26 C
Surabaya
Sunday, June 11, 2023

Rio, Taruna Poltekpel yang Tewas Dianiaya Senior Jadi Murung Sejak Kuliah

SEJUMLAH teman korban di kampungnya di Puloniti, Bangsal, Mojokerto menyadari perubahan sifat yang drastis semenjak Muhammad Rio Ferdinan Anwar masuk ke Poltek Pelayaran Surabaya. Pemuda 19 tahun itu mendadak jadi pendiam. Padahal, selama ini dia dikenal sangat aktif dan riang.

Firza adalah salah satu kawan akrab Rio. Selama tiga tahun menjadi pelajar di SMAN 1 Bangsal, keduanya selalu satu kelas dan duduk sebangku. Selain di lingkungan sekolah, dua pemuda yang sama-sama berumur 19 tahun ini kerap bermain bareng. ”Anaknya terbuka. Kalau kumpul-kumpul banyak bergurau dan banyak omong,” kata Firza di Desa Puloniti, Kecamatan Bangsal, kemarin.

Rio yang dikenalnya selama tiga tahun sekolah bersama cenderung terbuka. Anak pertama dari dua bersaudara itu memiliki banyak sekali hobi. Dari fotografi dan videografi, game online, mendaki gunung, sampai atletik. ”Macam-macam aktivitasnya. Kita juga beberapa kali ikut turnamen lari maraton,” ujar warga Desa Kedunguneng, Bangsal, ini.

Baca Juga :  Dua Hari Menghilang, Ditemukan Tewas Tercebur Selokan
Rio Muhammad Rio Ferdinan Anwar dengan seragam resmi Poltek Pelayaran. (DOK. JPRM/JPC)

Setelah lulus pada 2021, Rio sempat mendaftar Akademi Kepolisian (Akpol). Namun, saat itu dia gagal. Akhirnya, pertengahan tahun lalu dia mendaftar ke Poltek Pelayaran Surabaya dan diterima. Setelah empat bulan tak bertemu, Firza mendapati sabahatnya itu berubah dratis. Rio mendadak jadi sosok pendiam.

”Semenjak kuliah di Poltek Pelayaran ini, sifatnya agar berubah. Dulu anaknya terbuka, sekarang jadi tertutup dan lebih banyak diam. Pas tahun baru kemarin kan dia pulang terus kita kumpul-kumpul bikin acara bakar-bakar, itu dia cuma diam dan tertekan,” terangnya.

Rio tak pernah menceritakan apa yang menjadi penyebabnya. Menurut Firza, yang diceritakan Rio hanya seputar soal hubungan asmara dengan pacar. Demikian pula dengan kesaksian Ilham, 20. Teman sekampung Rio itu mengaku tak pernah dicurhati apa pun terkait pendidikan yang dijalani Rio. Dia hanya meyakinkan jika Rio memiliki sifat baik dan rajin salat jamaah saat pulang kampung.

Baca Juga :  Terekam CCTV, Pria Ini Pura-pura Salat Lalu Congkel Kotak Amal

Firza dan Ilham merasa begitu kehilangan saat mendengar teman mereka meninggal di kampus. Mereka tak menyangka, sebab di hari itu, korban masih berkomunikasi. (adi/jpr/rek)

SEJUMLAH teman korban di kampungnya di Puloniti, Bangsal, Mojokerto menyadari perubahan sifat yang drastis semenjak Muhammad Rio Ferdinan Anwar masuk ke Poltek Pelayaran Surabaya. Pemuda 19 tahun itu mendadak jadi pendiam. Padahal, selama ini dia dikenal sangat aktif dan riang.

Firza adalah salah satu kawan akrab Rio. Selama tiga tahun menjadi pelajar di SMAN 1 Bangsal, keduanya selalu satu kelas dan duduk sebangku. Selain di lingkungan sekolah, dua pemuda yang sama-sama berumur 19 tahun ini kerap bermain bareng. ”Anaknya terbuka. Kalau kumpul-kumpul banyak bergurau dan banyak omong,” kata Firza di Desa Puloniti, Kecamatan Bangsal, kemarin.

Rio yang dikenalnya selama tiga tahun sekolah bersama cenderung terbuka. Anak pertama dari dua bersaudara itu memiliki banyak sekali hobi. Dari fotografi dan videografi, game online, mendaki gunung, sampai atletik. ”Macam-macam aktivitasnya. Kita juga beberapa kali ikut turnamen lari maraton,” ujar warga Desa Kedunguneng, Bangsal, ini.

Baca Juga :  Jelang Arus Mudik, Polrestabes Surabaya Lakukan Pemetaan Gangguan Kamtibmas
Rio Muhammad Rio Ferdinan Anwar dengan seragam resmi Poltek Pelayaran. (DOK. JPRM/JPC)

Setelah lulus pada 2021, Rio sempat mendaftar Akademi Kepolisian (Akpol). Namun, saat itu dia gagal. Akhirnya, pertengahan tahun lalu dia mendaftar ke Poltek Pelayaran Surabaya dan diterima. Setelah empat bulan tak bertemu, Firza mendapati sabahatnya itu berubah dratis. Rio mendadak jadi sosok pendiam.

”Semenjak kuliah di Poltek Pelayaran ini, sifatnya agar berubah. Dulu anaknya terbuka, sekarang jadi tertutup dan lebih banyak diam. Pas tahun baru kemarin kan dia pulang terus kita kumpul-kumpul bikin acara bakar-bakar, itu dia cuma diam dan tertekan,” terangnya.

Rio tak pernah menceritakan apa yang menjadi penyebabnya. Menurut Firza, yang diceritakan Rio hanya seputar soal hubungan asmara dengan pacar. Demikian pula dengan kesaksian Ilham, 20. Teman sekampung Rio itu mengaku tak pernah dicurhati apa pun terkait pendidikan yang dijalani Rio. Dia hanya meyakinkan jika Rio memiliki sifat baik dan rajin salat jamaah saat pulang kampung.

Baca Juga :  Geng Motor Remaja Mengamuk Rusak Pos Jaga dan Bacok Satpam

Firza dan Ilham merasa begitu kehilangan saat mendengar teman mereka meninggal di kampus. Mereka tak menyangka, sebab di hari itu, korban masih berkomunikasi. (adi/jpr/rek)

Most Read

Berita Terbaru