25 C
Surabaya
Sunday, June 11, 2023

Risma Bersujud Minta Warganya Bisa Dirawat di RSUD dr Soetomo

SURABAYA – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tiba-tiba bersujud di kaki Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging (Pinere) RSUD dr Soetomo dr Sudarsono saat audiensi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya di Balai Kota Surabaya, Senin (29/6). Sambil menangis dan meminta maaf, Risma minta agar warganya bisa dirawat di RSUD dr Soetomo. 

Sudarsono sempat mengeluhkan RSUD dr Soetomo overload pasien Covid-19 karena masyarakat tak patuh dengan protokol kesehatan. Merespons keluhan itu, Risma tiba-tiba berdiri dari kursinya. Sekitar pukul 09.48 Risma langsung sujud di depan para dokter yang tergabung dalam IDI Surabaya dan Persi. Tangis Risma pun pecah.

Mengetahui Risma tiba-tiba sujud, ajudan dan beberapa pejabat Pemkot Surabaya segera menghampiri wali kota perempuan pertama di Surabaya itu. Dr Sudarsono pun menghampiri dan membantu Risma bangun dari sujudnya.

Para undangan yang datang pun turut mendatangi Risma dan meyakinkan agar menyudahi sujudnya. Namun, hal itu tak dihiraukan. Dengan posisi sujud, Risma meminta maaf. ”Saya minta maaf, Pak,” kata Risma.

Selama kurang lebih satu menit Risma bersujud di kaki Sudarsono, Risma kembali kembali duduk di kursinya. Risma mengatakan bahwa pemkot tidak bisa berkomunikasi dengan RSUD dr Soetomo. “Kami nggak bisa masuk RSUD Soetomo,” ungkap Risma.

Baca Juga :  Pilih Duta, Rancang Kegiatan Sosial Inovatif

Sekitar pukul 10.01 WIB, Risma kembali sujud di hadapan dr Sudarsono. Tentu saja hal itu mengagetkan para tamu undangan. Sebelum sujud kedua, Risma mengaku dirinya tidak rela warganya meninggal karena Covid-19.  “Apa saya rela warga saya mati? Kita masih ngurus jam 03.00 pagi orang meninggal yang warga bukan Surabaya, kami masih urus. Saya memang goblok, saya gak pantas jadi wali kota,” katanya.

Risma mengaku sudah berusaha membangun komunikasi dengan RSUD dr Soetomo selama ini. Dia berharap warganya yang terinfeksi corona dirawat di rumah sakit milik Pemprov Jatim tersebut.

Risma kerap mendapat keluhan bahwa rumah sakit pemprov itu overload pasien Covid-19. Karena itu, dia menawarkan ruang isolasi yang masih kosong di RS Husada Utama untuk pasien Covid-19. Ruang isolasi yang masih kosong itu diperkirakan lebih dari 100 bed. Bahkan dia mengaku pernah memberi bantuan berupa alat pelindung diri (APD), tapi sempat ditolak RSUD dr Soetomo.

Sementara itu, Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya dr Febria Rachmanita mengatakan, tren kesembuhan pasien Covid-19 di Surabaya terus meningkat. Kerja keras Pemkot Surabaya semakin terlihat hasilnya.

Baca Juga :  Stabilisasi Harga Daging Ayam, Pemkot Gelar Operasi Pasar

Hingga Minggu (28/6) angka kesembuhan pasien secara kumulatif sudah mencapai 2.238 orang. Angka tersebut akan terus bergerak setiap harinya. Mengingat jumlah pasien yang dinyatakan sembuh terus bertambah. Baik pasien yang dirawat di Asrama Haji, rawat jalan isolasi mandiri di rumah, maupun yang rawat inap rumah sakit.

“Setiap hari selalu ada pasien yang sembuh. Intinya, semua pasien yang hasil swabnya negatif artinya mereka sudah nonpositif Covid-19,” katanya.

Febria menyebut, Minggu (28/6), angka pasien yang sembuh dalam satu hari itu berjumlah 120 orang. Mereka terdiri dari  lima orang pasien rawat jalan isolasi mandiri, rawat inap rumah sakit 24 orang. “Yang paling banyak di Asrama Haji  91 orang yang sembuh,” lanjut Feny, sapaan akrab Febria Rachmanita.

