30 C
Surabaya
Monday, June 5, 2023

Fenomena Kulminasi, Suhu di Jawa Timur Lebih Panas

SURABAYA – Cuaca di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, terasa jauh lebih panas dari biasanya. Fenomena ini disebut kulminasi atau hari tanpa bayangan. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Juanda Surabaya mencatat hampir seluruh wilayah Jawa Timur terjadi hari tanpa bayangan mulai Minggu (10/10) hingga Kamis (14/10).

“Cuaca terasa lebih panas saat ini disebabkan oleh fenomena alam yang disebut kulminasi,” ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto, Selasa (12/10).

Teguh menjelaskan, kulminasi adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat. Fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama.

Baca Juga :  Tata Ruang Kota Baru Sinergikan Kawasan Perumahan, RTH dan Ruang Usaha

“Fenomena kulminasi ini terjadi dengan posisi matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau berada di titik zenit sehingga bayangan benda yang tegak akan menghilang alias tidak terlihat,” katanya.

Menurut dia, hari kulminasi utama ini juga dikenal dengan istilah hari tanpa bayangan. Suhu udara akan terasa relatif semakin panas sampai beberapa hari kulminasi. Begitu juga dengan kelembaban udara diperkirakan menurun.

“Suhu udara masih akan terasa relatif semakin panas hingga beberapa hari setelah kulminasi. Tak hanya itu. Fenomena ini juga turur mempengaruhi kelembaban udara yang akan menurun,” paparnya.

Meski begitu, fenomena kulminasi ini tidak akan berdampak buruk bagi masyarakat yang daerahnya mengalami fenomena tersebut. Bahkan, di wilayah Jatim, kulminasi cenderung lebih ringan.

Baca Juga :  Dua Program Perlindungan BPJamsostek untuk Mahasiswa Unair yang BBK

“Selama fenomena kulminasi ini diharapkan masyarakat tetap waspada jika terjadi cuaca ekstrem. Selain itu, masyarakat juga diimbau agar tidak menelan informasi hoaks yang banyak beredar di media sosial terkait fenomena alam. Masyarakat bisa melakukan koscek ke website dan aplikasi resmi BMKG. Jangan termakan berita bohong,” pungkasnya. (mus/rek)

SURABAYA – Cuaca di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, terasa jauh lebih panas dari biasanya. Fenomena ini disebut kulminasi atau hari tanpa bayangan. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Juanda Surabaya mencatat hampir seluruh wilayah Jawa Timur terjadi hari tanpa bayangan mulai Minggu (10/10) hingga Kamis (14/10).

“Cuaca terasa lebih panas saat ini disebabkan oleh fenomena alam yang disebut kulminasi,” ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto, Selasa (12/10).

Teguh menjelaskan, kulminasi adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat. Fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama.

Baca Juga :  Perkosa LC saat Mabuk, Oknum Satpol PP Dituntut 15 Bulan

“Fenomena kulminasi ini terjadi dengan posisi matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau berada di titik zenit sehingga bayangan benda yang tegak akan menghilang alias tidak terlihat,” katanya.

Menurut dia, hari kulminasi utama ini juga dikenal dengan istilah hari tanpa bayangan. Suhu udara akan terasa relatif semakin panas sampai beberapa hari kulminasi. Begitu juga dengan kelembaban udara diperkirakan menurun.

“Suhu udara masih akan terasa relatif semakin panas hingga beberapa hari setelah kulminasi. Tak hanya itu. Fenomena ini juga turur mempengaruhi kelembaban udara yang akan menurun,” paparnya.

Meski begitu, fenomena kulminasi ini tidak akan berdampak buruk bagi masyarakat yang daerahnya mengalami fenomena tersebut. Bahkan, di wilayah Jatim, kulminasi cenderung lebih ringan.

Baca Juga :  Tarik Minat Pengunjung, Sentra Ikan Bulak Ditata Ulang

“Selama fenomena kulminasi ini diharapkan masyarakat tetap waspada jika terjadi cuaca ekstrem. Selain itu, masyarakat juga diimbau agar tidak menelan informasi hoaks yang banyak beredar di media sosial terkait fenomena alam. Masyarakat bisa melakukan koscek ke website dan aplikasi resmi BMKG. Jangan termakan berita bohong,” pungkasnya. (mus/rek)

Most Read

Berita Terbaru