27 C
Surabaya
Wednesday, June 7, 2023

Menyulam Jadi Alternatif Terapi Emosi dan Motorik

KOTA –

Masalah untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) yang umum dialami adalah emosi dan kemampuanmotorik halus mereka. Untuk melatih emosi anak berkebutuhan khusus (ABK) itu sendiri, bisa dilakukan dengan cara menyenangkan dan produktif. Salah satunya, melalui kegiatan membuat kerajinan, khususnya dibidang menyulam. Selain emosi, motorik halus ABK juga bisa dilatih.

Hal ini terlihat di Pusat Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus (PPABK) Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG). Beberapa anak berkebutuhan khusus (ABK) terlihat fokus memegang alat sulam. Mereka begitu telaten memasukkan benang ke dalam kain. Ada yang mengeluh, ada yang banyak bertanya, bahkan ada beberapa yang enggan menyentuh hingga digiring untuk menyulam. “Karena hampir semua anak spesial ini memiliki emosi yang tak terkontrol, jadi kita harus telaten memberi pengarahan,” ungkap Pendamping PPABK UMG Wiwik Nur Hasanah.

Baca Juga :  AWAS! Ketahuan Mudik Bakal Dikarantina Lima Hari di Asrama Haji

Ia mengatakan, hampir semua ABK memiliki emosi yang tidak terkontrol. Ia mencontohkan, ada yang pendiam sekali, bahkan sebagian justru hiperaktif. ”Ada juga yang moody atau suasana hati yang mudah berubah,” tuturnya.

Karena itu, anak-anak perlu diberi kegiatan tertentu. Menurutnya, menyulam menjadi salah satu kegiatan yang memberikan dampak secara psikologis. Anak jadi lebih tenang. Sebab, kegiatan itu butuh kesabaran dan ketelatenan.  Selain melatih emosi, anak-anak jadi punya bekal keterampilan. Itu sangat berguna setelah anak-anak lulus dari sekolah luar biasa (SLB). ”Jadi tidak bergantung atau menunggu pekerjaan dari orang lain,” katanya.

Sementara itu, Ketua PPABK Widya Pratiwi menyebutkan, bahwa menyulam sangat berpengaruh pada perkembangan motorik halus anak. Anak-anak dilatih cara memegang jarum dan memasukkan benang. ”Tentunya ecara bertahap, dan itu secara bertahap memperbaikimotorik halus,” terangnya.

Baca Juga :  Banyak Rekanan Direject, Serapan Pavingisasi & Proyek Saluran Rendah

Ia menambahkan, ABK memang harus diberi kegiatan yang produktif. Hal itu menjadi bagian dari terapi untuk anak. Jangan sampai anak-anak dibiarkan diam tanpa kegiatan di rumah. Para orang tua selalu diingatkan agar mengajak anaknya berinteraksi. ”Ynag terpenting mereka bisa mandiri dengan hasil karyanya itu,” imbuh dia. (est/rof)

 

KOTA –

Masalah untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) yang umum dialami adalah emosi dan kemampuanmotorik halus mereka. Untuk melatih emosi anak berkebutuhan khusus (ABK) itu sendiri, bisa dilakukan dengan cara menyenangkan dan produktif. Salah satunya, melalui kegiatan membuat kerajinan, khususnya dibidang menyulam. Selain emosi, motorik halus ABK juga bisa dilatih.

Hal ini terlihat di Pusat Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus (PPABK) Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG). Beberapa anak berkebutuhan khusus (ABK) terlihat fokus memegang alat sulam. Mereka begitu telaten memasukkan benang ke dalam kain. Ada yang mengeluh, ada yang banyak bertanya, bahkan ada beberapa yang enggan menyentuh hingga digiring untuk menyulam. “Karena hampir semua anak spesial ini memiliki emosi yang tak terkontrol, jadi kita harus telaten memberi pengarahan,” ungkap Pendamping PPABK UMG Wiwik Nur Hasanah.

Baca Juga :  Kembangkan e-Book untuk Tarik Minat Pembaca

Ia mengatakan, hampir semua ABK memiliki emosi yang tidak terkontrol. Ia mencontohkan, ada yang pendiam sekali, bahkan sebagian justru hiperaktif. ”Ada juga yang moody atau suasana hati yang mudah berubah,” tuturnya.

Karena itu, anak-anak perlu diberi kegiatan tertentu. Menurutnya, menyulam menjadi salah satu kegiatan yang memberikan dampak secara psikologis. Anak jadi lebih tenang. Sebab, kegiatan itu butuh kesabaran dan ketelatenan.  Selain melatih emosi, anak-anak jadi punya bekal keterampilan. Itu sangat berguna setelah anak-anak lulus dari sekolah luar biasa (SLB). ”Jadi tidak bergantung atau menunggu pekerjaan dari orang lain,” katanya.

Sementara itu, Ketua PPABK Widya Pratiwi menyebutkan, bahwa menyulam sangat berpengaruh pada perkembangan motorik halus anak. Anak-anak dilatih cara memegang jarum dan memasukkan benang. ”Tentunya ecara bertahap, dan itu secara bertahap memperbaikimotorik halus,” terangnya.

Baca Juga :  Banyak Rekanan Direject, Serapan Pavingisasi & Proyek Saluran Rendah

Ia menambahkan, ABK memang harus diberi kegiatan yang produktif. Hal itu menjadi bagian dari terapi untuk anak. Jangan sampai anak-anak dibiarkan diam tanpa kegiatan di rumah. Para orang tua selalu diingatkan agar mengajak anaknya berinteraksi. ”Ynag terpenting mereka bisa mandiri dengan hasil karyanya itu,” imbuh dia. (est/rof)

 

Most Read

Berita Terbaru