Selain itu, ia meminta masyarakat, terutama pasien yang dinyatakan sembuh, untuk tidak mengabaikan protokol kesehatan. Menurut dia, saat ini yang menjadi garda terdepan pemutusan penyebaran pandemi Covid-19 adalah masyarakat itu sendiri. (rmt/rek)

SURABAYA – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tiba-tiba bersujud di kaki Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging (Pinere) RSUD dr Soetomo dr Sudarsono saat audiensi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya di Balai Kota Surabaya, Senin (29/6). Sambil menangis dan meminta maaf, Risma minta agar warganya bisa dirawat di RSUD dr Soetomo. 

Sudarsono sempat mengeluhkan RSUD dr Soetomo overload pasien Covid-19 karena masyarakat tak patuh dengan protokol kesehatan. Merespons keluhan itu, Risma tiba-tiba berdiri dari kursinya. Sekitar pukul 09.48 Risma langsung sujud di depan para dokter yang tergabung dalam IDI Surabaya dan Persi. Tangis Risma pun pecah.

Mengetahui Risma tiba-tiba sujud, ajudan dan beberapa pejabat Pemkot Surabaya segera menghampiri wali kota perempuan pertama di Surabaya itu. Dr Sudarsono pun menghampiri dan membantu Risma bangun dari sujudnya.

Para undangan yang datang pun turut mendatangi Risma dan meyakinkan agar menyudahi sujudnya. Namun, hal itu tak dihiraukan. Dengan posisi sujud, Risma meminta maaf. ”Saya minta maaf, Pak,” kata Risma.

Selama kurang lebih satu menit Risma bersujud di kaki Sudarsono, Risma kembali kembali duduk di kursinya. Risma mengatakan bahwa pemkot tidak bisa berkomunikasi dengan RSUD dr Soetomo. “Kami nggak bisa masuk RSUD Soetomo,” ungkap Risma.

Baca Juga :  Pilih Duta, Rancang Kegiatan Sosial Inovatif

Sekitar pukul 10.01 WIB, Risma kembali sujud di hadapan dr Sudarsono. Tentu saja hal itu mengagetkan para tamu undangan. Sebelum sujud kedua, Risma mengaku dirinya tidak rela warganya meninggal karena Covid-19.  “Apa saya rela warga saya mati? Kita masih ngurus jam 03.00 pagi orang meninggal yang warga bukan Surabaya, kami masih urus. Saya memang goblok, saya gak pantas jadi wali kota,” katanya.

Risma mengaku sudah berusaha membangun komunikasi dengan RSUD dr Soetomo selama ini. Dia berharap warganya yang terinfeksi corona dirawat di rumah sakit milik Pemprov Jatim tersebut.

Risma kerap mendapat keluhan bahwa rumah sakit pemprov itu overload pasien Covid-19. Karena itu, dia menawarkan ruang isolasi yang masih kosong di RS Husada Utama untuk pasien Covid-19. Ruang isolasi yang masih kosong itu diperkirakan lebih dari 100 bed. Bahkan dia mengaku pernah memberi bantuan berupa alat pelindung diri (APD), tapi sempat ditolak RSUD dr Soetomo.

Sementara itu, Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya dr Febria Rachmanita mengatakan, tren kesembuhan pasien Covid-19 di Surabaya terus meningkat. Kerja keras Pemkot Surabaya semakin terlihat hasilnya.

Baca Juga :  Aliansi Pengajar HAM Tolak Komersialisasi Vaksin Covid-19

Hingga Minggu (28/6) angka kesembuhan pasien secara kumulatif sudah mencapai 2.238 orang. Angka tersebut akan terus bergerak setiap harinya. Mengingat jumlah pasien yang dinyatakan sembuh terus bertambah. Baik pasien yang dirawat di Asrama Haji, rawat jalan isolasi mandiri di rumah, maupun yang rawat inap rumah sakit.

“Setiap hari selalu ada pasien yang sembuh. Intinya, semua pasien yang hasil swabnya negatif artinya mereka sudah nonpositif Covid-19,” katanya.

Febria menyebut, Minggu (28/6), angka pasien yang sembuh dalam satu hari itu berjumlah 120 orang. Mereka terdiri dari  lima orang pasien rawat jalan isolasi mandiri, rawat inap rumah sakit 24 orang. “Yang paling banyak di Asrama Haji  91 orang yang sembuh,” lanjut Feny, sapaan akrab Febria Rachmanita.

Selain itu, ia meminta masyarakat, terutama pasien yang dinyatakan sembuh, untuk tidak mengabaikan protokol kesehatan. Menurut dia, saat ini yang menjadi garda terdepan pemutusan penyebaran pandemi Covid-19 adalah masyarakat itu sendiri. (rmt/rek)

Most Read

Berita Terbaru