26 C
Surabaya
Sunday, June 11, 2023

Dua Tahun Dihantam Pandemi, Tahun 2022 Momentum Kebangkitan Ekonomi

JAKARTA – Perekonomian Indonesia tidak lama lagi akan bangkit setelah dua tahun dihajar pandemi Covid-19. Tahun 2022 berpotensi menjadi momentum kebangkitan ekonomi Indonesia.

Pemerintah memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi pada 2022 bisa berada di kisaran 5 persen-5,5 persen. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 2021.

Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi 2022 akan sekitar 4,7 persen-5,5 persen. BI optimistis bahwa pemulihan akan terjadi pada tahun depan, dari 3,2 persen-4 persen pada 2021.

Kementerian Keuangan mencatatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada 2022 akan tumbuh di angka 5,2 persen. Capaian tersebut diramal banyak ditopang dari kinerja sektor industri dan perdagangan.

Dua sektor tersebut digadang-gadang menjadi penyumbang utama perekonomian nasional. Hal ini seiring dengan terkendalinya kasus Covid-19 di Tanah Air. Belum lagi efek domino yang dihasilkan dari kinerja kedua sektor tersebut.

“Sektor industri dan perdagangan akan meningkat dan menjadi penyumbang utama pertumbuhan tahun 2022,” kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total pertumbuhan industri pengolahan sampai kuartal III-2021 sebesar 3,68 persen. Angka ini lebih rendah dari capaian pada kuartal II-2021 yang tumbuh hingga 6,91 persen. Namun tidak lebih baik dari kuartal I pada tahun yang sama sebesar -1,38 persen.

Baca Juga :  Indonesia Pasti Bisa Hadapi Perjalanan Panjang Pandemi COVID-19

Masih dari sumber yang sama, kinerja industri non migas pada sepanjang tahun 2021 yakni 0,71 persen pada kuartal I-2021, 6,91 persen pada kuartal II dan 4,2 persen pada kuartal III. PMI Manufaktur Indonesia sampai November telah mencapai 53,9 atau berada di zona ekspansif.

Kinerja sektor perdagangan selama tahun 2021 juga mengalami pola yang tidak jauh berbeda dengan sektor industri. Secara berturut-turut, kinerja sektor perdagangan di kuartal I tumbuh -1,23 persen, kuartal II tumbuh 9,45 persen dan pada kuartal III mengalami penurunan dengan tumbuh 5,16 persen.

Meski dua sektor tersebut pada kuartal III mengalami penurunan, namun kinerja sektor industri dan sektor perdagangan diperkirakan terus meningkat.Hal ini seiring dengan melandainya kasus Covid-19 jelang tahun 2022 dan kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat yang diperlonggar. “Pertumbuhan tahun 2022 seiring melandainya Covid-19 sehingga mobilitas akan meningkat,” kata Iskandar.

Sektor lainnya yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yakni telekomunikasi dan teknologi serta sektor kesehatan. Dua sektor ini terus mencatatkan kinerja postifi sejak pandemi Covid-19 berlangsung. Mengingat keduanya menjadi sektor yang penting dalam penanganan dan adaptasi dengan keadaan.

Kemudian disusul dengan peningkatan di sektor pertanian yang didukung program food estate dan iklim yang baik. “Disusul sektor pertanian seiring dibukanya food estate dan iklim yang baik,” kata Iskandar.

Baca Juga :  Pandemi, Bisnis Gadget dan Asesoris Tetap Tumbuh

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira sepakat sektor telekomunikasi dan teknologi masih akan menyokong pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2022. Terlebih kebutuhan internet dn digitalisasi terus bertambah karena berbagai pembatasan sosial masih berlangsung.

Selain itu, Bhima menilai sektor pendongkrak lainnya yakni pertambangan dan perkebunan. Harus diakui, krisis akibat pandemi ini membuat harga-harga komoditas terus mengalami peningkatan seiring dengan tingginya permintaan dari global.

“Sektor pertambangan dan perkebunan karena ada booming kenaikan harga komoditas,” kata Bhima saat dihubungi secara terpisah.

Sektor industri makanan dan minuman juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi karena sangat sensitif dengan peningkatan sektor konsumsi rumah tangga. Hanya saja, sektor properti, khususnya untuk hunian apartemen di pusat kota belum akan membaik.

Dia memperkirakan sistem kerja dari jarak jauh atau dari rumah masih akan berlangsung di tahun depan. Sehingga bisnis di sektor ini masih belum banyak berkontribusi pada perekonomian nasional. “Sehingga hunian di sekitar perkantoran masih akan sepi,” kata Bhima.

