25 C
Surabaya
Sunday, June 11, 2023

Perpustakaan Swadaya, Pengunjung Kecele karena Mengira Coffee Shop

SURABAYA – Perpustakaan adalah surga bagi pecinta buku. Salah satunya adalah C2O Library & Collabtive. Tempat itu menyediakan ribuan koleksi buku. Co-Founder Perpustakaan Swadaya, Kathleen Azali menuturkan, tren literasi sekarang cukup positif. Kesadaran pembaca meningkat. Perpustakaannya itu tak pernah sepi pengunjung.

“Rasanya minat baca masyarakat Surabaya itu masih bagus. Pengunjung yang datang ke sini itu stabil, bahkan ada peningkatan,” ujarnya, Rabu (24/5). Perpustakaannya itu berdiri sejak 2008 lalu. Konsepnya cukup homey. Tujuannya untuk memberikan kesan perpustakaan yang nyaman untuk pembaca.

“Jadi memang sedari awal, kita konsepnya seperti di rumah. Orang merasa nyaman. Apalagi ada koleksi buku yang dicari dan favorit, itu menambah mood membaca,” jelasnya.
Dari ruang utama, terdapat rak buku tinggi dan besar. Beragam genre buku tersusun rapi.

Baca Juga :  Stres Dua Mobil Dikapak

Perpustakaan itu pun dilengkapi meja dan kursi. “Semakin berkembang konsepnya dibuat mirip seperti co-working space,” papar Kathleen. Tempat itu menjadi wadah para kutu buku. Karena, terdapat sekitar 7 ribu koleksi. Itu terdiri dari buku, novel, komik, hingga majalah.

“Setiap perpustakaan memiliki keunggulan sendiri-sendiri. Sedangkan perpustakaan ini menonjolkan buku-buku bergenre sejarah, sosial budaya dan sastra. Ketiga genre itu favorit sejak dulu,” ungkapnya.

Selain ruang utama, pembaca pun dimanjakan dengan konsep ruang terbuka. Terdapat lorong samping yang cukup segar karena tertanam beragam tumbuhan. Pengunjung pun dapat menikmati sajian pendamping ketika membaca.

“Salah satu yang unik adalah teh bunga telang dan biskuit cokelat gluten-free. Jadi, teh itu berwarna biru hasil seduhan bunga telang yang dikeringkan,” bebernya.

Baca Juga :  Pemprov Ajukan Pengangkatan 6.141 Guru Honorer Lolos Passing Grade Jadi PPPK

Katanya banyak pengunjung kecele. Karena mengira tempat itu adalah coffee shop. Hal itu pun sering dijumpainya. “Wajar sih, karena fasad bangunan ini mirip-mirip konsep perkopian kekinian,” kelakarnya.

Untuk itu, dia menyediakan menu-menu yang dapat dibeli. Belakang terdapat dapur yang menyiapkan minuman dan snack. Kendati banyak yang kecele, Kathleen mengaku tetap on the track. “Tempat ini utamanya adalah perpustakaan swadaya. Tempat buku-buku dibaca atau disewa,” tegasnya.

Menurutnya, gerakan membaca buku mulai berkurang. Karena banyak orang hanya mengambil buku untuk keperluan sosial media. Perpustakaan ini bentuk upaya gerakan literasi di Surabaya. “Ingin memberi tempat nyaman untuk kalian yang datang sendirian atau bersama teman-teman,” imbuhnya. (hil/nur)

 

SURABAYA – Perpustakaan adalah surga bagi pecinta buku. Salah satunya adalah C2O Library & Collabtive. Tempat itu menyediakan ribuan koleksi buku. Co-Founder Perpustakaan Swadaya, Kathleen Azali menuturkan, tren literasi sekarang cukup positif. Kesadaran pembaca meningkat. Perpustakaannya itu tak pernah sepi pengunjung.

“Rasanya minat baca masyarakat Surabaya itu masih bagus. Pengunjung yang datang ke sini itu stabil, bahkan ada peningkatan,” ujarnya, Rabu (24/5). Perpustakaannya itu berdiri sejak 2008 lalu. Konsepnya cukup homey. Tujuannya untuk memberikan kesan perpustakaan yang nyaman untuk pembaca.

“Jadi memang sedari awal, kita konsepnya seperti di rumah. Orang merasa nyaman. Apalagi ada koleksi buku yang dicari dan favorit, itu menambah mood membaca,” jelasnya.
Dari ruang utama, terdapat rak buku tinggi dan besar. Beragam genre buku tersusun rapi.

Baca Juga :  Berharap Keputusan dari KBRI untuk Segera Pulang ke Indonesia

Perpustakaan itu pun dilengkapi meja dan kursi. “Semakin berkembang konsepnya dibuat mirip seperti co-working space,” papar Kathleen. Tempat itu menjadi wadah para kutu buku. Karena, terdapat sekitar 7 ribu koleksi. Itu terdiri dari buku, novel, komik, hingga majalah.

“Setiap perpustakaan memiliki keunggulan sendiri-sendiri. Sedangkan perpustakaan ini menonjolkan buku-buku bergenre sejarah, sosial budaya dan sastra. Ketiga genre itu favorit sejak dulu,” ungkapnya.

Selain ruang utama, pembaca pun dimanjakan dengan konsep ruang terbuka. Terdapat lorong samping yang cukup segar karena tertanam beragam tumbuhan. Pengunjung pun dapat menikmati sajian pendamping ketika membaca.

“Salah satu yang unik adalah teh bunga telang dan biskuit cokelat gluten-free. Jadi, teh itu berwarna biru hasil seduhan bunga telang yang dikeringkan,” bebernya.

Baca Juga :  Jambret Dompet di Pasar Jarak, ABG Ini Babak Belur Dimassa

Katanya banyak pengunjung kecele. Karena mengira tempat itu adalah coffee shop. Hal itu pun sering dijumpainya. “Wajar sih, karena fasad bangunan ini mirip-mirip konsep perkopian kekinian,” kelakarnya.

Untuk itu, dia menyediakan menu-menu yang dapat dibeli. Belakang terdapat dapur yang menyiapkan minuman dan snack. Kendati banyak yang kecele, Kathleen mengaku tetap on the track. “Tempat ini utamanya adalah perpustakaan swadaya. Tempat buku-buku dibaca atau disewa,” tegasnya.

Menurutnya, gerakan membaca buku mulai berkurang. Karena banyak orang hanya mengambil buku untuk keperluan sosial media. Perpustakaan ini bentuk upaya gerakan literasi di Surabaya. “Ingin memberi tempat nyaman untuk kalian yang datang sendirian atau bersama teman-teman,” imbuhnya. (hil/nur)

 

Most Read

Berita Terbaru