25 C
Surabaya
Monday, May 29, 2023

Obat Gagal Ginjal Akut dari Singapura-Australia Sudah Tiba di RSUD Dr Soetomo

SURABAYA – Obat gagal ginjal akut atau gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) saat ini sudah didistribusikan di RSUD Dr Soetomo. Obat yang bernama Fomepizole itu didatangkan langsung oleh pemerintah dari Singapura sebanyak 26 vial dan 16 vial didatangkan dari Australia.

Humas RSUD Dr Soetomo Risa Titis Wijayanti mengatakan, obat Fomepizole sudah datang sejak beberapa hari lalu. Selain didistribusikan di RSUD Dr Soetomo obat tersebut juga didistribusikan ke rumah sakit yang menangani langsung pasien GGAPA.

“Alhamdulillah sudah datang obatnya. Dan Memang saat ini diprioritaskan ke rumah sakit di provinsi dengan jumlah kasusnya paling besar,” kata Risa, Selasa (1/11). Ia berharap dengan adanya obat tersebut pasien GGAPA bisa cepat sembuh. “Semoga cepat sembuh,”ujarnya.

Satu vial obat itu seharga Rp 16 juta. Namun, pemerintah memutuskan bahwa obat itu tidak diperjualbelikan. Semua pasien dapat gratis. Jumlah gangguan ginjal akut yang menyerang sejak akhir Agustus itu sudah mencapai 269 kasus. Pasien tersebar di 26 provinsi.

Dari 269 kasus itu, 11 persen pasien masuk dalam stadium 1, 7 persen masuk stadium 2, 61 persen stadium 3, dan 20 persen lainnya belum teridentifikasi. Pemerintah masih menelusuri pasien gagal ginjal lain yang belum terdata. “Setiap pasien nantinya mendapat jatah satu vial yang dipakai hingga lima kali suntikan. Pengobatan dilakukan dengan menyuntikkan ke cairan infus,” terangnya.

Baca Juga :  Relawan Pamekasan Siap Menangkan Gus Ipul-Puti

Selain mendatangkan dari Singapura dan Australia, Kemenkes juga menerima tambahan bantuan dari perusahaan obat asal Jepang Takeda sebanyak 200 vial. Bantuan bakal datang pekan depan dan akan didistribusikan ke rumah sakit milik pemerintah.

”Rencananya bareng dengan 70 vial Fomepizole dari Singapura. Jadi mudah-mudahan pengadaan obat antidotum ini dapat mempercepat pengobatan pasien gagal ginjal,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril.

Syahril berharap angka kematian tidak bertambah setelah obat tersebut didatangkan. Selama ini, penyebab gangguan ginjal akut masih terus diteliti. Kandungan senyawa toksik etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) pada obat sirup masih menjadi dugaan terkuat penyebab meningkatnya kasus.

Gara-gara temuan itu, Kemenkes bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melarang peredaran ratusan obat sirup. Beberapa di antaranya adalah obat generik yang biasa dikonsumsi masyarakat.

Baca Juga :  Pandemi Melandai, Pasien Covid-19 di RSUD dr Soetomo Tersisa 23 Orang

Kepala Dinkes kota Surabaya Nanik Sukristina mengaku bahwa GGAPA yang menyerang anakanak di kota Surabaya saat ini masih dugaan. Pihaknya belum bisa memastikan apakah itu gagal ginjal akut atau tidak?. “Sampai sekarang masih dugaan gagal ginjal akut. Kami belum bisa memastikan. Tapi ada,” kata Nanik.

Ia juga menyebut bahwa warga Surabaya yang diduga terpapar gagal ginjal akut menjalani perawatan intensif di RSUD Dr Soetomo. “Untuk saat ini rumah sakit rujukan ke Dr Soetomo,” imbuhnya. Terkait pasien yang meninggal dunia karena GGAPA itu, Nanik mengaku tidak sampai 16 orang.

“Kalau untuk Surabaya gak sampai 16 orang. Itu disebutkan di Surabaya. Karena dirawatnya di RSUD Dr Soetomo. Tapi memang warga Surabaya ada yang meninggal. Yang jelas bukan 16. Tapi lebih dari satu yang itu merupakan kasus lama,” tegas Nanik.

