SURABAYA – Pengembangan Buy The Service (BTS) di Surabaya untuk mengatasi problematika kepadatan lalu lintas akan terus diseriusi. Kini Pemkot Surabaya tengah melakukan penataan tata ruang dan menyiapkan infrastruktur seperti jalan, trotoar, transportasi kota yang modern dan suitanable.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya Irvan Wahyudrajad mengatakan, wujud BTS tak hanya dilakukan untuk penyediaan mobilitas, akan tetapi juga mengembangkan sistem clustering untuk mempertimbangkan waktu dan biaya. Sehingga, ketika masyarakat menggunakan alat transportasi publik akan terasa nyaman.
“Jadi kami lebih memilih sistem clustering, seperti yang ada di program kerja Wali Kota, 5 Surabaya Maju Hijau Tertata. Di program itu ada rayonisasi sekolah, kami sediakan taman, public space, sentra wisata kuliner (SWK), RS, fasilitas bermain dan lain sebagainya. Dari semua itu, bisa dijangkau dengan alat transportasi dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Seperti di luar negeri, identik dengan fifty minutes pergerakan masyarakat,” ujar Irvan, Kamis (25/11).
Dalam pelaksanaannya program BTS, akan diberlakukan pembayaran elektronik. Seperti QRIS (QR code) dan tapping laiknya di tol, diharapkan cara ini sejalan dengan program pemerintah pusat dan Pemprov Jatim dalam menerapkan BTS. Irvan memastikan pengoperasionalan BTS akan melalui dua trayek terlebih dahulu. Yakni rute Raya Lidah Wetan-Karang Menjangan-ITS PP. Rute ini, akan terkoneksi dengan trayek lainnya.
“Jadi untuk operasional trayek BTS bertahap di tahun 2021-2022 kami akan membuat dua trayek. Kemudian tahun 2022-2023, kami sedang mempersiapkan lima rute lain yang akan terkoneksi dengan Sidoarjo dan Gresik. Sehingga, nantinya akan ada konektivitas antara Teminal Purabaya, Lidah Wetan dan Gresik. Kemudian ada juga konektivitas di Terminal Purabaya untuk ke arah Sidoarjo, dengan adanya rute ini diharapkan bisa menjawab problem kemacetan di dalam kota,” jelas Irvan.
Karena itu, Pemkot Surabaya akan bersinergi dengan Pemprov Jatim dan pemerintah pusat untuk pengembangan BTS di Surabaya. Ia yakin BTS bisa berjalan sesuai dengan tujuan pemerintah pusat dan Pemprov Jatim, apalagi pemkot sudah membuat angkutan masal berbasis jalan berupa Suroboyo Bus sejak tahun 2018. “Sejak tahun 2018, kita sudah menggunakan Suroboyo Bus. Sesuai dengan visi Wali Kota Surabaya, bagaimana menciptakan alat transportasi modern dan suitanable,” imbuhnya.
Dia yakin, dengan BTS transportasi di Kota Surabaya akan terintegrasi dan bisa terkoneksi satu sama lain. Seperti angkutan berbasis transportasi jalan dengan transportasi berbasis rel kedepannya. “Kami harap dengan program BTS akan menjawab keterpaduan transportasi tersebut. Termasuk bisa terkoneksi antara transportasi satu dengan yang lainnya,” ujar Irvan.
Selain itu, Dishub Surabaya masih punya pekerjaan rumah (PR) menyiapkan 11 rute lain di tahun 2022-2023. Rute baru ini rencananya untuk menjangkau kawasan Karangpilang, Ampel, hingga terkoneksi ke kawasan Pasar Turi yang nantinya bisa terkoneksi dengan transportasi berbasis rel.
“Sesuai dengan rencana Pemprov Jatim yang akan membangun Surabaya Railway. Trayek itu akan terkoneksi juga dengan Stasiun Pasar Turi, sesuai dengan rencana tersebut, akan terkoneksi dengan moda transportasi berbasis rel. Termasuk trayek delapan dengan rute Sier-RSAL-Tanjung Perak PP. Semoga dengan adanya moda transportasi ini (Suroboyo Bus) wilayah di seluruh Kota Surabaya dapat terlayani,” paparnya.
Agar program BTS berjalan lebih maksimal, Dishub Surabaya juga menerapkan push strategi sebagai pendukungnya. (rmt/nur)