SURABAYA – Selama PPKM Level 3, Pemkot Surabaya terus melakukan tindakan pencegahan terhadap penyebaran kasus di seluruh wilayah Surabaya. Salah satunya dengan penguatan kampung tangguh.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana (Daerah) Kota Surabaya Ridwan Mubarun mengatakan, skema Kampung Tangguh saat ini lebih menguatkan kepada sisi prokes, sosialisasi, pengawasan, dan penindakan. Bahkan di Kampung Tangguh juga ada gerai vaksin yang disiapkan oleh Pemkot Surabaya.
“Warga bisa memanfaatkan gerai vaksin yang kami sediakan di balai RW. Terutama dalam cakupan booster ini setidaknya bisa memperingan kalau orang itu terpapar. Jadi, tidak sampai masuk ke rumah sakit,” kata Ridwan, Rabu (23/2).
Pihaknya juga terus menggerakan satgas Kampung Tangguh untuk tak henti-hentinya mensosialisasikan prokes. Mereka juga bisa membantu puskesmas, kelurahan ketika ada warga yang positif mereka membantu melakukan tes massal di RW atau wilayah tersebut.
“Jadi, semua sudah jalan tapi tidak hanya berharap dari petugas saja. Artinya, kalau masyarakat sendiri lalai dan abai prokes ya susah. Semua harus bergotong royong,” tegasnya.
Selain itu, satgas Kampung Tangguh juga diharapkan lebih proaktif untuk melakukan pendataan apabila ada warga yang dari luar kota atau pendatang yang masuk ke area tersebut. “Yang baru datang sekarang ini kita harap mereka lapor ke satgas dan satgas bisa mencatat mereka, terus mengecek mereka sudah vaksin apa belum,” paparnya.
Saat ini ada 1.245 RW yang aktif Kampung Tangguhnya. Pengaktifan Kampung Tangguh ini berdasarkan SK Camat yang menjadi syarat legalitas pendirian kampung tangguh. “Jadi ada 90 persen yang aktif. Sisanya 10 persen masih menunggu SK dari camat,” ujar Ridwan.
Kampung Tangguh dibentuk oleh RW kemudian diusulkan oleh lurah ke camat dan camat membuat SK. “Kalau ada SK dari camat berarti itu sudah aktif kembali,” ujarnya.
Di dalam Kampung Tangguh ada empat satgas. Satgas Wani Sehat, Wani Sejahtera, Wani Ngandani dan satgas Wani Jogo.
Ia juga menyebut saat ini kasus di Surabaya perlahan mulai turun. Dan angka kesembuhan lebih tinggi. “Kemarin di atas 1.000 kasusnya. Sekarang sudah ratusan yang turun kasusnya,” kata Ridwan.
Ridwan menyebut, saat ini BOR Surabaya masih 40 persen dari ambang batas yang ditetapkan 60 persen. “BOR masih aman. Termasuk rawat inap sudah menunjukkan tren penurunan juga,” jelasnya.
Meski demikian, Ridwan mengatakan, dari hasil asesmen Kemenkes Surabaya berada di PPKM Level 4. Namun ia optimistis Surabaya bisa ada penurunan kasus yang signifikan. “Hasil asesmen Kemenkes Surabaya Level 4. Tapi kan nggak bisa kalau situasi sekarang mengikuti penilaian asesmen. Kita harus tunggu aturan Inmendagri (Instruksi Menteri Dalam Negeri),” tegasnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina mengaku, pada beberapa kasus khusus, terdapat masyarakat yang tidak berkenan untuk dievakuasi ke isoter yang telah disediakan Pemkot Surabaya. “Karena ada yang tinggal sendiri di rumah dan rumah itu sudah memenuhi kriteria sebagai tempat isoter,” kata Nanik.
Pihaknya juga menambah personel petugas kesehatan, fasilitas dan perlengkapan tempat isoter. Serta menyediakan tempat perawatan bagi pasien terkonfirmasi Covid-19, baik OTG (orang tanpa gejala) atau pasien yang bergejala ringan.
“Tentunya kami menambah personel tenaga kesehatan dan melengkapi segala fasilitas yang dibutuhkan oleh pasien. Agar pasien merasa senang dan nyaman. Sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan pasien cepat sembuh,” jelasnya. (rmt/nur)