26 C
Surabaya
Saturday, June 10, 2023

Dari Seminar Nasional Problematika Harga Migor di PWI Jatim

GAPKI: Jalur Distribusi Jadi Penyebab Kelangkaan Migor di Berbagai Wilayah

SURABAYA – PWI Jatim dalam rangka menyemarakkan Hari Pers Nasional (HPN) 2022 menggelar seminar nasional dengan tema “Peran Pemerintah dan Dunia Usaha Dalam Stabilisasi Harga Minyak Goreng.” Acara ini digelar secara hybrid (online dan offline) di aula PWI Jatim, Rabu (9/2).

Turut hadir dalam acara tersebut adalah I Gusti Ketut Astawa, S.Sos., M.M., Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri sebagai keynote speaker, dan para narasumber yaitu Togar Sitanggang selaku Waketum 3 GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Sahat Sinaga selaku Direktur Eksekutif GIMNI (Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia) serta Dr. Imron Mawardi, S.P., M.Si. selaku pakar ekonomi dari FEB Universitas Airlangga.

Dalam sambutannya, Ketum PWI Jawa Timur Lutfil Hakim menginginkan pers untuk menjadi penengah antara masyarakat yang terdampak oleh kenaikan harga minyak goreng dengan sejumlah pihak, khususnya pemerintah sebagai regulator, serta GAPKI, GIMNI, dan para pelaku usaha minyak nabati di Indonesia, untuk merumuskan solusi terbaik demi kestabilan harga minyak goreng di pasar domestik.

HYBRID: Sebagian peserta dan pemateri dalam seminar nasional yang hadir secara online. (ISTIMEWA)

Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara penghasil crude palm oil (CPO) terbesar di dunia. Pada tahun 2019, Index Mundi pun mengemukakan bahwa produksi sawit Indonesia pada tahun 2019 mencapai 43,5 juta ton dengan pertumbuhan 3,61 persen per tahun.

Namun sejak diterbitkannya kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) pada 13 Januari lalu, membuat harga minyak goreng di Indonesia melonjak naik.

Baca Juga :  26 Wartawan Ikuti UKW Angkatan ke 26 Khusus Kelas Muda di PWI Jatim

Dalam kesempatan tersebut, Togar Sitanggang selaku Waketum 3 GAPKI meminta pemerintah untuk mengawasi jalur distribusi yang menurutnya menjadi salah satu penyebab utama kelangkaan minyak goreng di berbagai wilayah di Indonesia.

“GAPKI sendiri sudah berusaha sebaik mungkin untuk mengisi kekosongan-kekosongan yang terjadi di daerah-daerah, salah satunya di Surabaya. Minyak kami dapat masyarakat jumpai di salah satu supermarket yang ada di Tunjungan Plaza Surabaya dengan harga yang normal,” paparnya.

Senada dengan Togar, Direktur Eksekutif GIMNI Sahat Sinaga menyatakan bahwa permasalahan distribusi ini menjadi momok bagi pelaku dan juga masyarakat. “Untuk minyak dengan kemasan sederhana dengan harga Rp 14.000,- dan minyak curah, Pemerintah harus bisa pastikan bahwa distribusinya lancar. Kita pastikan itu dulu, untuk minyak goreng premium jika dilepas dengan harga tinggi menurut saya tidak masalah,” ujar Sahat.

Sedangkan pakar ekonomi Universitas Airlangga Dr. Imron Mawardi, S.P., M.Si. menegaskan bahwa pemerintah harus menginvestigasi apa yang menjadi penghambat distribusi ini. Pemerintah diminta Imron untuk mencari tahu ketika regulasi DPO dan DMO diterbitkan, apakah pasokan migor ini terhambat di masalah prinsipal (pabrik) atau “hilang” saat distribusi.

“Yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah kepastian dari pemerintah bahwa pasokan minyak ini aman bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia, dari rumah tangga hingga usaha industri yang bergantung pada minyak goreng,” tegas Imron.

Baca Juga :  Gubernur Khofifah dan Irjen Pol M Iqbal Terima PWI Jatim Award

Bagi Imron, untuk kebutuhan rumah tangga maupun usaha baik skala kecil atau besar, yang penting adalah jaminan pasokan meskipun harga agak mahal daripada harga murah tapi pasokan tidak ada sama sekali.

I Gusti Ketut Astawa, S.Sos., M.M., Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri selaku perwakilan dari pemerintah dalam kesempatannya menyampaikan bahwa pemerintah akan segera mengkaji regulasi DMO dan DPO serta distribusi akibat perubahan regulasi yang saat ini ditengarai menjadi penyebab dari melambungnya harga minyak goreng di pasar nasional.

Kementerian Perdagangan juga akan terus mengupayakan cara untuk memenuhi pasokan minyak goreng domestik, sambil menentukan langkah terbaik untuk membuat kebijakan yang nantinya akan berpihak untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak goreng kemasan premium sebesar Rp 14.000 per liter, sedangkan untuk kemasan sederhana sebesar Rp 13.500 per liter.

