Mantan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Gresik Siti Mariyatin ternyata memiliki cara tersendiri untuk menjadi awet muda. Yakni, dengan gemar membaca novel dengan genre romantic dan religi.
“Selain banyak mendapat motivasi juga bisa mengerti pola pikir anak muda yang terus berkembang eranya, jadi terasa lebih muda saja,” tutur perempuan yang kini menjadi Ketua Bidang Kader di Pimpinan Ranting Aisyiyah Suci Nasyiatul Aisyiyah ini.
Perempuan yang sudah menjadi guru semenjak tahun 2004 silam ini kerap menghabiskan waktu membaca novel saat menjelang tidur. Bahkan untuk memenuhi hasratnya merampungkan bacaan novel koleksinya, ia bisa membawa beberapa novel dalam tasnya. “Jadi kalau ada undangan ke daerah lain, selalu bawa bekal novel yang bisa dibaca saat menunggu acara atau ketika diperjalanan,” jelas perempuan asal Suci.
Bahkan ia tak segan mengeluarkan koleksi novelnya di tempat umum, seperti terminal saat ia menunggu kendaraan hingga saat mendampingi orangtuanya kontrol. “Waktu bacanya estafet, jadi sedikit demi sedikit hingga selesai, Sekali membaca novel, waktu yang dihabiskannya bisa sampai 1 jam.q” lanjut perempuan yang akrab disapa Tiwi ini.
Menurutnya, dengan memperbanyak bacaan terkait novel romantis bisa menumbuhkan semangat mudanya. Terlebih, diimbangi dengan cerita religi yang menceritakan kisah anak-anak muda. Budaya literasi juga terbangun dan bisa menambah wawasan, karena meski tua tidak boleh menjadi pribadi yang kuno dan harus tetap berjiwa serta berpikiran muda,” urainya.
Meski suka genre novel seperti itu, bukan berarti ia tak menyukai bacaan di berbagai genre. Ia mengaku, masih kerap berkunjung ke perpustakaan sekolah hingga daerah. Menurutnya, koleksi buku tak harus beli namun bisa dari berbagai sumber. “Agar bisa membaca novel dan bacaan yang variatif,” imbuhnya. (est/rof)
Mantan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Gresik Siti Mariyatin ternyata memiliki cara tersendiri untuk menjadi awet muda. Yakni, dengan gemar membaca novel dengan genre romantic dan religi.
“Selain banyak mendapat motivasi juga bisa mengerti pola pikir anak muda yang terus berkembang eranya, jadi terasa lebih muda saja,” tutur perempuan yang kini menjadi Ketua Bidang Kader di Pimpinan Ranting Aisyiyah Suci Nasyiatul Aisyiyah ini.
Perempuan yang sudah menjadi guru semenjak tahun 2004 silam ini kerap menghabiskan waktu membaca novel saat menjelang tidur. Bahkan untuk memenuhi hasratnya merampungkan bacaan novel koleksinya, ia bisa membawa beberapa novel dalam tasnya. “Jadi kalau ada undangan ke daerah lain, selalu bawa bekal novel yang bisa dibaca saat menunggu acara atau ketika diperjalanan,” jelas perempuan asal Suci.
Bahkan ia tak segan mengeluarkan koleksi novelnya di tempat umum, seperti terminal saat ia menunggu kendaraan hingga saat mendampingi orangtuanya kontrol. “Waktu bacanya estafet, jadi sedikit demi sedikit hingga selesai, Sekali membaca novel, waktu yang dihabiskannya bisa sampai 1 jam.q” lanjut perempuan yang akrab disapa Tiwi ini.
Menurutnya, dengan memperbanyak bacaan terkait novel romantis bisa menumbuhkan semangat mudanya. Terlebih, diimbangi dengan cerita religi yang menceritakan kisah anak-anak muda. Budaya literasi juga terbangun dan bisa menambah wawasan, karena meski tua tidak boleh menjadi pribadi yang kuno dan harus tetap berjiwa serta berpikiran muda,” urainya.
Meski suka genre novel seperti itu, bukan berarti ia tak menyukai bacaan di berbagai genre. Ia mengaku, masih kerap berkunjung ke perpustakaan sekolah hingga daerah. Menurutnya, koleksi buku tak harus beli namun bisa dari berbagai sumber. “Agar bisa membaca novel dan bacaan yang variatif,” imbuhnya. (est/rof)
