SURABAYA – Hari Olahraga Nasional (Haornas) ke-39 mengambil tema Bersama Cetak Juara. Jawa Timur pun siap mencetak atlet-atlet berprestasi di tingkat internasional. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali menjelaskan, tema ini membawa pesan penting mengenai kajian total terhadap ekosistem pembinaan prestasi olahraga nasional yang terangkum di Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
“Semangatnya adalah kerja sama, kolaborasi, sinergi, sehingga tidak bisa sendiri-sendiri untuk mencetak juara,” ucap Zainudin Amali, Kamis (8/9).
Mengenai tema Bersama Cetak Juara, Menpora menjelaskan desain besar olahraga nasional akan menyeluruh untuk urusan hulu sampai hilir. Paradigma tersebut diharapkan bukan hanya untuk prestasi pada level SEA Games atau Asian Games, tetapi juga berorientasi pada Olimipiade dan Paralimpiade. Ada 14 cabang olahraga yang menjadi prioritas untuk bisa meraih medali di level Olimpiade.
Sementara itu, Ketua Umum KONI Jawa Timur Muhammad Nabil menjelaskan, desain besar olahraga nasional harus didukung semua pihak. Nabil menilai sport science adalah suatu keniscayaan yang harus menjadi penguat olahraga nasional. Selain itu, langkah untuk memprioritaskan 14 cabor olimpiade dan paralimpiade sudah sangat tepat.
“Jadi, desain berbasis sport science ini adalah suatu keniscayaan. Tidak bisa ditawar lagi bahwa harus berbasis sport science. Karena itu, kita mendukung apa yang dicanangkan Menpora yang akan ada penguatan 14 cabor yang olimpik itu. Memang harus begitu karena prestasi itu terukur,” kata Nabil.
Menurut dia, penguatan itu bisa dilakukan dengan desentralisasi pembinaan tidak hanya di pelatnas. Tapi bisa di daerah yang punya kompetensi dan prestasi di daerahnya masing-masing. “Yang paling penting lagi bisa mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga” tandasnya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa optimistis optimistis atlet-atlet Jatim mampu meraih prestasi baik di level nasional maupun internasional. Karena itu, ia meminta semua pihak, khususnya KONI, melakukan pendampingan, pembibitan, dan pelatihan secara terukur. “Prestasi-prestasi itu harus bisa terkontrol, termonitor, sehingga bisa makin membanggakan kita semua,” ujarnya.
Selain itu, menurut Khofifah, diharapkan juga akan lahir prestasi-prestasi yang tidak sekadar tingkat nasional tapi juga internasional. “Maka, tidak boleh ada venue yang ukurannya tidak standar. Kalau nanti tercapai prestasi pun tidak bisa dicatat sebagai katakan ini pecah rekor,” ucap Khofifah. (mus/rek)