“Dari hasil seminar ini, Kementerian Perdagangan akan mencatat semua masukan yang telah diutarakan oleh asosiasi mewakili masyarakat dan pengusaha untuk nantinya dijadikan bahan untuk merumuskan kebijakan yang akan menguntungkan semua pihak” tutup I Gusti Ketut Astawa. (mus/jay)

SURABAYA – PWI Jatim dalam rangka menyemarakkan Hari Pers Nasional (HPN) 2022 menggelar seminar nasional dengan tema “Peran Pemerintah dan Dunia Usaha Dalam Stabilisasi Harga Minyak Goreng.” Acara ini digelar secara hybrid (online dan offline) di aula PWI Jatim, Rabu (9/2).

Turut hadir dalam acara tersebut adalah I Gusti Ketut Astawa, S.Sos., M.M., Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri sebagai keynote speaker, dan para narasumber yaitu Togar Sitanggang selaku Waketum 3 GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Sahat Sinaga selaku Direktur Eksekutif GIMNI (Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia) serta Dr. Imron Mawardi, S.P., M.Si. selaku pakar ekonomi dari FEB Universitas Airlangga.

Dalam sambutannya, Ketum PWI Jawa Timur Lutfil Hakim menginginkan pers untuk menjadi penengah antara masyarakat yang terdampak oleh kenaikan harga minyak goreng dengan sejumlah pihak, khususnya pemerintah sebagai regulator, serta GAPKI, GIMNI, dan para pelaku usaha minyak nabati di Indonesia, untuk merumuskan solusi terbaik demi kestabilan harga minyak goreng di pasar domestik.

HYBRID: Sebagian peserta dan pemateri dalam seminar nasional yang hadir secara online. (ISTIMEWA)

Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara penghasil crude palm oil (CPO) terbesar di dunia. Pada tahun 2019, Index Mundi pun mengemukakan bahwa produksi sawit Indonesia pada tahun 2019 mencapai 43,5 juta ton dengan pertumbuhan 3,61 persen per tahun.

Namun sejak diterbitkannya kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) pada 13 Januari lalu, membuat harga minyak goreng di Indonesia melonjak naik.

Baca Juga :  KAI Alokasikan 199.800 Seat untuk Angkutan Lebaran

Dalam kesempatan tersebut, Togar Sitanggang selaku Waketum 3 GAPKI meminta pemerintah untuk mengawasi jalur distribusi yang menurutnya menjadi salah satu penyebab utama kelangkaan minyak goreng di berbagai wilayah di Indonesia.

“GAPKI sendiri sudah berusaha sebaik mungkin untuk mengisi kekosongan-kekosongan yang terjadi di daerah-daerah, salah satunya di Surabaya. Minyak kami dapat masyarakat jumpai di salah satu supermarket yang ada di Tunjungan Plaza Surabaya dengan harga yang normal,” paparnya.

Senada dengan Togar, Direktur Eksekutif GIMNI Sahat Sinaga menyatakan bahwa permasalahan distribusi ini menjadi momok bagi pelaku dan juga masyarakat. “Untuk minyak dengan kemasan sederhana dengan harga Rp 14.000,- dan minyak curah, Pemerintah harus bisa pastikan bahwa distribusinya lancar. Kita pastikan itu dulu, untuk minyak goreng premium jika dilepas dengan harga tinggi menurut saya tidak masalah,” ujar Sahat.

Sedangkan pakar ekonomi Universitas Airlangga Dr. Imron Mawardi, S.P., M.Si. menegaskan bahwa pemerintah harus menginvestigasi apa yang menjadi penghambat distribusi ini. Pemerintah diminta Imron untuk mencari tahu ketika regulasi DPO dan DMO diterbitkan, apakah pasokan migor ini terhambat di masalah prinsipal (pabrik) atau “hilang” saat distribusi.

“Yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah kepastian dari pemerintah bahwa pasokan minyak ini aman bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia, dari rumah tangga hingga usaha industri yang bergantung pada minyak goreng,” tegas Imron.

Baca Juga :  Jelang Lebaran Kredit Seluler Naik

Bagi Imron, untuk kebutuhan rumah tangga maupun usaha baik skala kecil atau besar, yang penting adalah jaminan pasokan meskipun harga agak mahal daripada harga murah tapi pasokan tidak ada sama sekali.

I Gusti Ketut Astawa, S.Sos., M.M., Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri selaku perwakilan dari pemerintah dalam kesempatannya menyampaikan bahwa pemerintah akan segera mengkaji regulasi DMO dan DPO serta distribusi akibat perubahan regulasi yang saat ini ditengarai menjadi penyebab dari melambungnya harga minyak goreng di pasar nasional.

Kementerian Perdagangan juga akan terus mengupayakan cara untuk memenuhi pasokan minyak goreng domestik, sambil menentukan langkah terbaik untuk membuat kebijakan yang nantinya akan berpihak untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak goreng kemasan premium sebesar Rp 14.000 per liter, sedangkan untuk kemasan sederhana sebesar Rp 13.500 per liter.

“Dari hasil seminar ini, Kementerian Perdagangan akan mencatat semua masukan yang telah diutarakan oleh asosiasi mewakili masyarakat dan pengusaha untuk nantinya dijadikan bahan untuk merumuskan kebijakan yang akan menguntungkan semua pihak” tutup I Gusti Ketut Astawa. (mus/jay)

Most Read

Berita Terbaru