25 C
Surabaya
Sunday, June 11, 2023

Gubernur Khofifah Heran, Data Beras di Jatim Surplus, tapi Susah Ditemukan

SURABAYA – Sejumlah pedagang di pasar mengeluhkan keterlambatan pengiriman beras dari daerah dalam beberapa minggu terakhir. Kalaupun beras tersedia, harganya mengalami kenaikan di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

Hal tersebut disampaikan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat memimpin agenda High Level Meeting (HLM) dan Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi bersama Forkopimda Jatim di Ballroom JW Marriott Hotel Surabaya, Senin (20/2).

Karena itu, Khofifah menekankan perlunya sinergitas antara Satgas Pangan dan Persatuan Penggilingan Padi (PERPADI) dalam upaya mitigasi tehadap berbagai harga bahan pokok di seluruh daerah.

“Koordinasi dengan PERPADI bertujuan untuk memonitoring stok padi masing-masing penggilingan guna mengukur kekuatan suplai beras,” katanya.

Mantan Menteri Sosial ini menambahkan, penggilingan memiliki stok selama 30 hari dalam keadaan normal. Namun tidak dengan kondisi di lapangan saat ini. Tercatat pada Januari atau awal tahun, stok penggilingan hanya kuat memasok beras selama 2-3 hari saja.

“Ketika mendengar informasi stok tersebut habis, Pemprov Jatim langsung melakukan koordinasi intensif dengan Bulog. Posisi Bulog saat ini bukan lagi buffer stock pangan nasional. Ia merinci, market share Bulog hanya berada di kisaran angka 5-7 persen dan kemudian mengalami perluasan sampai 10 persen. Kita harus paham betul bahwa kalau Bulog 10 persen, maka yang 90 persen adalah distributor,” terangnya.

Baca Juga :  Khofifah Imbau Masyarakat & Pemda Lakukan Mitigasi dan Aktifkan Satgas Bencana

Khofifah menyebut angka kebutuhan beras di Jatim dalam satu bulan sekitar 257 ribu ton. Sedangkan Bulog hanya menyuplai sekitar 10 persen dari angka tersebut. “Kita bisa menghitung kalau 10 persen market share-nya Bulog, di luar itu ada distributor. Nah, peta-peta seperti ini saya mohon kita detailkan bersama,” ujarnya.

Khofifah menekankan pentingnya ketersediaan beras Jatim. Ia mengaku dirinya sendiri heran dengan data yang menunjukkan surplus beras mencapai 3,1 juta ton, Namun, barangnya susah ditemukan di lapangan.

“Kami meminta kepala daerah maupun Satgas Pangan dan Forkopimda membangun komunikasi dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai salah satu langkah strategis guna memantau penyetoran hasil panen mereka.  Apakah hasil panen petani dijual di penggilingan atau bagaimana?,” ungkapnya.

Baca Juga :  Mendaftar Sejak 2013, Gubernur Khofifah Berangkat Haji Bareng Putrinya

Lebih lanjut Khofifah juga mendorong setiap daerah mempersiapkan stockist di area pasar-pasar rakyat untuk menampung beras. Stockist semacam ini sudah berdiri di Surabaya, Malang Raya dan Gresik. “Kalau ada kebutuhan maka tidak perlu lagi menggerakkan dari Kantor Bulog,” katanya.

Keberadaan stockist tersebut dinilai mampu menstabilkan harga jauh di bawah HET. Khofifah meminta bupati maupun wali kota memberikan intervensi secara proaktif lewat cara tersebut. Apalagi, jika mereka bisa mempersiapkan dukungan transport sebagaimana tiga wilayah di atas.

