SURABAYA – Untuk mengantisipasi makin meningkatnya kebutuhan pati, pemanis dan bahan pakan ternak di pasar Indonesia dan Asia, Cargill melakukan ekspansi dengan membangun dan mengoperasikan pabrik baru pengolahan jagung basah (corn wet mill/ CWM) di Pandaan, Pasuruan, Jatim. Investasinya mencapai USD 100 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun.
Menurut Ming Peng, Managing Director Cargill Starches, Sweeteners, and Texturizers Asia, pengembangan fasilitas pabrik ini dibangun mulai tahun 2020, saat pandemi. Pabrik baru ini diharapkan dapat menciptakan hingga 4.000 lapangan kerja baru serta membantu perkembangan industri makanan dan minuman Indonesia.
Prospek pertumbuhan industri makanan dan minuman (Mamin) di Indonesia diperkirakan sebesar 7 persen pasca era Covid. Hal ini menghasilkan peningkatan dalam permintaan tepung jagung, yang seringkali harus impor dari pasar internasional.
“CWM Cargill di Pandaan ini akan menghasilkan bahan-bahan yang sangat dibutuhkan untuk industri mamin. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah Indonesia untuk substitusi impor sekaligus meningkatkan ekspor produk bernilai tambah,” jelas Ming Peng, Kamis (8/9).
Dijelaskan Ming Peng, fasilitas Cargill yang baru ini memungkinkan mereka untuk membeli jagung dan mengubahnya menjadi pati dan pemanis berbahan dasar jagung yang lebih banyak lagi. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan baik di pasar Indonesia maupun internasional.
“Kami percaya dengan pabrik baru ini, kami dapat lebih mendukung tujuan pemerintah dalam menumbuhkan industri makanan dan minuman Indonesia dengan meningkatkan kapasitas serta daya saing di pasar internasional,” tambahnya.
Sementara itu, Dr Musdhalifah Machmud, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI yang mewakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan, industri mamin di Indonesia, pada triwulan pertama tahun 2022, mencapai 37,77 persen dari PDB industri non-migas.
Investasi yang dilakukan Cargill ini diharapkan dapat memperkaya daya saing industri makanan dan minuman, dan tentunya meningkatkan pengolahan pati serta pemanis dalam negeri.
“Pemerintah juga menjamin ketersediaan bahan baku baik dari pasar domestik maupun global agar investasi semacam ini terus berkembang dan memungkinkan Indonesia bersaing di pasar global,” ujar Musdhalifah.
Ming Peng mengaku, pihaknya juga berterima kasih atas dukungan kuat yang diterima dari pemerintah di semua tingkatan dengan proyek yang menyediakan empat mesin berkapasitas 3.500 kilogram (Kg) tersebut.
Produsen pemanis di Indonesia menggunakan tepung jagung untuk membuat beberapa produk bahan makanan dengan nilai tambah tinggi, seperti glukosa, sorbitol, dan maltodekstrin, yang telah diekspor ke lebih dari 40 negara di Asia dan Afrika, seperti Jepang, Filipina, India, Afrika Selatan, Australia, Vietnam, Mesir, dan negara lainnya.
Pabrik jagung basah baru ini telah mengadopsi teknologi canggih, dengan penerapan industri 4.0, dan untuk mengoptimalkan otomatisasi, seluruh proses dari pabrik hingga pengemasan menggunakan sistem robotika.
Selain itu, untuk mendukung pelestarian keanekaragaman hayati, fasilitas Pandaan juga telah menetapkan model pengelolaan ekosistem melalui program rehabilitasi lahan dengan menanam lebih dari 60.000 pohon.
“Fasilitas baru ini juga telah menerapkan standar tertinggi dalam pengelolaan limbah dan konservasi air, mengurangi konsumsi listrik dan air, serta memaksimalkan efektivitas pemurnian air limbah,” tandas Ming Peng. (fix/jay)