SURABAYA – Sebanyak 660 atlet dari 52 cabang olahraga yang tergabung dalam Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jatim 100/V KONI Jawa Timur menjalani tes fisik di Gedung Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jatim.
Seluruh atlet tersebut disiapkan untuk mengikuti ajang Pra-PON yang dimulai pertengahan sampai akhir tahun ini. Mereka yang lolos Pra-PON berhak mengikuti PON XXI di Aceh dan Sumatera Utara 2024.
Direktur Badan Pelaksana Puslatda (Bapel) Puslatda KONI Jatim Irmantara Subagio mengatakan, rangkaian tes itu diselenggarakan untuk melihat seberapa jauh perkembangan fisik atlet. Terutama setelah menjalani program puslatda sejak Oktober tahun lalu.
’’Karena puslatda tahun ini akan lebih ditingkatkan lagi intensifikasinya. Sehingga kami perlu data kemampuan fisik atlet. Selain itu, ada juga tes BIA (bio impedance analysis, Red) untuk melihat status gizi,” jelas Ibag, sapaan akrab Irmantara Subagio yang juga Wakil Ketua KONI Jatim ini, Senin (30/1).
Tes fisik atlet Puslatda Jatim ini dilakukan oleh tim Badan Sport Science (BSS) KONI Jatim. Alfian Dwi Prastyo Koordinator Tim Fisik Puslatda KONI Jatim, menyatakan bahwa tes fisik yang melibatkan seluruh cabor di Jatim itu digelar selama delapan hari berturut-turut.
Alfian mengatakan, dalam program tersebut, tidak semua cabor mendapatkan menu tes yang sama, melainkan memiliki fokus sesuai kebutuhan cabor. Misalnya tes fisik yang dilakukan untuk atlet cabang olahraga karate atau cabor combat lainnya tentu berbeda dengan atlet angkat besi atau atlet aeromodeling.
“Terkait item tes, role yang kita buat kita sesuaikan dengan cabor dan disiplin masing-masing. Jadi, ada perbedaan terkait item dan target fisiknya,” ungkapnya. Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan, bahwa selama tes fisik berjalan, kondisi fisik pada atlet yang telah menjalani tes belum mencapai angka maksimal.
Meskipun begitu, ia menegaskan, dalam proses latihan yang dibarengi dengan tes secara rutin itu, kondisi fisik atlet akan dapat lebih baik lagi ke depannya. “Mereka memang belum intens latihannya, oleh karena itu butuh proses, nanti mungkin maksimalnya ada di Pra PON, kemudian menjelang PON itu kondisi fisik sudah harus maksimal,” ungkapnya.
Ia berharap, dengan diadakannya program tersebut, hasilnya dapat menjadi rujukan bari tim pelatih masing-masing cabor untuk menjalankan program latihan jelang Pra PON. “Agar membuat program yang lebih baik, karena sementara ini, pelatih itu masih membuat program yang sama, bukan per-individu. Karena kemampuan atlet itu pasti beda-beda,” pungkasnya. (sam/rak)