SURABAYA – Banjir dahsyat yang melanda Surabaya akhir pekan lalu mendapat perhatian serius Pemkot Surabaya dan DPRD Surabaya. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi melakukan sidak ke sejumlah rumah pompa, Selasa (11/1).
Wali Kota Eri Cahyadi menginstruksi semua camat untuk turun ke lapangan ketika mendung. Mereka harus mengecek rumah pompa yang ada di wilayah kecamatan masing-masing. Elevasi rumah pompa harus nol. “Rumah pompa ini harus dicek oleh camat. Jangan sampai ada kenaikan elevasi sekitar 150 atau batas maksimal,” ujar Eri Cahyadi.
Dengan kejadian banjir dahsyat, Jumat (7/1), pihak pemkot akan memasang pompa air di kawasan Dharmawangsa, Basuki Rahmat, dan Panglima Sudirman. “Di titik itu kemarin kita masih menggunakan gravitasi. Sambil menunggu pemasangan pompa, maka dilakukan penarikan air apabila ada banjir dengan menggunakan mobil PMK,” terangnya.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya Lilik Arijanto menjelaskan, banjir yang terjadi di pusat kota disebabkan konektivitas saluran arah pembuangannya hanya menuju satu titik ke rumah pompa di Jalan Kenari. Ia juga menyebut rumah pompa Kenari banyak kehilangan energi. Selain karena banyaknya sampah, juga adanya material bangunan yang menghalangi.
Karena itu, pihaknya tengah mencari alternatif dengan membagi aliran air menjadi dua arah. Nantinya aliran air tak hanya menuju ke rumah pompa Kenari saja. “Kita akan membagi aliran dari Panglima Sudirman ke arah Kalimas langsung. Biar tidak hanya melalui pompa (Kenari),” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Komisi C DPRD Kota Surabaya Agoeng Prasodjo mengatakan, banjir yang terjadi di Surabaya pada Jumat (7/1) sore karena banyaknya brandgang yang ditutup.
Akibatnya, air hujan yang mengalir mengalami kemampetan atau kurang lancar. “Beberapa ruas jalan kota (tengah kota) yang biasanya gak banjir sekarang jadi banjir. Ini kan masalah. Apalagi ada salah satu apartemen yang menutup brandgang,” ujar Agoeng.
Karena itu, ia meminta Pemkot Surabaya untuk mengembalikan fungsi brandgang.  Menurut Agoeng, banjir besar itu tidak 100 persen karena kesalahan pompa air. Hanya saja, mesin pompa selama ini dianggapnya kurang maksimal. “Brandgang harus dikembalikan ke fungsi awalnya. Nanti kita lihat dipasangkan (dengan pompa air). Masalah bangunan gampang, itu kalau dia niat kan bisa disudet,” tegasnya.
Selain itu, ia juga meminta untuk memaksimalkan fungsi mesin pompa. Pompa-pompa yang sudah usang atau tua agar segera diganti. “Pemkot tidak perlu takut rusak dan harusnya ganti yang baru,” ujarnya. (rmt/rek)