SURABAYA –Â Transportasi publik di Surabaya kini mulai meningkat, sejak bertambahnya feeder atau angkutan penghubung yang kini merambah ke kawasan pinggiran Surabaya. Sehingga masyarakat yang hendak menggunakan Suroboyo Bus maupun Trans Semanggi Suroboyo bisa terakomodir.
Meski demikian sarana prasarana seperti halte masih minim. Bahkan penumpang yang hendak menaiki transportasi tersebut harus menunggu di stop bus yang tidak tempat berteduh maupun duduknya.
Subkoordinator Penyediaan Prasarana Transportasi Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya Yudi Purnomo mengatakan, pihaknya bakal membuat atau menambah halte baru tahun ini. “Ada penambahan, untuk lokasinya akan kami survei dahulu titik mana yang memungkinkan,” kata Yudi, Rabu (24/5).
Untuk jumlah halte, Yudi menyebut bakal menyesuaikan dengan alokasi anggaran yang ada. “Termasuk keterlibatan CSR (corporate social responsibility) juga menjadi pertimbangan tersendiri untuk penambahan halte tersebut,” jelasnya.
Halte yang ada di Surabaya kini mencapai 358 halte tersebar di seluruh wilayah di Surabaya. Namun jumlah tersebut tergolong minim dengan jumlah transportasi yang terus meningkat.
Pakar Transportasi ITS, Machsus Fauzi mengatakan, pelayanan angkutan umum atau publik bukanlah jenis pelayanan dari pintu ke pintu atau door to door services. Ketersediaan halte, menurut dia wajib ada sebab tak serta merta untuk berhenti dan menghentikan kendaraan.
“Penempatan halte juga harus diatur dengan baik, agar bisa dijangkau oleh warga dengan berjalan kaki,” kata Machsus. Selain itu, halte harus dilengkapi dengan informasi rute. Termasuk dibangun untuk membuat nyaman bagi penumpang yang menunggu kedatangan bus.
Dia mengungkapkan, membangun transportasi publik itu tak bisa secara setengah-setengah. Namun, harus totalitas dan didukung dengan komitmen kuat dari pemerintah dan instansi terkait lain. “Komitmen itu penting, sebab jika tidak maka era kebangkitan transportasi publik hanya akan menjadi sebuah harapan hampa,” pungkasnya. (rmt/nur)