SURABAYA – Akibat pandemic Covid 19 membuat ekspor produk sepatu asal Indonesia mengalami kenaikan signifikan. Hal ini menyusul adanya lockdown di China akibat pandemic sehingga banyak importir di luar negeri yang mengalihkan ordernya ke Indonesia.
Menurut Eddy Widjanarko, Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), sejak adanya Covid 19, order produk sepatu dari luar negeri ke Indonesia mengalir deras. Terbukti, tahun 2020 ekspor ke sejumlah negara naik 8,97 persen. Sementara tahun 2021 naik 28,3 persen.
“Sementara tahun 2022 sampai September ada kenaikan signifikan, 35,57 persen,” ujar Eddy Widjanarko, Kamis (24/11).
Menurut Eddy, Indonesia juga dianggap sukses dalam mengendalikan Covid 19 sehingga buyer asing semakin percaya. Namun begitu, kalangan industry sepati di Indonesia tetap harus waspada karena dunia dalam bayang-bayang krisis.
Indikasi ini sudah terlihat dengan adanya pengurangan order hingga 50 persen ke beberpa negara produsen dari beberapa brand besar. Mereka akan mengurangi ordernya dan akan berlaku 5-6 bulan kedepan. Karena daya beli masyarakat mulai menurun akibat krisis global.
Dari order tersebut, Indonesia selama ini bisa menyerap sekitar 80 persen jika dibandingkan dengan sebelum pandemi. Mereka akan menghabiskan stok dulu sebelum menambah lagi ordernya hingga 30 persen.
”Ekspor pasti akan turun. Tapi pasar domestik akan kembali bagus karena sekolah sudah normal Kembali dan pandemic mnasih terkendali. Toko-toko juga sudah banyak yang buka,” tambah Eddy yang juga Ketua Apindo Jatim ini.
Terkait Confederation of International Footwear Association (CIFA), Eddy yang baru saja terpilih sebagai Ketua CIFA dalam IFA (International Footwear Conference) ke 39 di Hongkong pertengahan November 2022, mengatakan, konfederasi asosiasi sepatu internasional tersebut dibentuk tahun1976 oleh asosiasi sepati dari Jepang, Korea, Taiwan dan Hongkong.
Tahun ini CIFA ada tambahan negara anggota lagi yakni Pakistan. Sedangkan Turki diperkirakan akan gabung menjadi anggota tahun depan. Dengan demikian ada 17 negara yang akan menjadi anggota CIFA yang menguasai 85 persen market share sepatu di dunia.
Pertemuan ke-39 di Hongkong ini merupakan pertemuan pertama setelah sempat vakum selama dua tahun akibat pandemi. Dalam pertemuan tersebut dibahas bagaimana pengembangan industri alas kaki di masa post pandemi serta kebijakan pemerintah di berbagai negara.
Menurut Eddy, sebagai Ketua CIFA 2023, ada tiga kewajiban yang harus dilakukan. Yaitu pertama, menghadiri semua kegiatan-kegiatan mulai dari pameran sepatu maupun pertemuan bisnis dan menerima kunjungan dari negara-negara anggota. Kedua, harus menghadiri beberapa pertemuan tahunan industri alas kaki di China, Vietnam dan Italia.
“Dan ketiga mengadakan lomba desain sepatu yang akan diselenggarakan di Ho Chi Minh, Vietnam,” tandas Eddy Widjanarko. (fix)