SURABAYA – Harga telur terus melambung hingga saat ini mencapai Rp 33.000 per kilogramnya. Dinas Peternakan Jawa Timur mencatat naiknya harga komoditas ini tidak hanya disebabkan oleh meningkatnya permintaan, namun juga naiknya harga pakan ternak.
“Secara ketersediaan, komoditas telur ini cukup. Hanya saja memang ada tren psikologi pasar. Saat covid kan tidak ada hajatan, halal bihalal, nah tahun ini kan mulai ada lagi. Kemudian di Jakarta ada permintaan cukup tinggi juga untuk kegiatan pencegahan stunting yang mengambil protein dari telur,” ujar Kepala Dinas Peternakan Jatim Indyah Aryani, Rabu (24/5).
Indy menambahkan, penyebab naiknya harga telur ini juga karena meningkatnya harga pakan ternak. Menurutnya, 65 persen bahan untuk pakan ternak ini harus impor, yakni meat and bone meal yang harganya cukup tinggi. “Mahalnya meat and bone meal ini juga disebabkan oleh pengaruh antara perang Ukraina dan Rusia yang membuat ketersediaan ini berkurang,” katanya.
Lebih lanjut Indy mengatakan, pemerintah pusat memberikan bantuan jagung kepada peternak ayam yang memiliki 11.500 ternak ke bawah. Menurutnya, subsidi jagung tersebut didistribusikan melalui Bulog.
“Kalau dari Pemprov Jatim, kami untuk melakukan pendampingan untuk membuat pakan ternak dari komposisi bahan lokal. Dan proses ini sudah berjalan di kantong-kantong peternak ayam petelur di Jatim, seperti Blitar misalnya,” jelasnya.
Indy menambahkan, Dinas Peternakan Jatim mencatat ketersediaan telur ayam berdasarkan perhitungan prognosa provinsi mengalami surplus. Menurut Peraturan Badan pangan Nasional Nomor 5 Tahun 2022 bahwa Harga Acuan Pembelian pada tingkat peternak batas bawah Rp 22.000 dan batas atas Rp 24.000 per kg sehingga harga pada bulan April-Mei 2023 di atas harga batas atas Harga Acuan Penjualan (HAP).
“Begitu juga dengan harga pada konsumen bulan April-Mei sebesar Rp 27.042 per kg berada di atas harga acuan penjualan di konsumen yakni sebesar Rp 27.000 per kg,” katanya.
Berdasarkan Sistem Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo), harga rata-rata komoditas telur Jatim per Rabu (24/5) adalah Rp 30.603. Harga rata-rata tertinggi di Kabupaten Bangkalan Rp 33.000. Dan harga rata-rata terendah di Kabupaten Bondowoso Rp 28.500.
Sementara di Pasar Surabaya seperti Pasar Genteng, Pasar Pucanganom, Pasar Tambahrejo dan Pasar Wonokromo harga telur mencapai Rp 31.000 per kg. Sedangkan di Pasar Keputran Rp 32.000 per kg dan Pasar Soponyono Rp 30.000 per kg.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar Jatim Rofiyasifun memprediksi harga telur akan turun maksimal pada angka Rp 27.000 jika pakan ternak kembali turun. Harga pakan sebelum Maret berada di kisaran Rp 5.200 per kg. Saat ini, peternak harus mengeluarkan Rp 7.200 per kg untuk pakan ayam petelur. Kenaikan itu membuat peternak tidak bisa lagi menurunkan harga, meski permintaan di pasaran sudah turun.
“Bahan pakan, utamanya yang diimpor dari berbagai negara sudah mengalami kenaikan sejak awal tahun ini. Sementara bahan baku lokal yang disubsidi pemerintah belum mampu mencukupi permintaan. Masalahnya 50 persen bahan baku pakan saat ini impor,” ungkapnya. (mus/nur)