Selama ini penanganan anak-anak yang terpapar GGAPA menurut Nanik tergantung dari rumah sakit yang menangani. “Kami (Dinkes) lebih ke pencegahan,” tutur Nanik. (rmt/nur)

SURABAYA – Obat gagal ginjal akut atau gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) saat ini sudah didistribusikan di RSUD Dr Soetomo. Obat yang bernama Fomepizole itu didatangkan langsung oleh pemerintah dari Singapura sebanyak 26 vial dan 16 vial didatangkan dari Australia.

Humas RSUD Dr Soetomo Risa Titis Wijayanti mengatakan, obat Fomepizole sudah datang sejak beberapa hari lalu. Selain didistribusikan di RSUD Dr Soetomo obat tersebut juga didistribusikan ke rumah sakit yang menangani langsung pasien GGAPA.

“Alhamdulillah sudah datang obatnya. Dan Memang saat ini diprioritaskan ke rumah sakit di provinsi dengan jumlah kasusnya paling besar,” kata Risa, Selasa (1/11). Ia berharap dengan adanya obat tersebut pasien GGAPA bisa cepat sembuh. “Semoga cepat sembuh,”ujarnya.

Satu vial obat itu seharga Rp 16 juta. Namun, pemerintah memutuskan bahwa obat itu tidak diperjualbelikan. Semua pasien dapat gratis. Jumlah gangguan ginjal akut yang menyerang sejak akhir Agustus itu sudah mencapai 269 kasus. Pasien tersebar di 26 provinsi.

Dari 269 kasus itu, 11 persen pasien masuk dalam stadium 1, 7 persen masuk stadium 2, 61 persen stadium 3, dan 20 persen lainnya belum teridentifikasi. Pemerintah masih menelusuri pasien gagal ginjal lain yang belum terdata. “Setiap pasien nantinya mendapat jatah satu vial yang dipakai hingga lima kali suntikan. Pengobatan dilakukan dengan menyuntikkan ke cairan infus,” terangnya.

Baca Juga :  Pura-pura Bantu Hajatan, Emak-emak Curi Uang dan Perhiasan Tuan Rumah

Selain mendatangkan dari Singapura dan Australia, Kemenkes juga menerima tambahan bantuan dari perusahaan obat asal Jepang Takeda sebanyak 200 vial. Bantuan bakal datang pekan depan dan akan didistribusikan ke rumah sakit milik pemerintah.

”Rencananya bareng dengan 70 vial Fomepizole dari Singapura. Jadi mudah-mudahan pengadaan obat antidotum ini dapat mempercepat pengobatan pasien gagal ginjal,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril.

Syahril berharap angka kematian tidak bertambah setelah obat tersebut didatangkan. Selama ini, penyebab gangguan ginjal akut masih terus diteliti. Kandungan senyawa toksik etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) pada obat sirup masih menjadi dugaan terkuat penyebab meningkatnya kasus.

Gara-gara temuan itu, Kemenkes bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melarang peredaran ratusan obat sirup. Beberapa di antaranya adalah obat generik yang biasa dikonsumsi masyarakat.

Baca Juga :  RS Lapangan Tembak Sudah Kosong, Pasien di RS GBT & Asrama Haji Berkurang

Kepala Dinkes kota Surabaya Nanik Sukristina mengaku bahwa GGAPA yang menyerang anakanak di kota Surabaya saat ini masih dugaan. Pihaknya belum bisa memastikan apakah itu gagal ginjal akut atau tidak?. “Sampai sekarang masih dugaan gagal ginjal akut. Kami belum bisa memastikan. Tapi ada,” kata Nanik.

Ia juga menyebut bahwa warga Surabaya yang diduga terpapar gagal ginjal akut menjalani perawatan intensif di RSUD Dr Soetomo. “Untuk saat ini rumah sakit rujukan ke Dr Soetomo,” imbuhnya. Terkait pasien yang meninggal dunia karena GGAPA itu, Nanik mengaku tidak sampai 16 orang.

“Kalau untuk Surabaya gak sampai 16 orang. Itu disebutkan di Surabaya. Karena dirawatnya di RSUD Dr Soetomo. Tapi memang warga Surabaya ada yang meninggal. Yang jelas bukan 16. Tapi lebih dari satu yang itu merupakan kasus lama,” tegas Nanik.

Selama ini penanganan anak-anak yang terpapar GGAPA menurut Nanik tergantung dari rumah sakit yang menangani. “Kami (Dinkes) lebih ke pencegahan,” tutur Nanik. (rmt/nur)

Most Read

Berita Terbaru