Terkendalinya Covid-19 di Indonesia memang membuat pemerintah optimistis mencatatatkan kinerja perekonomian yang positif di 2022. Namun hal itu tidak bermakna pemulihan ekonomi tidak memiliki tantangan dari luar atau kondisi perekonomian dunia. (antara/rak)

JAKARTA – Perekonomian Indonesia tidak lama lagi akan bangkit setelah dua tahun dihajar pandemi Covid-19. Tahun 2022 berpotensi menjadi momentum kebangkitan ekonomi Indonesia.

Pemerintah memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi pada 2022 bisa berada di kisaran 5 persen-5,5 persen. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 2021.

Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi 2022 akan sekitar 4,7 persen-5,5 persen. BI optimistis bahwa pemulihan akan terjadi pada tahun depan, dari 3,2 persen-4 persen pada 2021.

Kementerian Keuangan mencatatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada 2022 akan tumbuh di angka 5,2 persen. Capaian tersebut diramal banyak ditopang dari kinerja sektor industri dan perdagangan.

Dua sektor tersebut digadang-gadang menjadi penyumbang utama perekonomian nasional. Hal ini seiring dengan terkendalinya kasus Covid-19 di Tanah Air. Belum lagi efek domino yang dihasilkan dari kinerja kedua sektor tersebut.

“Sektor industri dan perdagangan akan meningkat dan menjadi penyumbang utama pertumbuhan tahun 2022,” kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total pertumbuhan industri pengolahan sampai kuartal III-2021 sebesar 3,68 persen. Angka ini lebih rendah dari capaian pada kuartal II-2021 yang tumbuh hingga 6,91 persen. Namun tidak lebih baik dari kuartal I pada tahun yang sama sebesar -1,38 persen.

Baca Juga :  PLN UP2D Jatim Amankan Pasokan Listrik Saat Kunjungan Kerja Wapres di Jatim

Masih dari sumber yang sama, kinerja industri non migas pada sepanjang tahun 2021 yakni 0,71 persen pada kuartal I-2021, 6,91 persen pada kuartal II dan 4,2 persen pada kuartal III. PMI Manufaktur Indonesia sampai November telah mencapai 53,9 atau berada di zona ekspansif.

Kinerja sektor perdagangan selama tahun 2021 juga mengalami pola yang tidak jauh berbeda dengan sektor industri. Secara berturut-turut, kinerja sektor perdagangan di kuartal I tumbuh -1,23 persen, kuartal II tumbuh 9,45 persen dan pada kuartal III mengalami penurunan dengan tumbuh 5,16 persen.

Meski dua sektor tersebut pada kuartal III mengalami penurunan, namun kinerja sektor industri dan sektor perdagangan diperkirakan terus meningkat.Hal ini seiring dengan melandainya kasus Covid-19 jelang tahun 2022 dan kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat yang diperlonggar. “Pertumbuhan tahun 2022 seiring melandainya Covid-19 sehingga mobilitas akan meningkat,” kata Iskandar.

Sektor lainnya yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yakni telekomunikasi dan teknologi serta sektor kesehatan. Dua sektor ini terus mencatatkan kinerja postifi sejak pandemi Covid-19 berlangsung. Mengingat keduanya menjadi sektor yang penting dalam penanganan dan adaptasi dengan keadaan.

Kemudian disusul dengan peningkatan di sektor pertanian yang didukung program food estate dan iklim yang baik. “Disusul sektor pertanian seiring dibukanya food estate dan iklim yang baik,” kata Iskandar.

Baca Juga :  Indonesia Pasti Bisa Hadapi Perjalanan Panjang Pandemi COVID-19

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira sepakat sektor telekomunikasi dan teknologi masih akan menyokong pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2022. Terlebih kebutuhan internet dn digitalisasi terus bertambah karena berbagai pembatasan sosial masih berlangsung.

Selain itu, Bhima menilai sektor pendongkrak lainnya yakni pertambangan dan perkebunan. Harus diakui, krisis akibat pandemi ini membuat harga-harga komoditas terus mengalami peningkatan seiring dengan tingginya permintaan dari global.

“Sektor pertambangan dan perkebunan karena ada booming kenaikan harga komoditas,” kata Bhima saat dihubungi secara terpisah.

Sektor industri makanan dan minuman juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi karena sangat sensitif dengan peningkatan sektor konsumsi rumah tangga. Hanya saja, sektor properti, khususnya untuk hunian apartemen di pusat kota belum akan membaik.

Dia memperkirakan sistem kerja dari jarak jauh atau dari rumah masih akan berlangsung di tahun depan. Sehingga bisnis di sektor ini masih belum banyak berkontribusi pada perekonomian nasional. “Sehingga hunian di sekitar perkantoran masih akan sepi,” kata Bhima.

Terkendalinya Covid-19 di Indonesia memang membuat pemerintah optimistis mencatatatkan kinerja perekonomian yang positif di 2022. Namun hal itu tidak bermakna pemulihan ekonomi tidak memiliki tantangan dari luar atau kondisi perekonomian dunia. (antara/rak)

Most Read

Berita Terbaru