SURABAYA – Pandemi sudah melandai, namun masih banyak tantangan yang dihadapi. Salah satunya sektor properti yang diproyeksi tetap tumbuh pada tahun ini, kendati ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan.
Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jatim Susilo Efendi menjelaskan, sektor properti berkaitan dengan kondisi ekonomi global. Karena imbas ketidakpastian global memicu gejolak di tanah air. Meski beberapa langkah strategis pemerintah telah dilakukan untuk mencegah inflasi. “Semua tahu dan berasumsi 2023 banyak inflasi, resesi, ekonomi melemah. Tapi kita optimistis,” ujarnya, Rabu (11/1).
Menurutnya, sektor properti adalah poros bagi beberapa bidang usaha yang lain. Pasalnya, sektor ini menyokong sekitar 174 bidang usaha, yakni sektor industri dan UMKM. “Kalau properti naik, semua bakal terkerek naik,” ungkapnya.
Susilo bakal menghadapi kondisi yang terjadi. Karena, kebutuhan properti bakal terus bergairah. Menurutnya, situasi apa pun setiap manusia membutuhkan rumah. “Tapi nanti efeknya ke penjualan bakal positif atau justru melemah,” katanya.
Dia tetap optimistis karena menyiapkan beberapa upaya. Rekomendasinya adalah untuk melakukan pembenahan dari pihak developer. Katanya, perlu mengembangkan strategi penjualan. “Tidak hanya urusan menjual, tapi harus komitmen. Artinya, dari proses izin, bangun, hingga serah terima. Karena pembeli sekarang lebih teliti ketimbang dulu,” paparnya.
Selain itu, dia meminta pihak perbankan untuk terus memberikan dukungan. Saling berkoordinasi, kerja sama, dan membangun sinergi dengan pengembang. Sehingga, upaya ini akan tetap merangsang penjualan properti subsidi.
Susilo menilai, pemerintah memberi rangsangan ke sektor properti. Melalui terciptanya UU Cipta Kerja menurutnya banyak perubahan. Mendorong pengembang untuk lebih mengarah ke digitalisasi. “Untuk sementara masih banyak penyesuaian dan kendala,” tuturnya.
Selain itu, ada upaya pemerintah yang memihak sektor ini. Melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperkirakan, aturan penyesuaian harga rumah subsidi akan terbit awal tahun 2023. Hal ini cukup ditunggu, pasalnya, rencana ini sudah terbentuk sejak 2022 lalu. “Belum terealisasi sampai sekarang,” keluhnya.
Dia berharap, terjadi kenaikan 10 persen hari harga rumah subsidi. Untuk sementara, berdasarkan Keputusan Menteri PUPR Nomor 242/KPTS/M/2020, harga rumah subsidi sebesar Rp 150,5 juta. Susilo mengatakan, kenaikan ini perlu dilakukan karena sektor properti merupakan multipliereffect. “Semua harga barang naik. Termasuk BBM juga naik. Belum lagi, sisi jasa juga ikut naik,” sebutnya.
Dia mengatakan, sektor properti berkaitan dengan yang lain. Untuk itu, REI Jatim cukup realistis. Target 2023 masih sama seperti tahun lalu, sekitar 20 sampai 30 persen penjualan.
Sementara, untuk sektor properti non subsidi bakal menggeliat. Menurut catatannya, properti kelas medium masih menjadi primadona. Penjualannya di tahun lalu dinilai cukup positif meski belum mencapai target.
“Rumah dengan harga Rp 500 juta sampai saat ini masih berjalan. Kalau yang Rp 1 miliar harus kita katakan itu punya pasar tersendiri. Secara overall itu yang masih banyak,” bebernya.
Saat ini, menurutnya, gaya hidup orang berubah. Konsumen cenderung memilih rumah dengan ukuran standar. Artinya, tidak terlalu besar namun memiliki segudang fitur. “Jadi rumah yang asalkan lengkap dan smarthome. Itu rumah yang laku, kecil tapi komplet,” imbuhnya. (hil/nur)