28 C
Surabaya
Friday, June 9, 2023

2021, Kinerja Industri Perhotelan Semakin Berat

JAKARTA – Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, perkembangan industri perhotelan dan restoran di tahun 2021 semakin berat dibanding tahun 2020.

“Bagaimana situasi 2021 apakah lebih baik dari 2020? Justru lebih berat karena posisinya sudah lebih dari 1,5 tahun (pandemi). Kita lihat di kuartal pertama 2021 pun terjadi penurunan cukup drastis karena memang masuk ke low season,” kata Maulana dalam Dialog Produktif Optimisme Pariwisata di Tengah Pandemi, Rabu (23/6).

Dia menjelaskan, Indonesia mempunyai tiga momentum (season) besar dalam kegiatan wisata nusantara, yakni momentum lebaran, Natal dan tahun baru, serta libur sekolah. Namun, adanya pandemi Covid-19, ketiga momentum tersebut terganggu. Misalnya untuk lebaran saja terjadi pelarangan mudik, sehingga yang tadinya kuartal II-2021 diharapkan sektor perhotelan dan restoran akan bangkit malah turun drastis lagi. Tapi kembali pulih setelah larangan mudik dicabut.

Baca Juga :  16 Daerah di Jatim Masih Zona Merah

“Cuma tiga, tapi momentum terbesar adalah lebaran. Nah 2021 itu yang diharapkan tadi kuartal dua, namun karena ada larangan mudik kuartal duanya turun drastis baru meningkat lagi setelah pelarangan mudik ini hilang,” ujarnya.

Dia menambahkan, pada Desember 2020 dunia usaha perhotelan mengalami pertumbuhan sekitar 40 – 50 persen. Namun, pertumbuhan tersebut belum menutup biaya operasional. “Kita juga perhatikan terakhir di Kuartal IV-2020, khususnya di bulan Desember itu sampai 40 – 50 persen. Namun masih diingat juga bahwa kita hotel itu tidak hanya bicara okupansi di sini, cuman itu kan okupansi bicara 50 persen tapi nilai jual harga per malamnya itu justru drop 40 persen. Jadi 50 persen belum bisa menutup cost-nya mereka tiap bulan,” jelasnya. (lip/nur)

Baca Juga :  Rampung Direvitalisasi, Bandara Halim Perdanakusuma Siap Beroperasi 1 September

 

JAKARTA – Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, perkembangan industri perhotelan dan restoran di tahun 2021 semakin berat dibanding tahun 2020.

“Bagaimana situasi 2021 apakah lebih baik dari 2020? Justru lebih berat karena posisinya sudah lebih dari 1,5 tahun (pandemi). Kita lihat di kuartal pertama 2021 pun terjadi penurunan cukup drastis karena memang masuk ke low season,” kata Maulana dalam Dialog Produktif Optimisme Pariwisata di Tengah Pandemi, Rabu (23/6).

Dia menjelaskan, Indonesia mempunyai tiga momentum (season) besar dalam kegiatan wisata nusantara, yakni momentum lebaran, Natal dan tahun baru, serta libur sekolah. Namun, adanya pandemi Covid-19, ketiga momentum tersebut terganggu. Misalnya untuk lebaran saja terjadi pelarangan mudik, sehingga yang tadinya kuartal II-2021 diharapkan sektor perhotelan dan restoran akan bangkit malah turun drastis lagi. Tapi kembali pulih setelah larangan mudik dicabut.

Baca Juga :  Lewat Program Loves School, LG Berkomitmen Kembangkan Pendidikan di Indonesia

“Cuma tiga, tapi momentum terbesar adalah lebaran. Nah 2021 itu yang diharapkan tadi kuartal dua, namun karena ada larangan mudik kuartal duanya turun drastis baru meningkat lagi setelah pelarangan mudik ini hilang,” ujarnya.

Dia menambahkan, pada Desember 2020 dunia usaha perhotelan mengalami pertumbuhan sekitar 40 – 50 persen. Namun, pertumbuhan tersebut belum menutup biaya operasional. “Kita juga perhatikan terakhir di Kuartal IV-2020, khususnya di bulan Desember itu sampai 40 – 50 persen. Namun masih diingat juga bahwa kita hotel itu tidak hanya bicara okupansi di sini, cuman itu kan okupansi bicara 50 persen tapi nilai jual harga per malamnya itu justru drop 40 persen. Jadi 50 persen belum bisa menutup cost-nya mereka tiap bulan,” jelasnya. (lip/nur)

Baca Juga :  Komunikasi Publik Semakin Baik, PPID BRI Raih Penghargaan Informatif Terbaik

 

Most Read

Berita Terbaru