SURABAYA – Memasuki awal tahun 2018, Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur memproyeksikan kegiatan ekspor non migas di Jatim akan tumbuh di angka 10-15 persen atau mencapai USD 20 miliar.
“Di tahun 2017, realisasi ekspor non migas memang kurang menggairahkan karena hanya tumbuh sekitar 5 persen atau setara dengan USD 18,4 miliar, sedangkan realisasi impor non migas mencapai angka USD 17,6 miliar,” ungkap Ketua GPEI Jawa Timur Isdarmawan Asrikan kepada Radar Surabaya, Jumat (12/1).
Isdarmawan menambahkan, dengan pencapaian tersebut ekspor non migas Jawa Timur meraup surplus sebesar USD 800 juta.
“Dari kegiatan ekspor non migas itu, sektor industri memegang peranan penting dengan kontribusi sebesar 90 persen, sedangkan 10 persen sisanya disumbang oleh sektor lain seperti pertanian dan pertambangan,” imbuhnya.
Jika dilihat berdasarkan komoditas ekspor, lanjutnya, kelompok perhiasan atau permata serta emas masih menjadi komoditi utama dengan nilai sebesar USD 3 miliar, diikuti minyak kelapa sawit yang mencapai USD 1,2 miliar dan kelompok lain seperti furnitur, tembaga, ikan serta udang.
“Untuk perhiasan sendiri, paling banyak diekspor ke Swiss. Tapi, belakangan ini jumlahnya turun karena kondisi perekonomian disana belum membaik,” ujar Isdarmawan.
Selain negara-negara ASEAN dan Uni Eropa, ia menyeburkan terdapat beberapa negara utama yang menjadi tujuan ekspor non migas Jawa Timur dengan nilai transaksi yang cukup besar.
“Tiga negara utama tujuan ekspor non migas Jatim yakni Jepang, Amerika Serikat dan China,” terangnya.
Terlepas dari pencapaian di tahun 2017, Isdarmawan berharap di tahun 2018 produktivitas akan semakin meningkat khususnya pada sektor pertanian dan perkebunan.
“Saat ini, kendalanya adalah soal produktivitas khususnya pada komoditas kopi, karet dan kakao. Untuk itu pengolahan di hulu harus dilakukan secara intensif,” katanya.
Ada beberapa daerah penghasil komoditas kopi, karet dan kakao yang disebut cukup potensial di Jawa Timur. Daerah-daerah itu diantaranya Malang, Blitar, Jember dan Banyuwangi.
Isdarmawan juga mengaku optimistis dengan kegiatan ekspor non migas di tahun ini. Dikatakan olehnya, hal tersebut selaras dengan peran pemerintah dalam peningkatan infrastruktur.
“Saya melihat infrastruktur sudah semakin baik, itu terbukti dengan banyaknya jalan tol baru dan perbaikan kondisi jalan. Ini tentu sangat membantu kelancaran arus distribusi barang serta dapat mengurangi biaya logistik,” tutupnya. (mif/hen)