26 C
Surabaya
Sunday, June 11, 2023

Taruna Pelayaran Tewas Diduga Dianiaya, Korban Sering Di-Bully & Dihajar Senior

SURABAYA – Salah seorang taruna Politeknik Pelayaran Surabaya, M Rio Ferdinan Anwar, 19, meninggal dunia tidak wajar. Pemuda asal Desa Puloniti, Bangsal, Mojokerto, itu diduga dianiaya seniornya. Tak terima dengan kematian anaknya yang tidak wajar, M Yani, 48, ayah korban, melaporkan kasus tersebut ke Polsek Gunung Anyar, Surabaya, Senin (6/2).

Ayah korban, M Yani, mengaku mendapat kabar pertama kali dari seorang dokter bahwa anaknya meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Haji, Sukolilo, Surabaya, Minggu (5/2) sekitar pukul 22.48. Setelah menerima kabar tersebut, ia menuju ke rumah sakit.

“Saya cek jenazah kok banyak luka-lukanya. Dugaan saya mungkin ada penganiayaan. Soalnya, bibirnya bengkak, pecah,  terus hidung kanan itu juga bengkak,” ujar Yani di Mapolsek Gunung Anyar, Senin (6/2).

Selain itu, korban mengalami memar di dahi kanan dan kiri serta leher. Taruna jurusan transportasi laut yang baru semester satu itu juga mengalami memar di dada. “Mulut mengeluarkan darah. Terus kata pembinanya terpeleset di kamar mandi kan ya nggak masuk akal,” katanya.

Baca Juga :  Tingkatkan Kinerja dan Peduli Lingkungan

Menurut Yani, anaknya saat libur pulang kampung sering bercerita ke neneknya bila sering di-bully dan dihajar seniornya. “Terus saya bilang, kalau nggak kuat keluar aja. Nanti kan cari usaha lain bisa,” kenangnya sedih.

Dia menyebut dugaan tindak penganiayaan dan kekerasan itu terjadi di salah satu kamar mandi tempat pendidikan anaknya,  Minggu (5/2) malam. Jenazah korban setelah divisum kemudian dibawa ke rumah duka. Korban dimakamkan di pemakaman umum Dusun Pudakpulo, Desa Puloniti, Bangsal Mojokerto, Senin (6/2).

Kapolsek Gunung Anyar Iptu Roni Ismullah saat dikonfirmasi membenarkan ada laporan tersebut. “Betul (ada laporan). Lanjut proses lidik dan sidiknya kami serahkan (limpahkan) ke Satreskrim Polrestabes Surabaya,” ungkapnya.

Baca Juga :  Wali Kota Eri Cahyadi Janji akan Perhatikan Nasib Veteran

Sementara itu, Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya Heru Widada menyatakan turut berduka cita atas kematian anak didiknya M. Rio Ferdinan Anwar. Pihak civitas akademika sudah mendatangi rumah duka dan menghadiri pemakaman. “Mudah-mudahan tidak terulang lagi dan menjadi pembelajaran juga evaluasi secara menyeluruh terhadap seluruh kegiatan di Politeknik Pelayaran Surabaya,” ucapnya.

Heru melanjutkan, kejadian itu sudah ditangani Polrestabes Surabaya. Awalnya dilaporkan di Polsek Gunung Anyar, kemudian ditarik ke Polrestabes Surabaya. “Kalau ada tindak pidana, kami akan serahkan ke pihak polisi. Kami sudah jelas mengutuk keras tindakan tindakan itu. Dan, tentunya akan disanksi. Sanksinya sangat berat dan bisa langsung dikeluarkan,” bebernya.

Menurut Heru, sejauh ini sudah ada sembilan hingga 12 taruna yang diperiksa polisi. Belasan orang tersebut terdapat teman seangkatan korban dan senior. “Kami menyerahkan sepenuhnya ke Polrestabes,” katanya. (rus/rek)

SURABAYA – Salah seorang taruna Politeknik Pelayaran Surabaya, M Rio Ferdinan Anwar, 19, meninggal dunia tidak wajar. Pemuda asal Desa Puloniti, Bangsal, Mojokerto, itu diduga dianiaya seniornya. Tak terima dengan kematian anaknya yang tidak wajar, M Yani, 48, ayah korban, melaporkan kasus tersebut ke Polsek Gunung Anyar, Surabaya, Senin (6/2).

Ayah korban, M Yani, mengaku mendapat kabar pertama kali dari seorang dokter bahwa anaknya meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Haji, Sukolilo, Surabaya, Minggu (5/2) sekitar pukul 22.48. Setelah menerima kabar tersebut, ia menuju ke rumah sakit.

“Saya cek jenazah kok banyak luka-lukanya. Dugaan saya mungkin ada penganiayaan. Soalnya, bibirnya bengkak, pecah,  terus hidung kanan itu juga bengkak,” ujar Yani di Mapolsek Gunung Anyar, Senin (6/2).

Selain itu, korban mengalami memar di dahi kanan dan kiri serta leher. Taruna jurusan transportasi laut yang baru semester satu itu juga mengalami memar di dada. “Mulut mengeluarkan darah. Terus kata pembinanya terpeleset di kamar mandi kan ya nggak masuk akal,” katanya.

Baca Juga :  Berdalih Bela Harga Diri, Pukuli Tukang Parkir

Menurut Yani, anaknya saat libur pulang kampung sering bercerita ke neneknya bila sering di-bully dan dihajar seniornya. “Terus saya bilang, kalau nggak kuat keluar aja. Nanti kan cari usaha lain bisa,” kenangnya sedih.

Dia menyebut dugaan tindak penganiayaan dan kekerasan itu terjadi di salah satu kamar mandi tempat pendidikan anaknya,  Minggu (5/2) malam. Jenazah korban setelah divisum kemudian dibawa ke rumah duka. Korban dimakamkan di pemakaman umum Dusun Pudakpulo, Desa Puloniti, Bangsal Mojokerto, Senin (6/2).

Kapolsek Gunung Anyar Iptu Roni Ismullah saat dikonfirmasi membenarkan ada laporan tersebut. “Betul (ada laporan). Lanjut proses lidik dan sidiknya kami serahkan (limpahkan) ke Satreskrim Polrestabes Surabaya,” ungkapnya.

Baca Juga :  Pasang Banner Partai Berujung Sabetan Sajam

Sementara itu, Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya Heru Widada menyatakan turut berduka cita atas kematian anak didiknya M. Rio Ferdinan Anwar. Pihak civitas akademika sudah mendatangi rumah duka dan menghadiri pemakaman. “Mudah-mudahan tidak terulang lagi dan menjadi pembelajaran juga evaluasi secara menyeluruh terhadap seluruh kegiatan di Politeknik Pelayaran Surabaya,” ucapnya.

Heru melanjutkan, kejadian itu sudah ditangani Polrestabes Surabaya. Awalnya dilaporkan di Polsek Gunung Anyar, kemudian ditarik ke Polrestabes Surabaya. “Kalau ada tindak pidana, kami akan serahkan ke pihak polisi. Kami sudah jelas mengutuk keras tindakan tindakan itu. Dan, tentunya akan disanksi. Sanksinya sangat berat dan bisa langsung dikeluarkan,” bebernya.

Menurut Heru, sejauh ini sudah ada sembilan hingga 12 taruna yang diperiksa polisi. Belasan orang tersebut terdapat teman seangkatan korban dan senior. “Kami menyerahkan sepenuhnya ke Polrestabes,” katanya. (rus/rek)

Most Read

Berita Terbaru