27 C
Surabaya
Wednesday, June 7, 2023

Jadi Ibu Kota Provinsi, Surabaya Daerah Terpadat di Jatim

SURABAYA – Kota Surabaya merupakan daerah terpadat di Jawa Timur. Hal ini terlihat dari buku Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2022 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur.

Dalam buku tersebut dijelaskan jumlah penduduk di Jatim sekitar 40,666 juta jiwa. Dari puluhan juta jiwa tersebut, Kota Surabaya merupakan daerah yang paling banyak dihuni dengan jumlah penduduk sekitar 2,874 juta jiwa. Dari data statistik BPS itu, maka daerah terpadat di Jawa Timur yaitu Kota Surabaya dengan kepadatan penduduk mencapai 8.217 jiwa per kilometer persegi.

Pakar sosiologi dari Universitas Airlangga, Prof. Bagong Suyanto mengatakan, Surabaya merupakan ibu kota Provinsi Jawa Timur yang juga dikenal sebagai kota metropolitan kedua setelah Jakarta sebagai ibu kota negara.

Baca Juga :  Rumah Terbakar, Mobil dan 4 Motor Hangus

Bagong mengatakan, ditetapkannya Surabaya sebagai ibu kota provinsi Jatim dengan harapan agar daerah sekitarnya juga ikut maju. Namun, menurutnya, yang terjadi justru polarisasi. “Daerah sekitar Surabaya malah pembangunannya tidak merata,” ungkapnya.

Dekan FISIP Unair ini menambahkan, sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan perekonomian di Jawa Timur dan sekitarnya. Sebagian besar penduduknya berusaha di bidang jasa, industri, dan perdagangan. Sehingga jarang ditemukan lahan persawahan. Banyak perusahaan besar yang berkantor pusat di Surabaya.

Sementara itu, sejarahwan Surabaya Prof Purnawan Basundoro mengatakan, sebagai kota perdagangan, Surabaya mulai menunjukan gairahnya sejak liberalisasi ekonomi di Indonesia yang booming di tahun 1870. Liberalisasi ekonomi mampu mendorong modal swasta masuk ke Surabaya.

Baca Juga :  Bus Trans Semanggi Suroboyo Siap Beroperasi 1 Januari 2022

“Dinamika perdagangan di Kota Surabaya abad ke-19 sampai 20 sangat dipengaruhi oleh merebaknya perkebunan di kawasan pedalaman serta perkembangan industri di kota itu. Selain itu masuknya modal swasta mampu meningkatkan kehadiran kantor dagang dan bank asing di Surabaya,” jelas dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga ini. (mus/jay)

SURABAYA – Kota Surabaya merupakan daerah terpadat di Jawa Timur. Hal ini terlihat dari buku Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2022 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur.

Dalam buku tersebut dijelaskan jumlah penduduk di Jatim sekitar 40,666 juta jiwa. Dari puluhan juta jiwa tersebut, Kota Surabaya merupakan daerah yang paling banyak dihuni dengan jumlah penduduk sekitar 2,874 juta jiwa. Dari data statistik BPS itu, maka daerah terpadat di Jawa Timur yaitu Kota Surabaya dengan kepadatan penduduk mencapai 8.217 jiwa per kilometer persegi.

Pakar sosiologi dari Universitas Airlangga, Prof. Bagong Suyanto mengatakan, Surabaya merupakan ibu kota Provinsi Jawa Timur yang juga dikenal sebagai kota metropolitan kedua setelah Jakarta sebagai ibu kota negara.

Baca Juga :  Warga NTT Dipulangkan dari Polsek Waru

Bagong mengatakan, ditetapkannya Surabaya sebagai ibu kota provinsi Jatim dengan harapan agar daerah sekitarnya juga ikut maju. Namun, menurutnya, yang terjadi justru polarisasi. “Daerah sekitar Surabaya malah pembangunannya tidak merata,” ungkapnya.

Dekan FISIP Unair ini menambahkan, sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan perekonomian di Jawa Timur dan sekitarnya. Sebagian besar penduduknya berusaha di bidang jasa, industri, dan perdagangan. Sehingga jarang ditemukan lahan persawahan. Banyak perusahaan besar yang berkantor pusat di Surabaya.

Sementara itu, sejarahwan Surabaya Prof Purnawan Basundoro mengatakan, sebagai kota perdagangan, Surabaya mulai menunjukan gairahnya sejak liberalisasi ekonomi di Indonesia yang booming di tahun 1870. Liberalisasi ekonomi mampu mendorong modal swasta masuk ke Surabaya.

Baca Juga :  Tangkap Residivis Curanmor 18 TKP, Sasar Kafe dan Kampung

“Dinamika perdagangan di Kota Surabaya abad ke-19 sampai 20 sangat dipengaruhi oleh merebaknya perkebunan di kawasan pedalaman serta perkembangan industri di kota itu. Selain itu masuknya modal swasta mampu meningkatkan kehadiran kantor dagang dan bank asing di Surabaya,” jelas dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga ini. (mus/jay)

Most Read

Berita Terbaru