SURABAYA – Saat ini Surabaya mempunyai tiga Kebun Raya Mangrove di tiga lokasi, yakni Wonorejo, Gunung Anyar, dan Medokan Sawah. Kemudian untuk Tahura di Balasklumprik, Lempung, Pakal, SPT Jeruk dan Kebun Anggrek Sememi. Bahkan Pemkot Surabaya berencana untuk melakukan pembangunan kebun raya mangrove yang luas, luasnya bakal mencapai 46 hektare.
Kabid Pertanian Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Rahmad Kodariawan mengatakan, saat ini pihaknya telah membenahi dulu sisi mangrove Gunung Anyar hingga Medokan Sawah. Mulai dari pembenahan yang kecil-kecil dulu. “Nanti pelan-pelan mulai dari Gunung Anyar. Karena yang di Wonorejo mau dibangun belum pembebasan lahan,” katanya.
Ia mencontohkan, sarana prasarana (sarpras) di kawasan Medokan Sawah Timur, Gunung Anyar yang luasnya 16 hektare saat ini sudah berbenah, bahkan sarpras seperti di sekitar waduk sudah ditanami pohon dan dilengkapi jembatan. Dan di tengah waduk juga terdapat wahana air yang siap digunakan pengunjung nantinya ketika wisata sudah dibuka.
“Secara sarpras di Gunung Anyar sudah terpenuhi. Nanti akan menunjang kawasan ini untuk digabungkan ke kawasan Wonorejo,” jelasnya.
Rahmad menyebut, untuk menjadi Kebun Raya Mangrove harus memenuhi unsur edukasi, wisata, dan penelitian. Sehingga empat lembaga tersebut turut serta dalam pembangunan pengabungan kedua mangrove tersebut.
Bahkan nantinya kebun Raya Mangrove itu akan dilengkapi diorama di pintu masuk yang menceritakan tentang kebun raya mangrove. Rahmad menjelaskan, konsep nantinya di pintu masuk akan ditempatkan di Gunung Anyar sehingga kini akan dibenahi. Karena nantinya pengunjung untuk masuk ke Kebun Raya Mangrove akan menggunakan bus kecil yang disediakan khusus. kemudian berhenti hingga pintu masuk.
“Ya nanti digunakan bus kecil kemudian dioper sampai pintu masuk. Di sekitar itu akan ada diorama, ada edukasi, wisata, dan penelitian masuk semua. Jadi masih panjang rencana kebun raya mangrove ini,” jelasnya.
Untuk merealisasikan tersebut dibutuhkan intervensi dari empat lembaga seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI) dan tentunya Pemkot Surabaya. “Bahkan teman-teman LIPI juga sudah menanyakan. Karena setiap satu tahun kita ada laporan ke LIPI,” jelasnya.
Selain LIPI, Rahmad juga menjelaskan YKRI juga sudah membantu juga melakukan penambahan bibit mangrove. Namun yang paling ditunggu ini intervensi dari PUPR karena berkaitan dengan sarpras. (rmt/nur)