jelasnya.
Mantan Menteri Sosial ini menambahkan persyaratan ini untuk memastikan agar anak yang terkonfirmasi yatim piatu akibat Covid-19 itu diterima dan diasuh oleh panti asuhan tersebut.
Ia mengaku ingin mempertahankan masa depan anak yang tekonfirmasi yatim piatu. “Mereka masih memiliki banyak harapan. Karena itu, pendampingan untuk mereka sangat dibutuhkan,” katanya.
Lebih lanjut Khofifah mengatakan pendampingan oleh pengasuh akan menjaga kualitas hidup anak-anak yatim piatu ini. Dengan begitu, anak yang terkonfirmasi yatim piatu tetap memiliki semangat untuk menyongsong masa depan.
“Kami juga melakukan komunikasi terkait permasalahan ini kepada pesantren. Baik pesantren di lingkungan NU, Muhammadiyah, Aisyiah, maupun Muslimat NU,” ungkapnya.
Khofifah berharap lembaga tersebut memberi pengasuhan kepada anak yang terkonfirmasi yatim piatu. Ia juga berharap lembaga ini memberi pengasuhan dan pendidikan yang tepat.
“Banyak hal yang hilang ketika anak terkonfirmasi yatim piatu akibat Covid-19. Paling utama adalah kasih sayang. Lalu, kepastian finansial untuk melanjutkan pendidikan. Pemprov ingin mengambil langkah untuk menyelamatkan mereka. Sebab, mereka butuh suasana yang kondusif seiring perkembangannya,” pungkasnya. (mus/opi/rek)