SURABAYA – Seorang siswa sebuah SMP Negeri di Surabaya berinisial MDDS menjadi korban pengeroyokan belasan pemuda di Lapangan Dwikora, Jalan Sawah Pulo, Surabaya, Rabu (7/3) siang. Korban mengalami luka dan patah tangan kirinya karena diduga ditabrak saat hendak kabur oleh sekelompok remaja lain.
Informasi yang dihimpun, perkelahian ini diduga karena urusan asmara. Beberapa teman pelaku terlibat perselisihan dengan korban. Perselisihan ini membuat temannya memberitahukan ke kakaknya. Nah, kakaknya membawa temannya yang lain untuk mengeroyok MDDS. “Saya berharap pelaku segera ditangkap dan ditindak tegas,” ujar paman korban, Syukron Efendi, Jumat (10/3).
Kapolsek Semampir Kompol Nur Suhud menyebutkan, pihaknya telah memeriksa sejumlah saksi. Namun, polisi belum mengamankan terduga pelaku pengeroyokan. Sebab, yang terlibat berstatus pelajar SMP dan SMA. “Kita proses lidik. Yang terlibat masih pelajar. Kita bersama pihak sekolah terus berkoordinasi terkait kasus ini,” katanya.
Nur Suhud memaparkan, ada dua kejadian penganiayaan. Pertama di Lapangan Dwikora, MDDS berkelahi dengan AW. Lalu kejadian kedua berlanjut di Jalan Karang Tembok Gang 1, MDDS dikeroyok oleh kakak kandung AW bersama teman-temannya.
Pihak kepolisian mengupayakan jalur mediasi. Meski demikian, Polsek Semampir akan tetap memanggil satu per satu pelajar yang terlibat dalam peristiwa ini. “Untuk pelaku pengeroyokan di Karang Tembok belum kita panggil. Mereka masih minta waktu. Tapi secepatnya akan kita panggil semua. Ada sekitar 15 orang,” bebernya.
Merespons banyaknya kekerasan pada anak, Komisi D DPRD Surabaya memanggil Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Surabaya, kemarin. Ketua Komisi D Khusnul Khotimah menyayangkan permasalahan anak yang terjadi belakangan ini.
Khusnul juga meminta permasalahan pengeroyokan anak sekolah bisa diselesaikan dengan mediasi tanpa dibawa ke ranah hukum. “Jangan sampai berdampak berkepanjangan. Segala upaya dilakukan pihak sekolah. Kami berharap bisa diselesaikan dengan kekeluargaan,” kata Khusnul.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadispendik) Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, pihaknya akan terus menguatkan aspek spiritual. Ia sudah berpesan kepada guru agama di semua sekolah untuk meningkatkan pembelajaran agama. “Saya sampaikan kalau istirahat teman-teman guru harus bagi tugas. Siswa tetap dipantau agar tahu kondisi dan psikologi anak,” kata Yusuf. (gun/rmt/rek)