Sebagai kota industri dan metropolitan, Gresik memiliki tingkat kriminalitas cukup tinggi. Puluhan aksi kejahatan curanmor, curas dan curat hingga kini belum berhasil diungkap jajaran Satreskrim Polres Gresik.
KEKHAWATIRAN warga Gresik terhadap tingginya intensitas kejahatan disampaikan melalui grup media sosial. Mereka risau hampir tiap hari ada sepeda motor hilang, rumah dibobol, jadi korban perampasan dan begal.
Sepanjang 2017, Polres Gresik mencatat ada 1.055 laporan kasus kriminalitas. Dari jumlah itu, 400 kasus di antaranya belum berhasil diungkap. Termasuk dalam daftar belum ungjap ini adalah kasus menonjol. Di antaranya pelemparan bom molotov rumah Ketua DPD PAN Gresik, Khomsun. Kemudian begal motor di Jalan Siti Fatimah Binti Maimun ada 6 laporan.
Kondisi ini tentu membuat masyarakat di Gresik mempertanyakan kinerja kepolisian. Apalagi paling banyak dari kasus yang belum terselesaikan tersebut adalah curanmor. Polres Gresik mencatat pencurian dengan pemberatan (curat) mencapai 195 kasus. Kemudian pencurian kendaraan bermotor (curanmor) 81 kasus dan pencurian dengan kekerasan (Curas) 13 kasus.
Wakil Ketua Komisi D DPRD Gresik, Sujono meminta polisi memberi jaminan keamanan kepada warga Gresik. Menurutnya, negara harus memberi kenyamanan dan keamanan warganya. Caranya dengan meminimalisir bentuk kejahatan serta memperbanyak pengungkapan kasus dan laporan warga.
Selain itu Jono (sapaan akrabnya) berharap peran serta masyarakat terhadap adanya aksi kriminalitas ditingkatkan. “Kadang orang sudah teriak-teriak minta tolong dijalan. Malah tidak ditolongi karena takut. Sikap inilah yang harus diperbaiki,” ujarnya.
Dikatakan, hingga kini pihaknya belum melihat upaya maksimal dari pemerintah daerah dan polisi menciptakan kamtibmas. Menurutnya, fungsi Bhabinkamtibmas selama ini belum benar-benar maksimal.
“Dibeberapa desa saya jumpai Bhabinkamtibmas yang hanya datang untuk setor wajah saja. Tidak berusaha dekat dan berinteraksi dengan masyarakat. Ini yang harus menjadi bahan perhatian dari Kapolres,” jelasnya.
Untuk mendukung terciptanya keamanan yang maksimal, anggota DPRD asal daerah pemilihan Driyorejo itu akan mengusulkan penambahan anggaran sosialisasi dari pemerintah daerah.
Ditempat terpisah, Penggiat media sosial Gresik Sumpek, Warsito Elem menuturkan, setiap harinya sedikitnya ada satu sampai dua netizen yang menggunngah informasi kehilangan sepeda motor di Gresik. “Di Gresik sudah dibentuk tim libas curanmor, tapi sampai saat ini kita semua belum melihat kerjanya,” ujarnya.
Dikatakan, jika hal ini terjadi bukan tidak mungkin tingkat kepercayaan masyarakat kepada penegak hukum terus menurun. “Akhirnya lama-lama masyarakat jadi malas, setiap kali ada kejadian curanmor tidak pernah terselesaikan,” katanya.
Menanggapi hal ini, Kepala Bagian Operasional Polres Gresik, Kompol Harna mengakui, banyaknya kasus kejahatan yang belum terungkap. Dia menilai, minimnya personel menjadi kendala bagi polisi dalam menekan angka kriminalitas.
“Di setiap Polsek jumlah personil kami hanya 20 anggota. Padahal sesuai aturan harusnya 90 anggota atau paling idealnya 60 anggota. Ini yang menjadi persoalan mendasar yang belum bisa kami selesaikan,” katanya.
Tidak hanya itu, Mantan Kasatlantas Polres Gresik itu mengakui, dibandingkan Surabaya kegiatan cipta kondisi (Cipkon) dan patroli di Gresik memang kurang. Hal ini membuat pelaku kriminalitas bebas berkeliaran. “Kita lihat di Surabaya Cipkon bisa sehari 2 sampai 3 kali. Ini yang kedepan akan kami tiru,” jelasnya.
Meskipun baru sekitar dua bulan di Gresik, Harna juga mengaku telah memetakan titik kerawanan di kota santri. Menurutnya wilayah Kecamatan Menganti dan Driyorejo menjadi atensi khusus karena berbatasan dengan daerah lain.
“Rata-rata pintu masuk pelaku kriminalitas berasal dari dua wilayah ini. Kedepan kami terus persempit ruang gerak pelaku kriminalitas,” tandasnya. (fir/ris)