SURABAYA-Meskipun pandemi Covid-19 sudah berlangsung selama hampir empat bulan, kinerja ekonomi di Jatim masih relatif stabil. Perdagangan antarprovinsi pun cenderung normal.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Timur Aris Mukiyono mengatakan, total realisasi investasi Jatim dari penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada triwulan pertama 2020 mencapai Rp 31,35 triliun. Ada peningkatan 149,27 persen (year on year) dibandingkan triwulan pertama 2019 yang hanya Rp 12,58 triliun.
“Selain itu meningkat sebesar 168,76 persen (quarter to quarter) dibandingkan triwulan keempat 2019 yang sebesar Rp 11,66 triliun,” ujar Aris Mukiyono.
Menurut dia, investasi terbesar diperoleh dari industri pengolahan. Seperti industri kimia dan farmasi, sektor makanan dan minuman dan telekomunikasi. ”Kita berharap pada triwulan selanjutnya bisa konsisten positif,” katanya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan beberapa waktu lalu telah melakukan groundbreaking Bandara Kediri dengan nilai investasi Rp 12 triliun. Pembangunan bandara itu ditargetkan selesai tahun 2022. “Jika bandara di Kediri selesai, diprediksi PMDN akan tinggi,” tuturnya.
Ia berharap pertumbuhan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga bergerak meskipun pendemi Covid-19 masih berkecamuk di tanah air. Pemprov Jatim juga akan mendukung UMKM untuk tumbuh berkembang menjadi investasi nonfasilitas. ”Pemkab dan pemkot harus berstrategi meningkatkan promosi investasi,” katanya.
Aris juga berharap Pemprov Jatim mendukung percepatan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) menjadi kawasan ekonomi khusus teknologi dan manufaktur. Sehingga akan memicu pembangunan di Jatim.
Sementara itu, meski pandemi Covid-19 dan menurunnya kinerja perekonomian secara global, neraca perdagangan luar negeri Jatim periode Januari-Mei 2020 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019. Nilai defisit yang mengecil dari USD 1,43 miliar menjadi USD 0,11 miliar terdiri dari neraca perdagangan migas defisit USD 1,32 miliar dan neraca perdagangan nonmigas surplus USD 1,21 miliar.
“Membaiknya neraca perdagangan luar negeri Jatim periode Januari-Mei 2020 ini ditopang oleh ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1.828,57 persen, dari defisit USD 0,07 miliar menjadi surplus USD 1,21 miliar,” ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Menurut dia, perhiasan dan permata menjadi penyelamat ekspor nonmigas Jatim pada masa pandemi ini. Kondisi prekonomian global yang tidak pasti mendorong masyarakat untuk memilih perhiasan dan permata sebagai sarana investasi yang aman dan memadai.
“Komoditas perhiasan dan permata memberikan kontribusi terbesar, yaitu 24,23 persen terhadap ekspor nonmigas Jatim dan mencatatkan kenaikan terbesar, yaitu 60,48 persen dibandingkan dengan Januari-Mei 2019,” katanya.
Meski demikian, Khofifah mengakui bahwa pandemi Covid-19 tetap berimbas terhadap neraca perdagangan luar negeri Jatim. Penurunan aktivitas produksi industri karena adanya pemberlakuan pembatasan aktivitas masyarakat maupun perusahaan menyebabkan terjadinya penurunan impor bahan baku. Penurunan yang sangat signifikan terjadi pada komoditas besi dan baja yang turun 29,28 persen.
Saat ini pemerintah mulai melakukan pemulihan aktivitas perdagangan dan industri yang diharapkan mampu kembali menggerakkan kinerja perekonomian. Pemprov Jatim akan memperkuat kapasitas sektor yang berkontribusi signifikan terhadap kinerja perdagangan, di antaranya perhiasan dan permata. “Pemprov Jatim akan terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk mengatasi hambatan perdagangan baik itu bea masuk maupun regulasi impor di beberapa negara,” tegasnya.
Khofifah optimistis neraca perdagangan akan segera membaik, stimulus kepada pelaku usaha baik di sektor industri maupun perdagangan diberikan melalui pendampingan, bantuan permodalan, pelatihan dan sosialisasi. Pandemi Covid-19 nyatanya telah menggeser pola konsumsi masyarakat global. Komoditas pangan dan produk kesehatan menjadi komoditas yang diprediksi akan mengalami peningkatan ekspor ke depannya.
Industri makanan dan minuman merupakan salah satu komoditas unggulan di Jatim dengan kontribusi sebesar 34,96 persen terhadap sektor industri pengolahan, sedangkan industri kimia, farmasi dan obat tradisional berkontribusi sebesar 6,47 persen. (mus/rek)