“Intervensi program stockist yang telah berjalan berlangsung hingga minggu ketiga Februari. Karena pada Februari minggu ketiga, petani padi sudah memasuki musim dengan prediksi hasil 60.000 ton beras. Kemudian pada minggu keempat, potensi panen sebesar 70.000 ton beras dan Maret 1.050.000 ton beras,” pungkasnya. (mus/jay)

SURABAYA – Sejumlah pedagang di pasar mengeluhkan keterlambatan pengiriman beras dari daerah dalam beberapa minggu terakhir. Kalaupun beras tersedia, harganya mengalami kenaikan di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

Hal tersebut disampaikan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat memimpin agenda High Level Meeting (HLM) dan Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi bersama Forkopimda Jatim di Ballroom JW Marriott Hotel Surabaya, Senin (20/2).

Karena itu, Khofifah menekankan perlunya sinergitas antara Satgas Pangan dan Persatuan Penggilingan Padi (PERPADI) dalam upaya mitigasi tehadap berbagai harga bahan pokok di seluruh daerah.

“Koordinasi dengan PERPADI bertujuan untuk memonitoring stok padi masing-masing penggilingan guna mengukur kekuatan suplai beras,” katanya.

Mantan Menteri Sosial ini menambahkan, penggilingan memiliki stok selama 30 hari dalam keadaan normal. Namun tidak dengan kondisi di lapangan saat ini. Tercatat pada Januari atau awal tahun, stok penggilingan hanya kuat memasok beras selama 2-3 hari saja.

“Ketika mendengar informasi stok tersebut habis, Pemprov Jatim langsung melakukan koordinasi intensif dengan Bulog. Posisi Bulog saat ini bukan lagi buffer stock pangan nasional. Ia merinci, market share Bulog hanya berada di kisaran angka 5-7 persen dan kemudian mengalami perluasan sampai 10 persen. Kita harus paham betul bahwa kalau Bulog 10 persen, maka yang 90 persen adalah distributor,” terangnya.

Baca Juga :  Tahura Raden Soerjo Jatim Raih Nilai Efektivitas Tertinggi se-Indonesia

Khofifah menyebut angka kebutuhan beras di Jatim dalam satu bulan sekitar 257 ribu ton. Sedangkan Bulog hanya menyuplai sekitar 10 persen dari angka tersebut. “Kita bisa menghitung kalau 10 persen market share-nya Bulog, di luar itu ada distributor. Nah, peta-peta seperti ini saya mohon kita detailkan bersama,” ujarnya.

Khofifah menekankan pentingnya ketersediaan beras Jatim. Ia mengaku dirinya sendiri heran dengan data yang menunjukkan surplus beras mencapai 3,1 juta ton, Namun, barangnya susah ditemukan di lapangan.

“Kami meminta kepala daerah maupun Satgas Pangan dan Forkopimda membangun komunikasi dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai salah satu langkah strategis guna memantau penyetoran hasil panen mereka.  Apakah hasil panen petani dijual di penggilingan atau bagaimana?,” ungkapnya.

Baca Juga :  Ngepel Masjid Al-Akbar, Ini Alasan Shireen Sungkar

Lebih lanjut Khofifah juga mendorong setiap daerah mempersiapkan stockist di area pasar-pasar rakyat untuk menampung beras. Stockist semacam ini sudah berdiri di Surabaya, Malang Raya dan Gresik. “Kalau ada kebutuhan maka tidak perlu lagi menggerakkan dari Kantor Bulog,” katanya.

Keberadaan stockist tersebut dinilai mampu menstabilkan harga jauh di bawah HET. Khofifah meminta bupati maupun wali kota memberikan intervensi secara proaktif lewat cara tersebut. Apalagi, jika mereka bisa mempersiapkan dukungan transport sebagaimana tiga wilayah di atas.

“Intervensi program stockist yang telah berjalan berlangsung hingga minggu ketiga Februari. Karena pada Februari minggu ketiga, petani padi sudah memasuki musim dengan prediksi hasil 60.000 ton beras. Kemudian pada minggu keempat, potensi panen sebesar 70.000 ton beras dan Maret 1.050.000 ton beras,” pungkasnya. (mus/jay)

Most Read

Berita Terbaru