Leonard menjelaskan saat beraksi Wahid dan Isroil berboncengan sepeda motor Yamaha Mio warna hitam nopol L 2280 XE. Keduanya berkeliling ke beberapa kawasan di Surabaya untuk mencari target. Sasarannya adalah, pengendara wanita atau penumpang becak yang bermain hp atau membawa tas. Kemudian ketika korban, mereka lantas beraksi.
“Mereka membagi tugas, tersangka Isroil bertugas sebagai joki, sedangkan Wahid menjadi otak sekaligus eksekutor perampasan tersebut,” tegas perwira menengah dengan dua melati di pundaknya ini.
Sebagai eksekutor, Wahid memiliki kemampuan beraksi dengan cepat ketika merampas tas atau hp milik korban. Para pelaku ini sudah terlatih ketika beraksi. Karena cukup cepat, korban butuh beberepa detik untuk menyadari jika mereka baru saja menjadi korban perampasan.
“Aksi para pelaku ini memang sangat meresahkan. Mereka sudah beraksi di empat lokasi di Surabaya. Yakni di Jalan Undaan Kulon, Jalan Kaliondo, Jalan Simokerto, dan Jalan Sidoyo,” tegas alumnus Akpol tahun 2000 ini.
Perwira yang juga mantan Wakasat Resnarkoba Polrestabes Surabaya ini menambahkan setelah berhasil merampas tas atau hp milik korban, mereka lantas menjualnya kepada penadah yakni Rosadi dan juga PII. Mereka menjual hp tersebut dengan harga antara Rp 500 hingga Rp 1 juta, tergantung jenis kondisi hp curian tersebut.
Sementara itu, kepada polisi Wahid mengaku empat aksinya tersebut dilakukan selama kurun waktu dua bulan terakhir. Ia nekat menjadi pelaku perampasan lantaran butuh uang untuk biaya hidup. Sebab selain menjadi pelaku perampasan, bapak satu anak tak memiliki pekerjaan lain.
“Selain saya gunakan untuk biaya hidup, sisa uangnya juga saya gunakan untuk bersenang-senang. Seperti membeli miras dan lain-lain,” terangnya.
Selain tersangka, polisi juga mengamankan barang bukti lain, seperti dua unit sepeda motor yang mereka gunakan sebagai sarana beraksi. Kemudian tas warna merah yang diduga milik salah satu korban, serta sebuah hp.